الكتاب الوجه
Sebuah Sarkas "Kitab Tersering Dibaca Penuntut Ilmu"
Didalam kitab Ta'liim Muta'alim Thariiqat Ta'allum yang dikarang oleh Imam Az-Zarnuji rahimahullah, dalam pasal "Waktu untuk Belajar" Beliau mengawali isi bab dengan mengatakan,
وقت التحصيل من المهد إلى الحد
Maknanya, waktu belajar itu dari mulai buaian hingga liang lahat.
Dalam hal ini yang dimaksud belajar, adalah belajar ilmu agama bukan ilmu dunia nggih.
Kemudian dijelaskan oleh pesyarah yaitu Syaikh Ibrahim bin Ismail, yang di maksud المهد yaitu dari waktu kecil, waktu muda. Waktu terbaik untuk belajar itu ketika muda.
Ustadz Hasim Ikhwanudin hafizhahullahu kemudian menjelaskan kenapa waktu muda?
1. Waktu muda, kita tidak disibukkan dengan banyaknya kebutuhan, masih banyak waktu luang. Masih bebas belajar kemanapun.
2. Waktu muda fisik kita masih tangguh, berenergi. Ingatannya masih kuat.
3. Waktu muda tidak disibukkan dengan fikiran-fikiran lain, kita bisa fokus belajar tanpa harus mikir biaya makan anak bagaiamana, SPP, listrik, dll.
Kemudian Imam Az-Zarnuji mengatakan, ada 3 waktu paling afdhol belajar yaitu
أوقته شرخ الشباب، ووقت السحر، وما بين العشاءين
Waktu awal masa muda, waktu sahur dan waktu antara magrib dan isya.
Nah, untuk waktu sahur dan antara waktu magrib dan isya, ulama mengatakan hal ini tidak serta merta harus di waktu itu, namun ini berdasarkan pengalaman para salaf. Jika kita memiliki kebiasaan lain dalam waktu atau jadwal belajar yang sesuai, maka tidak mengapa.
Seyogyanya penuntut ilmu menggunakan seluruh waktu, -kami ulangi- seluruh waktu, untuk belajar, artinya tidak selayaknya penuntut ilmu atau Mahasantri itu menghabiskan waktu dengan hal sia-sia. Ustadz mencontohkan dengan banyaknya Mahasantri yang menghabiskan waktu untuk kulineran, ngobrol tidak jelas, nongkrong di cafe dll.
Mahasantri harus pelit masalah waktu, kita harus mencontoh bagaimana Imam Nawawi rahimahullah saking pelitnya, atau sayangnya terhadap waktu, beliau rahimahullah makan dan minum sekali waktu, artinya untuk menghemat waktu makan, jadi roti yg beliau makan dicelupkan ke air.
Ada juga ulama yang saking tidak mau buang waktu, beliau ketika harus ke kamar mandi, maka beliau minta tolong agar saudaranya membacakan kitab untuknya dengan keras, jadi meski di kamar mandi beliau bisa mendengar. Adapula yang beliau selama puluhan tahun tidaklah makan kecuali disuapi karena tangan beliau sibuk menulis kitab atau belajar (bisa baca buku Gila Baca Ala Ulama untuk kisah lainya). MaasyaAllah.
Nah, jika kita mulai merasa bosan dengan 1 ilmu, atau merasa sepaneng istilahnya, kita disarankan untuk refreshing dengan berpindah pada buku/kitab lain.
Semisal sudah sepaneng dengan nahwu, mengirob, mana ketemu manshubat, dll tidak mengapa kita istirahat dulu dengan membaca Siroh Nabawiyah, jika lelah baca Siroh ganti baca tazkiyatun nafs, kalau capek ganti lagi dengan baca Quran dll. Hal ini untuk mencegah penuntut ilmu dari kebosanan.
Tapi bukan berarti jika ikut kajian kitab rutin jika bosan, ganti ikut kajian lain, pindah-pindah guru dll, bukan yang demikian.
Ustadz Hasim menjelaskan, dan ini mahalu syahidnya, disarankan berpindah kitab itu kitab yang hakiki, bukan
الكتاب الوجه
Kitab wajah atau bahasa Inggris nya Facebook. Termasuk di dalamnya WA, LINE, IG, TELEGRAM, TWITTER, YOUTUBE dll. Ini sebuah sindiran dan tamparan keras kawan-kawan.
Penuntut ilmu itu bukan dia yang tiap hari isinya scroll terus, update terus, coment sama sini di sosial media, setiap hari ada apa sedikit yang dibuka, yang jadi bahan pelarian itu sosial media. Apa-apa dikit cekrek upload, apa-apa dikit bikin status yang tidak memberi manfaat.
Ini bisa jadi indikator kawan-kawan, kalau misal kita sedang belajar kemudian ada nafsu buka hp terus, pinginya hp-an terus sampai kita dijauhkan dari quran, dari membaca buku, dll, atau misal baca sosmed 3 jam kuat tapi baca buku 30menit pingsan ketiduran, ini bahaya dan harus segera diobati.
Karena jika kita disibukkan dengan الكتاب الوجه tadi, maka akan banyak yang terbengkalai, waktu murojaah kita, waktu hafalan kita, dll. Pada akhirnya apa? Kita akan jadi penuntut ilmu sks, cuma belajar pas mau ujian, itupun sks nya kejar tayang, menghayal belajar dalam mimpi.
Jadi, penuntut ilmu, Mahasantri sudah sepantasnya pelit, tidak rela, tidak mau waktunya terbuang sia-sia, baik untuk hal duniawi yang mubah tapi berlebihan, apalagi sibuk dengan sosial media yang tidak karuan.
Mari bersama-sama mengubah kebiasaan diri, jadilah penuntut ilmu yang produktiv bukan sibuk, apalagi sok sibuk.
Barakallahu fiikum
Pogung, 11 Jumadal Uula 1441H
Faidah Kajian Kitab Ta'liim Muta'alim Thariiqat Ta'allum
Bersama Ustadz Hasim Ikhwanudin hafizhahullahu
Di MPD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar