Meneladani Para Salaf di Bulan Ramadhan #2
Lanjutan part #1
3. SEDEKAH
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan, paling dermawan dalam hal kebaikan melebihi angin yang bertiup.
Kita bisa ambil faidah, Rasul shallallahu alaihi wassalam tidak hanya dermawan masalah harta, tapi juga dalam hal-hal kebaikan, entah itu tenaganya, fikirannya, ide-ide, dan semua hal baik lainnya.
Terdapat salah satu riwayat yang mungkin tidak asing lagi bagi kita, perihal bagaimana Umar bin Khattab yang berupaya mengungguli Abu Bakar ketika hendak bersedekah dengan separuh hartanya, namun ketika riwayat ini dibacakan, diberi catatan dan dideskripsikan oleh Ustadz Aris Munandar hafizhahullahu ta’ala, saya tidak bisa menahan tangis, entah mengapa… mari coba kita baca dan renungkan kisah ini.
Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam dari bapaknya, dia berkata : “Aku mendengar Umar bin Khattab radhiyallahu a’nhu mengatakan : Rasulullah shallallahu alaihi wassalam memerintahkan kita untuk bersedekah, dan pada waktu itu bertepatan ketika aku memiliki harta, maka kukatakan “Hari ini aku mendahului Abu Bakar dari hari-hari sebelumnya. Aku berkata : aku datang dengan separuh hartaku. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam berkata padaku : Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu? Aku berkata : semisal hal itu (maksudnya separuh hartanya). Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wassalam berkata : Abu Bakar telah datang (bersedekah) dengan semua harta yang dia punya. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wassalam berkata pada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu : Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu? Abu Bakar menjawab : Kusisakan untuk mereka Allah dan RasulNya. Lalu Umarpun berkata : Aku tidak akan bisa menyaingi Abu Bakar sedikitpun selamanya.”
Ustadz menjelaskan kepada kita,
1. Umar telah bersedekah dengan separuh hartanya, benar-benar separuhnya, kita jangan bandingkan diri kita dengan Abu Bakar dahulu, coba kita bandingkan dengan Umar dahulu, apakah kiranya kita sanggup?
Kita, ketika bersedekah berapa % dari harta kita? Ada 10%nya? Misal kita unya tabungan, punya emas, dan harta lainnya, semisal total 10juta saja, apakah kita sedekah 1 juta? Tentu sulit, apalagi 5 juta, lebih-lebih lagi seluruhnya kita sedekahkan, mampukah kita??? Membayangkannya saja sudah susah, apalagi mengerjakan hal yang semisal dengan para salaf kita tersebut.
Kita kadang, sedekah 10 ribu itu sudah senyum-senyum merasa dirinya dermawan. Misal sedekah 100 ribu, sudah merasa wah….. sangat dermawan sekali. Sungguh itu tidak ada apa-apanya.
2. Jaman sekarang, suami tidak bisa maksimal mendermakan hartanya karena apa? Karena dihambat oleh istri dan anaknya. Ketika ada uang lebih, kadang memilih membelikan mainan anak, membelikan ice cream untuk anak ataupun hal yang lain, sehingga tidak jadi disedekahkan uang tersebut.
3. Ustadz juga menjelaskan kepada kita, dari riwayat di atas, bisa kita ketahui bahwa Abu Bakar adalah suami, ayah dan pendidik yang sukses. Beliau radhiyallahu ‘anhu bisa mengkondisikan keluarganya ketika mensedekahkan seluruh harta yang beliau punya di hari itu, untuk hari besok ya tinggal cari lagi. Beliau radhiyallahu ‘anhu menanamkan iman kepada anak dan istri beliau dengan sangat baik, keimanan kepada Allah dan RasulNya, tidak ada yang protes.
Bisa bayangkan jika itu terjadi di jaman sekarang? Tentu istri dan anak bisa jadi akan murka.
4. Riwayat di atas juga menjadi dalail bolehnya bersedekah dengan seluruh harta yang dimiliki dengan sudah mengkondisikan keluarga, keluarga tidak ditelantarkan, dan dalil bahwa Abu Bakar lebih utama daripada Umar.
5. Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma, keduanya adalah manusia-manusia yang terdepan dalam ibadah. Dari keduanya pula kita bisa melihat tentang semangat beramal tanpa munaafasah, apa itu? Beramal tanpa persaingan, semangat beramal fokus pada amal tersebut tanpa melirik yang lain, tanpa melihat apakah saya kalah dari yang lain. Meskipun munaafasah dalam hal kebaikan itu boleh. Tapi di sini kita melihat Abu Bakar, beliau dalam beramal ya fokus saja, tidak melirik yang lain, menjadikan beliau terdepan, dan kondisi hati yang demikian lebih mulia dari hati yang di dalamnya terdapat semangat munaafasah.
Ah, mendengar Ustadz menjelaskan hal ini, mendeskripsikan kejadian bagaimana para pendahulu kita yang begitu semangat beramal mebuat saya semakin malu, tapi juga haru. Harus menarik nafas panjang, betapa agungnya kejadian-kejadian yang terjadi di masa para sahabat membuat kita terpacu agar bisa meneladani mereka radhiyallahu anhum ajma’in.
Masih tersisa satu kisah, satu riwayat yang hingga detik ini membuat saya menangis haru, kejadian yang begitu menakjubkan, perpaduan suami istri yang dirindukan surga, kegalauan laki-laki sholih, galau yang sangat berkelas, yang tidak mungkin rasanya ada manusia di jaman sekarang mampu menyaingi kejadian tersebut, mari kita renungkan…
Dari Thalhah bin Yahya bin Thalhah, nenekku bercerita kepadaku, Su’da binti Auf al Mariyah, yakni istri dari Thalhah,
(akan saya buat versi percakapan agar lebih mudah)
Su’da berkata “Suatu hari suamiku masuk ke rumah, dalam keadaan lemah, loyo, lemes.”
Su’da : “Apa yang menyebabkan wajahmu cemberut? ada apa? Apakah ada dari diriku yang membuat ragu (sedih), ceritakan padaku aku akan membantumu.”
Thalhah : “Tidak, dan sebaik-baik perhiasan, istri yang sholih adalah engkau.”
Su’da : “Lantas ada apa?”
Thalhah : “Harta yang aku miliki sudah terlalu banyak dan membuatku sedih.”
Su’da : “Tidak maslah hal terbut, mari kita bagikan saja harta tersebut (disedekahkan), kita bagikan tanpa ada sisa satu dirhampun.”
Lantas, Thalhah bin Yahya (cucunya Thalhah yang ada pada kisah di atas) bertanya kepada salah seorang penjaga hartanya Thalhah, “Berapa harta yang ada pada Thalhah yang disedekahkan?”
Sang penjaga harta mengatakan : “400.000 dirham.”
Sebentar…
Mari pelan-pelan kita istifadah dari kisah menakjubkan di atas.
1. Biasanya manusia badannya lemes, loyo, tidak semangat, sedih dan galau bukan karena kebanyakan uang, tapi karena tidak punya uang. Berbeda dengan Thalhah, beliau merasakan efek badannya lemas, wajahnya cemberut dan hatinya galau justru karena merasa uangnya sudah terlalu banyak. Beliau bingung. Kok ada ya, manusia yang benar-benar demikian, kebanyakan uang membuat dampak seperti ini terhadap badan beliau. Kita kalau banyak uang whoaaa… malah justru semangat.
2. Kita tengok kalimat yang diucapkan Su’da ketika melihat suaminya yang tercinta pulang, masuk rumah dalam keadaan cemberut. Apakah dia marah? Padahal bisa jadi istri di jaman sekarang misal tahu suaminya pulang-pulang lemes, tidak semangat, cemberut dll malah dimarahi mungkin.
“Mas tuh, pulang-pulang ndak senyum ndak apa malah mecucu, malah lemes, loyo, akutu juga capek ngurus rumah, bersih-bersih, ngurus anak, dan lain-lain lho.” Mungkin demikian yang diucapkan istri jaman sekarang, bisa jadi demikian, bisa jadi. “)
(Fix ketika Ustadz menjelaskan bagian ini saya tidak bisa menahan tawa, entahlah begitu seperti realistis)
Lalu, apa yang diucapkan Su’da? Beliau justru introspeksi diri, muhasabah, khawatir apakah ada yang salah pada dirinya sehingga menjadikan suaminya seperti itu. Inilah yang seharusnya para sitri terapkan, ketika tahu ada yang berbeda dengan suaminya, maka lihat diri dahulu, berkaca, jangan-jangan ada yang salah dari diri istri bukan malah memarahi suami.
3. Setelah Su’da tanya ada hal apa yang membuat suaminya galau, Thalhah tidak lantas main tebak-tebakan, Thalhah langsung mengutarakan hal yang membuatnya sedih, yaitu karena merasa hartanya terlalu banyak. Ini pelajaran bagi suami istri, jika ingin rumah tangganya baik, maka harus ada komunikasi yang baik, dan komunikasi yang baik itu tidak dengan tebak-tebakan isi hati, dengan dalih “jika memang cinta seharusnya kamu tahu” dan dalih yang semisal.
Tebak-tebakan isi hati bukan hal yang baik dalam rumah tangga, jika ada masalah, dikomunikasikan jangan main tebak-tebakan, mana itu isi hati pula, tidak ada manusia yang tahu.
4. Su’da ketika tahu suaminya galau karena merasa banyak uang, saran apa yang diberikan? Su’da menyarankan agar harta itu dibagi-bagikan di jalan Allah, disedekahkan, dihabiskan tanpa ada sisa. Mana ada wanita model demikian di jaman ini? -Illa man rahimahullahu, kecuali orang yang dirahmati Allah- Justru yang ada, bisa jadi istri akan mengatakan,
“ooo galau karena kebanyakan uang? Sini aku saja yang akan menghabiskannya.”
“ Aku jago dalam hal ini. Nanti akan kubelanjakan semuanya, kuborong barang-barang jika perlu.”
Dan perkataan lain …(Fix ketika Ustadz menjelaskan bagian ini saya juga tidak bisa menahan tawa, ngukuk)
5. Terakhir, berapa nominal yang disedekahkan Thalhah? 400 RIBU DIRHAM. Silakan cek google 1 dirham beraa rupiah dan kalikan 400.000 nolnya ada 5. Nilai yang fantastis untuk manusia di jaman dahulu kala memiliki uang 400ribu dirham dan disedekahkan semua. Sudah ektemu berapa nominal rupiahnya? Yak 160.000.000.000. 160 Milyar rupiah, nol nya 10! MaasyaaAllah! MaasyaAllah!
Lalu, ambil kaca, kita sudah berapa yang diinfakkan? 1000? 10.000? 100.000? 1juta? 10 juta? 100 juta? (Benar-benar tidak ada apa-apanya dibanding para salafush sholih. Mari berbenah!
Ya Allah, jadikanlah kami (para wanita) manusia yang memiliki akal, jadikanlah kami manusia yang memiliki sifat dan karakter yang mulia, jangan jadikan kami manusia dengan penyakit wahn, terlalu cinta dunia dan takut mati. Jadikanlah kami (kelak) manusia yang saling membantu suami dalam ketaatan kepadamu, jauhkanlah kami dari sifat tamak, dari sifat isrof, suka belanja barng yang tidak dibutuhkan yang kelak akan dihisab. Jadikanlah kami wanita sholihah, istri sholihah, yang bertakwa kepadaMu dan mengabdikan diri pada suami (kelak) dalam rangka mengharap pahala, mengharap bisa masuk pintu surga dari arah manapun yang kami kehendaki. Jauhkanlah kami dari semua perkara, semua jalan, semua sarana, yang mendekatkan kami pada siksa nerakaMu, jauhkanlah sejauh-jauhnya. Aaamiiin. Aaaamiin yaa mujiibas saailin…
Part 3
http://at-tadzkirah.blogspot.com/2021/04/meneladani-para-salaf-di-bulan-ramadhan_10.html
Faidah Kajian "Meneladani Para Salaf di bulan Ramadhan" Bersama ustadz Dr Aris Munandar hafizhahullahu ta'ala Rabu, 7 April 2021. Pertemuan 2
Ikuti kajiannya: https://www.youtube.com/watch?v=hFf1GT14zgc&list=PLVbmW1LOF7K2qSRed7FK4AH5uJI4880fO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar