Hakikatnya Dia Bukan Kiai/Ustadz, Dia Tetaplah Dukun
Sebuah keresahan tentang kesyirikan, perdukunan, dan pembodohan umat, di zaman seharusnya ilmu lebih mudah di dapat.
Sebelumnya kita satukan presepsi dahulu :
- Tauhid itu, perintah pertama kepada manusia, tujuan diciptakan manusia di dunia.
- Tauhid itu kunci masuk surga, dan syirik itu penghalang dari surga. Sehingga dakwah tauhid dimanapun dan kapanpun adalah tujuan utama.
- Tauhid itu menjadikan kita cerdas, tidak mudah dikelabuhi dan dibohongi. Mau kesyirikan itu bentuknya dimodifikasi sedemikian rupa, ketika tauhid sudah mengakar kuat, kita bisa langsung membedakan mana syirik mana bukan.
- Tauhid itu sumber kebaikan dunia akhirat, dan kesyirikan itu sumber keburukan dan kesengsaraan dunia akhir.
Dalilnya :
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun" QS An Nisaa : 36
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. QS. Adz-Dzariyat : 56
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” QS. An Nisa’: 48
“Sesungguhnya orang
yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zalim itu seorang penolong pun.” QS. Al Maidah: 72
Kemudian, kita juga satukan pemahaman tentang beberapa hal :
- Dukun itu ada, dukun itu juga bisa bekerja sama dengan jin untuk mencuri berita dari langit, sehingga dukun bisa mengetahui hal gaib sebab dibisiki oleh jin / setan yang bekerjasama dengannya. Tindakan ini termasuk kekufuran. [Lihat HR. Bukhari no 3288 dan 4800]
- Dukun sudah ada sejak jaman sebelum Nabi Muhammad shallallahu alahi wassalam di utus dan ini sangat banyak, ketika Nabi Muhammad shallallahu alahi wassalam sudah diutus menjadi Rasul, hingga hari ini. [Lihat HR. Bukhari no 5762 dan QS. Al Jin 8-9]
- Sihir dan penyihir itu juga ada, baik berupa merusak hubungan suami-istri, santet, memberi efek buruk, semuanya itu atas izin dan takdir Allah. [Lihat HR. Bukhari no 3268 dan tafsir QS. Thaha : 69, tafsir QS An Nisa : 51]
- Sihir yang dilakukan dengan meminta bantuan jin atau setan, dengan syarat dan cara tertentu termasuk kekufuran dan kesyirikan [Lihat HR. An Nasai 7/112 no 4079 dan tafsir QS Al Baqarah : 102]
- Pelaku sihir, atau bisa juga kita sebut dukun sihir, dalam Islam sudah ada aturan hukuman untuknya. Dirinci, apabila dukun sihir meminta bantuan setan maka hukumannya dibunuh. Jika tidak minta bantuan setan, namun sampai menyebabkan orang lain mati, maka hukumannya juga dibunuh, jika tidak sampai menyebabkan meninggalnya orang lain maka tidak dibunuh. [Lihat syarah HR Bukhari no 3017 dan HR Muslim no 1676]
- Memakai / menggantungkan sesuatu dengan keyakinan barang tersebut bisa menolak bala, jimat keberuntungan, bisa memikat lawan jenis, bisa jadi penglaris, menjadi obat penyembuh penyakit.
( *Ruqyah yang dimaksud di sini berupa jampi-jampi yg tidak syari)
Mengapa Islam begitu keras pada dukun sihir, dan
segala bentuk perdukunan?
Karena selain itu bentuk kesyirikan, hal tersebut juga
membuat kerusakan yang begitu besar di muka bumi. Islam begitu melindungi nyawa
dan kehormatan kaum muslimin.
Setelah ini kita akan bahas, kenapa tidak boleh sama sekali "mendatangi" dan percaya pada dukun. Makna kata "mendatangi", yakni baik di dunia nyata maupun di dunia maya, follow, subscribe, lihat kontennya, mendengarkan perkataannya dll, tidak boleh pula.
Ngeri dan Bahanyanya Ketika Mendatangi, Membenarkan dan Percaya Perkataan Dukun
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal / dukun dan bertanya kepadanya tentang suatu perkara, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari” (HR. Muslim no 2230)
“Barangsiapa yang mendatangi dukun / tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532)
Al Baghawi mengatakan yang artinya,
“al ‘arraf adalah orang yang mengklaim mengetahui perkara-perkara, dengan pertanda-pertanda yang ia jadikan dalil (alasan) bahwa ia tahu perkara tersebut, semisal mengetahui barang yang dicuri atau mengetahui letak barang yang hilang” (dinukil dari Kitab At Tauhid Ibnu Abdil Wahhab, 77)
Imam Ahmad mengatakan yang artinya,
“al ‘arraf adalah bagian dari sihir, namun tukang
sihir lebih buruk dari al ‘arraf” (dinukil dari Taisirul Aziz Syarah Kitab At
Tauhid, 352)
Sebagaimana dukun telah dikatakan bahwa dia kafir,
maka ‘Arraf juga dihukumi kafir. Dan hukum mendatangi mereka adalah sebuah
kekufuran.
Selanjutnya ada di poster
Tidak ada komentar:
Posting Komentar