Kampus Tahfizh Yogyakarta

Serial Kisah tentang Jogja #8




Perkenalkan, Kampus Tahfizh Yogyakarta atau disingkat KT adalah tempat belajar tahsin dan tahfzih terbaik se Pogung Kingdom. Sesuai namanya, KT jadi kampus yang baik untuk Mahasantri belajar Al-Quran. Dulu awalnya saya penasaran karena banyak kawan-kawan berbicara seputar KT, kelas apa, pengajarnya siapa dll. Ditambah waktu ramadhan, saya perhatikan bacaan kawan-kawan saya berbeda-beda. Ada sebagian mereka yang berusha membaca dengan fasih, dengan tartil, ada juga yang biasa saja. Kala itu saya masih anak baru kajian di Pogung jadi belum tahu banyak istilah KT, MUBK, MI dll, jadi banyak kepo.

Saya penasaran dengan beberapa kawan yang bacaanya sudah bagus, ternyata mereka sudah belajar tahsin di KT, dan seperti biasa, mereka adalah manusia-manusia paling aktif mengajak anak baru ngaji untuk belajar. Baik belajar di MUBK, KT, MI dll, mereka kompor sekali, benar-benar sumbu kebaikan. Seperti biasa, ketika saya sudah sadar betapa pentingnya Al-Fatihah yang dibaca secara tartil maka saya segera hubungi adik tingkat saya, yang dulu mengajari saya nahwu. Dia sudah jago tahsin, hafalannya juga sudah banyak, jadilah saya meminta dia mengajari saya tahsin agar saya lulus placement test Kelas Tahsin Dasar 1 tanpa harus ikut Kelas Pra Tahsin. Sedikit curang, tapi itu strategi saya, mengingat saya sudah cukup terlambat belajar tahsinnya.

Kenapa harus belajar tahsin?
Ilmu yang sangat bagus yang saya dapat dari guru saya Ustadz Aris Munandar hafizhahullahu, dari guru tahsin saya, Ustadzah Ummu Tsabit hafizhahallahu dan dari baca-baca artikel :
1.      Allah berfirman,  وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا Dan bacalah Al Qur’an dengan tartil” (QS. Al Muzammil: 4). Makna tartil yaitu dengan tajwid, memenuhi hak setiap huruf berupa sifat maupun mustahaqnya.  Bagaimana bisa tahu tajwid, bisa tau pengucapan huruf kalau tidak belajar coba?
2.      Imam Ibnul Jazari menjelaskan:
الإتيان بالقراءة مجودة بالألفاظ بريئة من الرداءة في النطق ومعناه انتهاء الغاية في التصحيح وبلوغ النهاية في التحسين
tajwid adalah membaca dengan membaguskan pelafalannya, yang terhindar dari keburukan pelafalan dan keburukan maknanya, serta membaca dengan maksimal tingkat kebenarannya dan kebagusannya” (An Nasyr fil Qira’at Al ‘Asyr, 1/210)
Singkatnya agar tidak terjadi lahn atau kesalahan, yang bisa merusak makna. Beda mekhorijul huruf, beda harakat, beda panjang dll nanti maknanya sudah berubah.
3.      Ini nasihat yang selalu diulang-ulang Ustadz Aris Munandar hafizhahallahu, kaidah fiqh yang berbunyi :
مَا لاَ يَتِمُّ الوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ Perkara wajib yang tidak sempurna kecuali dengannya, maka perantara itu menjadi wajib.” Dicontohkan, "Belajar Al-Fatihah, ketika Al-Fatihah itu adalah rukun sholat, tidak sah sholat kalau tidak baca Al-Fatihah, maka mempelajarinyapun juga jadi wajib.  Apalagi masih muda, di Jogja lagi, fasilitas belajar lengkap, ya harus makin mau belajar." Kata beliau.

Sekarang kita cerita tentang KT lebih dalam:
KT Zaman Dulu
Dapat faidah dari senior hafizhahallahu, beliau alumni wisma YPIA, santri angkatan pertama di KT th 2014, maasyaAllah, 2014 mah saya masih SMA lagi mainan sama temen-temen heu.
Beliau kisahkan zaman dulu masih pakai SMS belum pakai WA. Kerennya dulu untuk masuk KT harus tes lisan dan tulis, tes tulis dilakukan dengan menulis ulang QS. Al-Fatihah. Zaman dulu KT gratis, karena melihat semangat calon santri yang begitu tinggi. Buku panduan yang dipakai insyaAllah masih sama Tajwid Imam Syafii.

KT Zaman Sekarang
Zaman sekarang KT makin keren, ada banyak pilihan kelas, sudah ada sosmed yang menunjang tersebarnya informasi. Akan saya jabarkan :

Kelas Program Reguler

  1.  Kelas Pra Tahsin. Buku panduannya buku Tajwid Metode Syafii  warna krem. Lebih banyak praktiknya, materi istilah-istilah tahsin belum banyak. Semacam istilah hams, jahr dll diganti istilah dengan Bahasa Indonesia agar lebih mudah dipahami.
  1. Tahsin Dasar . Buku panduannya buku Tajwid Metode Syafii  warna hitam. Praktik lebih banyak, materi lebih padat, hukum-hukum bacaan juga dijelaskan lengkap.
  1.  Tahsin Dasar 2. Buku panduannya buku Tajwid Metode Syafii  warna hitam di tambah belajar waqaf ibtida’ dari kitab Al Bayan Al Mufid fii ‘Ilmi Tajwid. Praktik lebih banyak, materi lebih padat, hukum-hukum bacaan juga dijelaskan lengkap ditambah setoran juz 30.
  1.  Kelas Tahfizh. Lebih banyak setoran yang ditargetkan, minimal ada tambahan 1 juz baru. Tahsin diperhatikan.



Waktu Belajar
Waktu belajar di KT dibagi per semester, 1 semester untuk 1 program reguler. Jadi buka pendaftaran 1 tahun hanya 2x, tidak seperti MUBK yang tiap bulan bisa buka program reguler. 1 semester berkisar 18-20x pertemuan atau 2,5 bulan, setiap pertemuan sekitar 1,5 jam, jadi total 30 jam belajar tahsin. Waktu belajar biasanya di akhir pekan, hari Sabtu dan Ahad.
Nah inilah istimewanya Pogung kawan-kawan, di sini Mahasiswa seakan diprogram jadi Mahasantri yang ilmunya kompleks gitu. Senin-Kamis pagi belajar Bahasa Arab di MUBK, sorenya belajar diniyah di masjid-masjid, akhir pekannya belajar tahsin di KT. Keren fix!

Biaya
Per kelas biayanya sekitar 150k. Cuma dengan uang 150k kita dapat 20x pertemuan, jadi 1x pertemuan cuma bayar 7500,-  termasuk sangat murah untuk Mahasiswa. Ini lebih murah dari harga ollive dada lembut. hehe

Tempat Belajar
Biasanya KT dilakukan di masjid-masjid sekitar UGM dan Pogung, di wisma-wisma YPIA dll.

