Memaknai Dunia
MaasyaAllah, kali ini faidah dan ringkasan kajian Kitab Nashihati Lin Nisa #4 bersama Ustadzuna, Ustadz Aris Munandar hafihzahullahu. Sangat kenyang faidah, betapa penulis kitab yakni Ummu Abdillah Al Waadi'iyyah mengemas semua nasihat sangat indah hingga menyentuh hati setiap orang yang merenungkan isinya.
Dunia hanyalah remukan yang akan hilang, naungan sejuk yang segera pergi, dan terkecoh olehnya merupakan suatu kebinasaan.
وَغَرَّتْهُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا كٰفِرِيْنَ
Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang kafir. QS AL An'am 130
Makna dunia yang tercela bukanlah zaman (waktu siang dan malam) ataupun tempat yakni berbagai tempat dan fasilitas di dunia. Karena waktu dan tempat di dunia, itu untuk kita mengambil pelajaran. Tapi maksud dunia yang tercela yaitu perbuatan mayoritas manusia yang tidak terpuji kesudahannya.
Sehingga isi kitab di atas bukan bertujuan nggembosi manusia agar tidak kerja di dunia. Karena aktivitas dan pekerjaan halal yang dilakukan di dunia merupakan hal yang terpuji.
Ada sebuah riwayat yang mengisahkan ada salah seorang sahabat yang memiliki tubuh sehat, energik, gagah. Lalu sahabat lain berkata, "Seandainya dia gunakan badanya itu untuk fii sabilillah (jihad)"
Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan pada sahabat, bahwa jihad fii sabililah bukan hanya perang, tapi keluar rumah untuk bekerja yang halal, untuk mencari nafkah juga termasuk fii sabilillah.
Sehingga :
Sehingga isi kitab di atas bukan bertujuan nggembosi manusia agar tidak kerja di dunia. Karena aktivitas dan pekerjaan halal yang dilakukan di dunia merupakan hal yang terpuji.
Ada sebuah riwayat yang mengisahkan ada salah seorang sahabat yang memiliki tubuh sehat, energik, gagah. Lalu sahabat lain berkata, "Seandainya dia gunakan badanya itu untuk fii sabilillah (jihad)"
Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan pada sahabat, bahwa jihad fii sabililah bukan hanya perang, tapi keluar rumah untuk bekerja yang halal, untuk mencari nafkah juga termasuk fii sabilillah.
Sehingga :
1. Seorang anak yang bekerja untuk menafkahi orangtuanya yang sudah tua renta, atau tidak kuat bekerja juga termasuk fii sabillillah.
2. Seorang suami yang bekerja untuk menafkahi anak dan istrinya juga termasuk fii sabilillah. (Kewajiban nafkah ayah kepada anaknya yaitu sampai usia baligh)
3. Seorang yang bekerja mencari nafkah untuk dirinya agar terhindar dari tindakan mengemis, agar memiliki kehormatan juga termasuk fii sabilillah
2. Seorang suami yang bekerja untuk menafkahi anak dan istrinya juga termasuk fii sabilillah. (Kewajiban nafkah ayah kepada anaknya yaitu sampai usia baligh)
3. Seorang yang bekerja mencari nafkah untuk dirinya agar terhindar dari tindakan mengemis, agar memiliki kehormatan juga termasuk fii sabilillah
Berbeda dengan orang yang keluar rumah, berangkat bekerja untuk pamer, riya, karena pekerjaannya, agar bisa pamer dengan hartanya, berbangga-bangga dengan jabatannya, dengan mobil mewahnya, dengan gadget mahalnya, degan rumah mewahnya, ia kerja hanya untuk berbangga-bangga di hadapan manusia. Maka yang demikian ini dia tidak berada di jalan Allah, bukan fii sabilillah, tapi fii sabili syaithon.*
*Catatan : niat seseorang bekerja untuk riya atau untuk menjaga kehormatan dirinya agar tidak meminta-minta itu letaknya di hati. Niat itu letaknya di hati, sehigga itu bukan menjadi urusan kita untuk mengorek-ngoreknya, memandang rendah dan berburuk sangka pada orang lain. Karena seorang muslim itu wajib mengedepankan khusnudzon, dan tidak boleh berburuk sangka pada saudaranya.
Seorang penyair berkata,
Dunia berkata dengan sepenuh mulutnya
Waspadalah, waspadalah dari serangan mematikan dan kehancuran dariku
Janganlah senyuman dunia menipumu
Perkataanya membuatmu tertawa namun perbuatanya membuatmu menangis
Makna syair di atas, jika dunia itu memiliki mulut, seakan-akan dia akan berkata, agar kita waspada terhadapnya, karena terkecoh dengan manisnya dunia sehingga melupakan akhirat.
Dunia adalah tempat kesusahan, kepayahan. Para pemimpin tidak akan murni bahagia dengan kepemimpinannya, seorang bisnisman tidak akan murni bahagia dengan bisnisnya, seorang petani tidak murni bahagia dengna ladang pertaniannya dst. Maka dunia itu jika baik dalam satu aspek, tapi dia buruk dan menyusahkan dalam banyak aspek lainnya.
Makna kalimat di atas yakni, dunia itu penuh kesusahan, ibaratnya bagi orang yang punya jabatan tertinggi di dunia yakni presiden, itu tidak akan 100% bahagia dengan kepemimpinannya, apalagi dengan sistem demokrasi 5 tahun sekali, juga seorang bisnisman dia tidak akan 100% bahagia. Jangan di kira orang kaya itu tidak susah, mereka susah dengan kekayaannya, mereka harus kerja keras, banting tulang untuk mendapatkan kekayaan. Begitu pula orang miskin juga susah dengan kemiskinannya, semua susah, tidak ada yang bahagia sempurna.
Ketika sudah mengetahui hakikat dunia, maka bersemangatlah bekerja yang halal dan belanjakan serta pergunakan semua dalam hal yang Allah ridhoi, tanpa melupakan kewajiban. Bekerja dengan terus menjaga sholat, menutup aurat dan tidak melanggar syariat-syariat Allah.
Kebahagiaan di dunia itu tidak akan terwujud sempurna bagi siapapun. Karena Allah taala berfirman,
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍۗ
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Qs Al Balad :4
Makna kalimat di atas yakni, tidak ada satupun manusia yang terbebas dari kesusahan di dunia, tidak ada yang bahagia 100% ketika di dunia. Orang sholih juga merasakan susah payah dalam bangun paginya untuk sholat subuh, wudhu di pagi hari yang dingin, bangun di tengah malam untuk menegakkan sholat malam dst itu semua butuh usaha dan payah. Juga ahli maksiat, dia lelah dengan maksiatnya, berjoget hingga badannya basah keringat dst. Semua lelah, orang sholih lelah dalam ketaaatannya dan ahli maksiat lelah dengan amal maksiatnya.
Tidak ada yang satbil di dunia ini, meski dia mengaku berada di zona nyamannya, dia tidak akan nyaman 100%. Bisa jadi dia masih merasakan gangguan dari temannya, tetanganya, rekan kerjanya dll.
Dalam shohihain dikisahkan ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dilewati oleh jenazah beliau bersabda,
"Jenazah itu ada yang dalam kondisi istirahat dan ada yang dengan kematiannya membuat orang lain istirahat darinya."
Orang mati yang beristirahat adalah orang mukmin yang meninggal di atas keimanan, dia istirahat dari dunia, sedangkan orang mati yang dengan kematiannya merupakan istirahatnya orang lain darinya adalah orang yang fajir. Manusia, tanah, tumbuhan dan hewanpun istirahat karena kematiannya."
Orang mati yang beristirahat adalah orang mukmin yang meninggal di atas keimanan, dia istirahat dari dunia, sedangkan orang mati yang dengan kematiannya merupakan istirahatnya orang lain darinya adalah orang yang fajir. Manusia, tanah, tumbuhan dan hewanpun istirahat karena kematiannya."
Dan di antar doa Nabi shallallahu alaihi wasallam,
"Ya Allah aku memohon kepada Mu kehidupan yang benar-benar nyaman setelah kematian"
"Ya Allah aku memohon kepada Mu kehidupan yang benar-benar nyaman setelah kematian"
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan makna kehidupan dunia itu tidak ada yang nyaman, siapapun dia, akan tetapi kehidupan itu seperti makanan yang tersangkut di kerongkongan dan kesusahan, dikepung rasa sakit baik sakit batinnya maupun sakit lahiriahnya. Sehingga Nabi meminta kehidupan yang nyaman setelah kematian.
