Catatan Kajian Simbah
"Harapan Khusnul Khatimah"
Ahad, 7 Juli 2019
Judul kajian yang mungkin juga sebagai doa dari setiap peserta yang datang malam itu. Malam itu diantara ratusan anak muda yang sebagian besar berstatus Mahasiwa ada deretan para ibu-ibu dan simbah-simbah pengajian muslimah Pogung.
Ustadz mengawali dengan menjelaskan hadist dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma ,“Aku sedang bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kemudian datang seorang laki-laki dari kalangan Anshâr, lalu ia mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ:(أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا). قَالَ: فَأَيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ أَكْيَسُ؟ قَالَ:(أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُوْلَئِكَ الْأَكْيَاسُ)
Wahai Rasûlullâh! Siapa orang Mukmin yang paling utama?’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.’ Orang itu bertanya lagi, ‘Lalu siapa orang Mukmin yang paling cerdas?’Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk menghadapi apa yang terjadi setelahnya. Mereka itulah orang yang paling cerdas." [1]
Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan disunnahkan mentalkin atau membimbing orang yang sakaratul maut dengan bacaan kalimat tauhid. Hal ini dikarenakan beberapa sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam :
لقنوا موتا كم لا إله إلا الله
“Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat: ‘Laa ilaaha illa Allah’” [2]
-orang yang mentalkin bisa dari pihak kerabat atau keluarga dekat, kemudian dari orang yang paling berilmu.-jika orang yang sedang sakaratul mau tersebut sudah mengucapkan kalimat tauhid maka hendaknya tidak perlu diulang-ulang dan tidak perlu diajak ngobrol lagi, namun jika terjeda maka ditalkin lagi.
Kajian berlangsung tertib, hening, semua sibuk mencatat. Sampai pada pembahasan yang satu ini. Ada bapak-bapak lantang menimpali Ustadz saat hendak menjelaskan perihal pembacaan QS Yasin untuk orang sakaratul maut
"lhaaaaaaaa.... Ikiii" teriak beliau dengan nada khas wong Jogja
Sontak semua peserta kajian tertawa renyah.
Penjelasan Ustadz :
tidak adanya hadist shohih yg menyatakan bahwa orang yang sedang sakaratul maut dibacakan QS Yasin, hanya saja riwayat tersebut pernah terjadi di masa tabiin yang sedang sakaratul maut bernama Al-Hudaif ash-Shomali meminta temannya membacakan Quran, hanya saja saat itu yang dibacakan QS Yasiin, hingga pada ayat ke 40, beliau meninggal.
Jadi tidak pantas jika pembacaan QS Yasin untuk orang yang hendak meninggal disandarkan pada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Kemudian masuk pada pembahasan :
A. Tanda Khusnul Khatimah
1. Mati dalam ketaatan pada Allah.
2. Mengucapkan kalimat syahadat.
3. Meninggal dunia dengan keringat di kening.
4. Meninggal malam jumat atau hari jumat.
5. Mati syahid di medan perang.
....
Dilanjutkan dengan pembahasan orang-orang yang disebut mati syahid selain di medan perang sebagaimana hadits :[3]
مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ
1. Orang terkena wabah
2. Orang yang sakit perut
3. Mati tenggelam
4. Mati tertimpa reruntuhan
5. Mati di jalan Allah.
Namun tidak selalu yang meninggal dalam keadaan seperti diatas selalu dihukumi syahid dan masuk surga, semua tergantung bagaimana kesehariannya, lebih banyak bertakwa atau sebaliknya. Dan semata-mata tergantung kehendak Allah.
Ibu-ibu dan simbah dibelakang kami mulai gusar. Percakapan mereka terdengar telinga saya, kurang lebih demikian
"lho itu cuma itu tho yang mati syahid selain perang? Wanita belum lo Ustadz"
"iya.. Wanita melahirkan kalau mati dia juga bisa dapat banyak pahala lho.."
"Ustadz wanita yang melahirkan, terus mati ustadz.."
Begitu kira-kira percakapan dengan sedikit kegusaran ibu-ibu dan simbah. Padahal Ustadz jauh di depan, kita terhalang hijab, tidak akan terdengar. hehe
MaasyaAllah.
Ustadz kembali menjelaskan dan menambahkan bahwa ada 3 hal yang disebut syahid
6. Mati kebakaran.
7. Mati membela harta dan....
8. Mati ketika melahirkan
Seketika itu ibu-ibu dan simbah terlihat sumringah.
"lha.... Iya tho, syahid kui. melahirkan ki susah je.. Mempertaruhkan nyawa tenan" kata salah seorang ibu-ibu.
Kajian kemudian ditutup dengan sebab-sebab agar khusnul khatimah yaitu :
1. Terus kontinyu menjalankan ketaatan, tauhid dan meninggalkan syirik.
2. Memperbanyak doa
3. Terus memperbaiki diri
Ketika di ajarkan doa agar khusnul khatimah inilah ibu-ibu dan simbah-simbah mulai "ramai" lagi. Bukan gaduh tapi berusaha menirukan doa, melafadzkan doa yang Ustadz ajarkan, menulis lafadz doa nya, memaknai arti doa tersebut. Mengejanya pelan-pelan. Tulisannya rapi dan runtut.
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي وَالْهَدْمِ وَالْغَرَقِ وَالْحَرِيقِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kebinasaan (terjatuh), kehancuran (tertimpa sesuatu), tenggelam, kebakaran, dan aku berlindung kepada-Mu dari dirasuki setan pada saat mati, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati dalam keadaan berpaling dari jalan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati dalam keadaan tersengat.[4]
MaasyaAllah,Saya ghibtoh.
"Ibuk (saya memanggilnya demikian), kita malu"
"Malu kenapa?"
"Kita kalah semangat sama ibuk, ibuk rajin sholat di Masjid walau sudah sepuh, rajin ngaji dll, sedang kita kadang masih ngantuk-an"
"Lha kan ibuk umurnya tinggal nunggu hari, ya harus terus semangat ibadah. Kalau kalian kan masih muda-muda"
hiks, rasanya seperti ada yang menampar kami dengan keras.
Moga Allah berikan khusnul khatimah pada beliau. Aaamiin.
Berikut gambar catatan kajian salah satu peserta kajian dari kalangan simbah-simbah.
Adakah kita anak muda juga diberi kesempatan tegak diatas manhaj yang haq hingga tua seperti simbah-simbah disini? Tidak ada jaminan.
Lantas apa yang membuat kita tidak mau meneladani simbah-simbah yang semangat nyata ilmunya MaasyaAllah. Merasa masih sehat, jalan tegap, lari kencang, atau apa?
Sungguh harusnya kita malu karena bisa jadi kita masih "ngantuk"an di majelis ilmu. Datang terlambat. Tidak khusyuk saat kajian berlangsung, dan catatan tidak karuan atau malah tidak mencatat ilmu.
Moga saya, kamu dan segenap anak muda, serta simbah-simbah diberi keistiqomahan dalam ketaatan hingga kematian itu datang.
Barakallahu fiikum.Ratna Ummu Ukasyah
Faidah Kajian bersama Ustadz Abduh Tuasikal hafizhahullah
Pogung tercinta
Catatan kaki :
[1] Hasan HR Ibnu Majah no 4259, At-Thabrani 4668
[2] HR. Muslim no 961
[3] HR. Muslim 1915
[4] HR. An-Nasa'i 5531
[3] HR. Muslim 1915
[4] HR. An-Nasa'i 5531
Tidak ada komentar:
Posting Komentar