Faidah
Beberapa faidah yang saya dapat dari pra senior, kawan, maupun yang saya alami.
Ada kawan satu kelas dengan saya, dia rumahnya Magelang, iya serius Magelang. Jadi tiap kelas, dia pulang-pergi Jogja-Magelang 1 jam lebih, buat nyari ilmu. Saya yang kos sebelahan masjid malu kalau sampai telat.
Ada lagi, ini dari senior, dulu zaman beliau belajar di KT ada 1 santriwati spesial, ibu-ibu, eh bahkan sudah nenek-nenek, 62 tahun dengan 4 orang cucu, di Kelas Tahsin Dasar 1. Kawan-kawan biasa memanggil beliau Bu Ismi, maasyaAllah moga Allah berkahi umur beliau. Apa yang membuat beliau begitu istimewa?
  • Beliau sudah sepuh, tapi semangatnya besar untuk belajar cara baca Quran yang benar. Kita apa kabar? Mahasiswa sok kuat, sok gaul, sok jadi traveller, eh baca Al-Fatihah masih belepotan. Ada? Banyak
  • Sehari sebelum kelas, beliau cek lokasi dulu, agar besoknya tidak salah kelas, dan tidak terlambat. Kita apa kabar? Mahasiswa yang bikin pengajarnya nunggu, datangnya sering telat, sudah gitu salah masuk kelas, gatau nama pengajarnya dll. Ada?
  • Ketika musim hujan, hari itu hujan deras beliau yang domisili Sleman utara, menempuh perjalanan lumayan jauh, tetap hadir, jadilah tubuh beliau, gamis beliau basah karena hujan, meskipun sudah pakai mantel. Kita apa kabar? Mahasiswa mager-an, keguyur hujan dikit niat mau berangkat ikutan luntur, alasanya tidak ada mantel, harusnya kalau tahu musim hujan dan tidak punya mantel kan bisa beli, 5ribu, cukup.
  • Beliau komitmen dan tidak pernah absen, sekali saja tidak. Kita apa kabar? Mahasiswa sok sibuk banyak agenda, izin tidak masuk kelas karena a,b,c,d dll padahal alasan itu bisa ditiadakan. Kecuali jika memang mendesak. Tapi beda, kalau kita dah serius, niat, komitmen, sepertinya tidak akan rela tertinggal kelas meski hanya 1x, serius ini. Apalagi kita bayar loh, ada yang dikorbankan. Kalau boleh bagi info, misal perkelas ada 13 an santri, itu nanti yang bisa bertahan sampai benar-benar lulus kelas hanya 6,7 atau 8 santri sudah alhamdulillah sekali. Coba kalo KT gratis seperti zaman dulu, bisa-bisa hanya ramai di awal, tidak tersisa di akhir. Sedih lihat kenyataan zaman sekarang, fasilitas melimpah, mudah, murah, eh santrinya malah banyak yang berulah. Moga tidak ada lagi yang demikian ya, sayang banget.
  • Suami Istri kompak jadi tholibul ilmi, ketika beliau sedang belajar di KT, suami beliau ternyata jadi santri di MUBK usianya 64 tahun apa ya, dan sudah sampai kelas shorof. Iya, tidak main-main, kelas shorof, puluhan wazan dihafalkan, belum lagi tasrif istilahinya, belum lagi faidah wazan, saya saja pusing di kelas shorof, lha ini beliau sudah sepuh tapi semangatnya hiks, bikin anak muda malu.
  • Beliau sering minta maaf, karena mungkin beliau merasa sedikit lambat belajar dari anak-anak muda, Beliau jika tidak faham langsung tanya, tidak seperti kita, tidak faham disuruh tanya malu. Pas ujian tidak faham nyalah-nyalahin orang lain.









Kalimat mutiara dari beliau yang begitu menusuk, mencubit hati saya.,

“Saya tidak malu sama sekali belajar bareng mahasiswa, maaf ya, kehadiran ibu jadi mengganggu proses belajar mengajar.”

Ya Allah..rasanya pingin saya peluk beliau dan ucapkan, “Tidak sama sekali bu, justru kehadiran ibu membuat kami belajar, apa arti semangat menuntut ilmu, apa makna belajar itu hingga mati, kami menyayangi Bu Ismi.”

Kampus Tahfizh, tempat saya akhirnya sadar bahwa cara baca Alquran itu tidak sembarangan, harus tahu ilmunya, meski dalam belajar sampai ngos-ngosan teriak-teriak. Bagi yang sudah pernah belajar tahsin pasti merasakan betapa haus atau kering tenggorokan ketika tadrib. Tidak jarang kami saat belajar juga berbekal air minum di botol masing-masing. Kampus Tahfzih dan Bu Ismi, terimakasih sudah mengajari saya tentang tahsin dan semangat belajar hingga usia senja, terimakasih sudah membuat saya sadar, bahwa menuntut ilmu itu adalah pekerjaan seumur hidup. KT, kamu istimewa bagi saya.




Referensi :



Pogung, 15 Ramadhan 1441H
Ratna A Arilia Y


Kolaborasi kebaikan
@attadzkirah.blogspotcom x @catatanmasamudaku


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram

https://www.instagram.com/attadzkirah.blogspotcom/
| Designed by Colorlib