Seorang penyair berkata,
Delapan hal yang pasti dialami manusia
Delapan hal yang pasti dialami manusia
Dan pasti delapan hal itu pasti terjadi atasnya
Yaitu kebahagiaan dan kesedihan (gembira dan galau), perjumpaan dan perpisahan
Kemudahan dan kesulitan, kemudian sakit dan sehat
Itulah dunia, delapan hal yang pasti akan kita alami. Tidak ada kebahagiaan terus menerus, sebagaimana tidak ada kesedihan dan tangis terus menerus.
Ada perjumpaan dan ada perpisahan, anak dengan orang tuanya, bisa jadi anaknya dahulu meninggal atau bisa jadi orangtuanya yang dahulu meninggal. Bisa jadi berjumpa kawan, kemudian berpisah karena kawannya sudah pulang kampung, sudah menikah dll. Bisa jadi bertemunya suami-istri lalu berpisah karena perceraian dll.
Ada kemudahan ada kesulitan, bisa jadi usahanya diberi kelancaran hingga sukses, tapi ada kalanya usahanya merugi.
Begitu pula, ada sehat dan ada sakit
Dunia itu ladang untuk akhirat, dunia dipenuhi kebaikan dan keburukan, dan di akhirat adalah tempat untuk memanennya, jika di dunia menanam kebaikan dia akan menuai kebaikan, jika di dunia menanam keburukan, dia akan menuai keburukan di akhirat.
Itulah dunia, sekarang mumpung kita masih di dunia beramalah untuk akhirat, bekerjalah dengan kerja yang halal. Agar punya uang, yang uang tersebut bisa kita gunakan untuk membeli pakaian guna menutupi aurat yang wajib ditutupi, agar uang itu bisa digunakan untuk bersedekah, untuk menafkahi keluarga, untuk kita belanjakan di jalan Allah, mari becocok tanam kebaikan di dunia. Mumpung masih diberi usia.
Intaha..
Setelah menarik nafas panjang.. kini saya lebih mengerti tentang hakikat dunia. Lebih bijak dalam memaknai setiap apa yang terjadi dan bisa dilakukan selagi di dunia. Ia tidak tercela, tapi tindakan kita yang terlalu rakus sehingga melupakan akhirat itu yang membuat tercela.
Dunia, untuk setiap yang sedang bersedih, tertimpa penyakit, isolasi mandiri, berjuang dalam kesusahan hidup, bekerja meski hasilnya sangat sedikit, yakinlah, sebagaimana tidak ada tertawa yang abadi, begitu pula tidak ada kesusahan dan tangis yang abadi. Kita berada di dunia, maka semua itu sudah selayaknya kita alami, kita terima dengan penuh rasa syukur.
Cukuplah ucapan Nabi shallallahu alaihi wasallam kita maknai dalam-dalam,
Berbanggalah dan bersyukurlah karena kita hidup sebagai seorang muslim, Allah tunjuki kita jalan hidayah, jalan mengenal sunnah, tegak di atas akidah ahlus sunnah, yang kita paham, jika kita ditimpa musibah kita bersabar, dan jika kita diberi nikmat bersyukur. Semoga segala kesusahan dan penyakit yang mungkin sedang kita alami saat ini adalah penggugur dosa kita, menjadi waktu untuk kita flash back, mengingat dosa-dosa yang sudah kita lakukan, menangisinya dan meminta ampunan pada Allah. Percayalah, semua takdir Allah itu indah, penyakit yang mungkin sedang kita alami pun jika kita memandangnya dengan penuh rasa syukur, itu akan terasa nikmat.
Pecayalah, inilah dunia, kita tidak akan bisa tertawa selamanya dan begitu pula tidak akan menangis selamanya. Inilah hakikat dunia, ia begitu melelahkan, baik yang ahli maksiat maupun ahli ibadah, jadilah kita salah satu hamba Allah yang lelahnya di dunia sebagai bukti bercocok tanaman dan berlelah-lelah dalam menuai benih ketakwaan, nyemai peribadahan dengan penuh penghambaan.
Semoga Allah mengampuniku dan mengampunimu. Semoga Allah perbaiki kehidupanku dan kehidupanmu, baik di dunia, dan di akhiat, Allahumma inna nasaluka bardal 'aisyi ba'da mauti
Godean, Sleman 16 Juli 2021
Samgat bermanfaat. Terimakasih ka
BalasHapussama sama...")
HapusJazaakillaahu khayraa ka, Allah yubaarik fiik🍀
BalasHapuswa jazaakillahu kahyraan afifah wa fiik barakallahu ")
Hapus