Mahad Al-'Ilmi Jogjakarta
Serial Kisah tentang Jogja #7
Perkenalkan, salah satu tempat belajar agama paling nyaman, menyenangkan dan terjangkau yang ada di Pogung, namanya Mahad Al-'Ilmi Yogyakarta atau disingkat MI. MI adalah salah satu Ma'had dengan sistem santri "kalong", artinya santri tidak menetap di Pondok atau yang semisalnya namun seperti kajian kitab rutin di masjid-masjid yang ada di Pogung, serta didukung fasilitas hafalan dll. Santri di MI kebanyakan adalah mahasiswa yang sebelumnya sudah belajar dasar-dasar agama islam seperti Bahasa Arab dan aqidah.
Ada tulisan bagus yang saya kutip dari web Mahad al-'Ilmi sebagai pengantar perkenalan dengan MI, berikut isinya :
Kami adalah mahasiswa-mahasiswa dari berbagai daerah yang tengah menempuh kuliah di Jogjakarta. Sebagian besar kuliah di UGM, tapi juga ada yang kuliah di UNY, UAD, STTN, dan lain sebagainya.
Di zaman seperti sekarang ini yang penuh dengan fitnah, dimana terdapat banyak anak muda yang sama sekali tidak memperdulikan agamanya, ataupun kawula muda yang sangat semangat dalam memperhatikan agamanya namun dia berjalan di atas jalan yang salah, kami bersyukur mendapatkan hidayah dari Allah ‘azza wa jalla –yang di tangan-Nya-lah seluruh hidayah makhluk- untuk menuntut ilmu Syar’i disamping kesibukan kuliah kami. Kami bersyukur dapat menimba ilmu yang diwariskan oleh Rasulullah, para shahabat, dan generasi salafush shalih yang telah mendahului kita melalui karya-karya para ulama’. Kami sebelumnya terkungkung dalam kegelapan dan kebodohan terhadap ilmu agama sehingga kami bersyukur dengan keadaan kami saat ini dimana kami jadi mengetahui ini tauhid, ini syirik, ini sunnah ini bid’ah, meskipun secara praktek kami mengakui masih banyak kekurangan. Akan tetapi, semoga Allah menambah petunjuk kepada kami setelah petunjuk yang telah ada dan diberi taufik untuk melaksanakan petunjuk tersebut.
Di saat mahasiswa lain menghabiskan waktu di bioskop-bioskop, di game center- game center, di mall-mall, ataupun tempat-tempat lainnya, alhamdulillah kami diberi taufik dari Allah untuk duduk di masjid, mendengarkan ilmu yang disampailan oleh guru – guru dan ustadz-ustadz kami yang sudah kami anggap sebagai orang tua kami disini – semoga Allah senantiasa menjaga mereka dan menambahkan ilmu kepada mereka-. Bukan maksud kami untuk membanggakan diri, akan tetapi kami hanya menceritakan kebahagiaan yang kami rasakan kala kami menuntut ilmu supaya kaum muslimin yang lain turut serta merasakan kebahagiaan yang kami rasakan.
Adakah kebaikan yang lebih bermakna bagi kami, yang bisa meninggalkan rokok, meninggalkan musik, meninggalkan pacaran, dan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan umumnya kawula muda? Sungguh hal ini merupakan nikmat yang besar.
Kami hanya berdo’a semoga Allah ‘azza wa jalla senantiasa menjaga hati-hati kami dalam ketaatan, semoga nikmat yang besar ini – nikmat bermanhaj salaf dan menuntut ilmu agama- terus dicurahkan kepada kami sampai Allah memisahkan kami dari kehidupan dunia yang fana ini.
sumber : https://mahadilmi.id/tentang-kami/
Secara lebih jelas akan saya jabarkan beberapa hal :
Tahapan Seleksi
Diperlukan serangkaian test untuk bisa masuk MI, diantaranya :
1. Ada surat rekomendasi dari Ustadz atau Ustadzah atau pengajar. Biasanya santri akan minta surat rekomendasi dari pengajar di MUBK, bagi yang belum tau MUBK bisa cek postingan saya sebelumnya. (https://at-tadzkirah.blogspot.com/2020/05/mubk-mahad-umar-bin-khattab.html). Pada dasarnya MUBK didesain agar santri bisa melanjutkan belajar di MI. Jadi tahapannya belajar di MUBK dulu baru lanjut di MI, umumnya demikian.
2. Tes tulis. Test ini berisi beberapa bagian, yaitu soal Bahasa Arab terkait ilmu nahwu dan shorof, jadi santri setidaknya sudah tidak kaget dengan arab gundul. Bagian kedua, berisi soal aqidah dan tauhid serta fiqih. Aqidah dan tauhid sangat menentukan apakah bisa lolos seleksi lanjutan atau tidak, karena santri yang diterima haruslah yang memiliki manhaj sebagaimana para salafush sholih, artinya bukan dari manhaj yang menyimpang.
3. Tes lisan/ wawancara. Test ini dilakukan calon santri secara langsung dengan Ustadz/Ustadzah secara 4 mata. Bagian pertama baca kitab, santri diminta membaca tulisan arab gundul dan ditanya i'rob nya serta artinya. Kedua, wawancara lebih mendalam tentang aqidah dan manhaj. Ketiga, calon santri diminta membaca potongan ayat di Alquran, diuji tartilnya, sudah betul atau belum makhorijul huruf dan hukum-hukumnya, juga ditanya berapa hafalan yang dimiliki.
Setelah serangkaian test, calon santri yang lolos akan dihubungi panitia / pengurus.
Sistem dan Program Belajar
Seperti yang sudah saya jelaskan sedikit di awal, sistem belajar di MI tidak seperti pondok pesantren tapi seperti kajian kitab rutin di masjid yang terjadwal. Mahasantri yang sudah lolos seleksi akan mengikuti beberapa program belajar selama 1 tahun. Kajian terbagi mejadi 2 kelompok besar, yaitu kajian rutin dan dauroh. Untuk kajian rutin semuanya berlangsung dari jam 16.00-17.30 biasanya demikian. Akan saya jabarkan melalui gambar.
Perlu diketahui, istimewanya MI adalah, kita tidak harus jadi santri untuk bisa dapat ilmu secara gratis. Mustami/Mustami'ah (peserta kajian non santri) juga boleh datang, mendengar dan mencatat ilmu dari Ustadz, baik kajian rutin atau dauroh. Bahkan mustami' berkesempatan mendapatkan kitab gratis ketika dauroh. Keren fix!
Hanya program setoran dan baca kitab saja yang mustami' tidak dapat mengikutinya.
Jadi meski belum bisa masuk MI, jangan kendor datang kajiannya ya. Kajian rutin yang peseranya membludak biasanya di hari Senin dan Sabtu, pelajaran Aqidah Wasithiyyah dan Kitab Tauhid, walhamdulillah, banyak mahasantri yang sudah paham bahwa penting untuk membangun pondasi. Untuk pelajaran fiqh juga lumayan pesertanya meskipun tidak sebanyak pelajaran Aqidah dan tauhid. Ada yang unik, entah hukum alam atau apa, kajian pelajaran ushul fiqh adalah kajian paling konsisten pesertanya, -paling sedikit- hehehe. Dikarenakan di kajian ini memang spesial, butuh dasar Bahasa Arab yang lebih dalam, butuh penelaahan, butuh konsentrasi tinggi, ngantuk 3 detik hilang pelajaran 1 halaman kira-kira begitulah gambarannya. Tapi ini pelajaran paling seru, serius. Jadi untuk diri sendiri dulu, "Meskipun belum faham-faham tidak mengapa, asal tidak berhenti belajar ya."
Sistem setoran hadits dan Quran
Sebagaimana yang sudah ada di gambar sebelumnya, sistem setoran hadits arabain dan Quran dibagi per kelompok. Biasanya 1 kelompok terdiri dari 10 orang, setiap kelompok terdapat 1 Ustadz/Ustadzah pengampu setoran. Setoran dilaksanakan 1 pekan 1x. Semester pertama wajib menyelesaikan 23 hadits arbain dan 1 juz Alquran, semester kedua wajib menyelesaikan 1 kitab matan hadits arbain dan 2 juz Alquran. Ada ujian lisan maupun tulisan di akhir semester.
Setiap santri boleh setor hafalan Quran maupun hadits dalam jumlah sedikit ataupun banyak, ini tergantung pengampu juga. Asalkan target terpenuhi aja.
Sistem kajian Baca Kitab
Ini yang spesial juga dari MI, kajian baca kitab langsung bersama Ustadz/Ustadzah, di sini santri dibiasakan dan dipaksa baca kitab gundul, mulai mengharakati, menerjemahkan dan mengirob nya. Jadi ini kajian dobel-dobel untungnya, ilmu dapat, faidah dapat, i'rob dapat dll. Double combo, paket lengkap. Mana sering sekali dapat nasihat dan faidah yang ngejleb-ngejleb dari Ustadzah. Moga Allah jaga para guru kita semua.
Biaya
1 tahun butuh 1,1 juta semua kebutuhan sudah terpenuhi.
Hohoho.. ini tidak kalah menarik, masak iya fasilitas selengkap ini biaya perbulan hanya 50k. Serius kawan-kawan, sehari kita sisihkan uang 2rebu bisa buat bayar SPP bulanan di MI. Sedang untuk kitab, ada biaya sekitar 500k, sudah termasuk semua kitab yang santri butuhkan. SPP segini jauh lebih murah dibanding yang lain, karena lengkapnya fasilitas yang diberikan.
Kita hitung-hitungan ya, jadi selama setahun kita butuh biaya @50k x 12 = 600k
plus kitab 500k. Total 1,1 juta selama 1 tahun.
Jadi misal kita bukan anak konglomerat, masih bisa ikut MI, karena sehari kita hanya butuh nabung 3 rebu rupiah saja.
Bayangkan, kitab kajian rutin ada 5, kitab dauroh minimal ada 9, belum lagi jika Ustadz sering bagi-bagi kitab, padahal kita tahu harga kitab arab itu tidak murah dan carinya tidak mudah. Bagi santri, tinggal duduk manis belajar, semua kebutuhan sudah disiapkan pengurus. MaasyaAllah. Moga Allah balas seluruh keringat para pengurus dengan pahala yang melimpah dan kebaikan yang banyak.
SENIOR DAN ALUMNI
Banyak sekali senior dan alumni yang saat ini mungkin kawan-kawan tidak asing lagi dengan beliau-beliau. Beberapa contoh saja : Ustadz Abduh Tuasikal, Ustadz Reahanul Bahraen, Ustadz Ammi Nur Baits, Ustadz Yulian Purnama, dan masih banyak lagi.
KISAH CINTA
Di MI, kita banyak diajari ilmu. Pertama, adab, entahlah, saya sering berdecak kagum melihat mereka para santri menuntut ilmu, saya coba contoh apa yang mereka lakukan. Adab pada sesama kawan, adab pada guru, adab pada kitab dll. Saya dapati mereka adalah mahasantri yang qonaah lagi tawaduk. Mereka selalu merendah urusan ilmu agama, padahal saya tau betul mereka paham ilmu tersebut, apalagi perihal hafalan, mereka jaga rapat-rapat padahal saya yakin hafalan mereka sudah banyak, mereka mengajari saya banyak hal.
Di MI kita bisa temukan gerombolan ruh-ruh kita, karena ruh akan bersama dengan yang setipe. Temukanlah mereka yang mencintai Allah dan Rasul shallallahu alaihi wasallam dengan ilmu dan cara yang benar. Temukanlah mereka yang sevisi denganmu urusan semangat belajar agama. Temukanlah mereka yang mengajakmu untuk meng-upgrade kemampuan mu. Temukanlah mereka yang isi pesannya adalah nasihat, yang bicaranya adalah tanda sayang, yang hidup mereka cerminan dari Quran dan sunnah. Temukanlah mereka, pergauli mereka.
Saya jatuh hati pada mereka...
Ketika ada yang mulai ngantuk yang lain langsung membangunkan, sekadar menyarankan untuk berwudhu, memberi air minum atau permen, ataupun tindakan kecil penuh makna lainnya
Ketika ada yang tidak hadir, tidak jarang yang lain langsung mencari, menanyakan, menghubungi.
Ketika ada yang sakit, tidak jarang pesan datang berisi doa kesembuhan, bahkan juga ada yang menjenguk.
Ketika dauroh seharian, tidak jarang ada makanan lewat entah dari siapa, saling berbagi tanpa mau diketahui.
Ketika ada tugas, ada jadwal setoran dll, tidak jarang saling mengingatkan.
Saya jatuh hati pada mereka...
Mereka sederhana, meski saya tahu mereka bisa jadi dari keluarga kaya raya.
Mereka kawan berdiskusi yang baik, penyemangat yang ulung, alarm hidup yang perhatian.
Mereka tanamkan pada saya, ilmu dunia memang penting, tapi tetap ilmu agama yang paling penting.
Mereka ajarkan, tidak bertentangan belajar agama dan belaajr ilmu dunia di kampus.
Mereka ingatkan pada saya, tugas saya sebagai manusia adalah beribadah, tidak bisa ibadah kecuali dengan ilmu, dan ilmu agama tidaklah didapat dari rapat organisasi kampus, mengurusi event sana-sini, ambis pada kuliah hingga lupa diri. Ilmu agama didapat dari ngaji, duduk di masjid mencatat ilmu dan diamalkan. Dan ilmu yang terstruktur tidak bisa didapat jika hanya kajian sana sini tanpa mau mengikatkan diri.
Jadi penting sekali, untuk kita, saya dan kamu... menyadari, Mahasiswa yang berilmu, beretika dan bertakwa jauh lebih dibutuhkan. Mahasiswa yang takut pada Allah, mahasiswa yang unggul, yang ketika ada suatu hal timbangannya adalah syariat.
Beruntunglah kamu, mahasiswa yang diberi kesempatan Allah menghirup nafas dan menimati hidup di Jogja dengan penuh kesadaran, ilmu agama itu penting, sehingga bersemangat kuliah dan ngaji.
Mengutip makna dari buku "Mahasantri" karya Ustadz Abduh Tuasikal dan Ustadz dr Saifudin Hakim, guru kami, hafizhahumallahu ta'ala.
"Jangan sampai bergelar doktor, namun ilmu agama nol. Ilmu dunia dikejar hingga ujung dunia, sedang ilmu agama tidak pernah ada minat mempelajarinya. Jangan sampai punya gelar banyak tapi sholat saja masih tidak becus."
Mengutip nasihat secara makna dari Ustadzah Ummu Tsabit hafizhahallahu ta'la, senior dan teladan saya,
"Mahasiswa yang keren itu yang ketika lulus kuliah tidak hanya punya ijazah, tapi mahasiswa yang keren itu yang ketika kuliah sudah bisa sedikit-sedikit baca kitab gundul, bisa Bahasa Arab, punya hafalan beberapa juz, punya hafalan hadits dll."
Karena akan terbedakan, Mahasantri, adalah dia yang sadar hidupnya sudah banyak dihabiskan untuk dunia, maka ketika di kuliah di Jogja, ia manfaatkan dengan baik kesempatan belajar agama. Mahasantri, adalah dia yang terbedakan dari anak-anak muda lainya, setidaknya ia tahu bagaimana wudhu dan sholat yang benar, bagaimana membaca Al-Fatihah yang benar, bagaimana bermuamalah yang benar. Mahasantri akan tebedakan adabnya, semangatnya, cara bicaranya, hidupnya, mereka berusaha mengamalkan Quran dan sunnah.
Jadi untuk kalian yang tinggal di Jogja, para mahasiswa baru, mahasiswa muda, mahasiswa tua, bahkan yang sudah bekerja, makan yang teratur dan jaga kesehatan ya, kenapa? karena menuntut ilmu adalah pekerjaan seumur hidup, butuh energi dan istiqomah di dalamnya. Mumpung masih muda, mumpung masih hidup di Jogja, ayo sama-sama ngaji belajar agama. Karena nanti kita akan di tanya, masa muda kita untuk apa?
Murojaah oleh : Ummu Arqam hafizhahallahu
Barakallahu fiikum
Pogung, Jogja 11 Ramadhan 1441H
Kolaborasi kebaikan
@attadzkirah.blogspotcom x @ heningwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar