Meneladani Para Salaf di Bulan Ramadhan #1


Bagaimana kira-kira para salafush solih, para pendahulu kita ketika bulan Ramadhan tiba?

Tentang bulan Ramadhan yang penuh berkah, Allah telah berfirman

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) Qs Al Baqarah: 185

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 

Makna kata : { شَهۡرُ رَمَضَانَ } Syahru Ramadhan : Bulan kesembilan dari urutan tahun Qomariyah, kata syahr (bulan) diambil dari kata syuhrah (terkenal), dan kata Ramadhan diambil dari kata ramadha ash-shaim apabila orang yang berpuasa merasakan panas dalam tenggorokannya karena haus.

{ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ } Aladziy unzila fiihil qur’aan : Ini menunjukkan keutamaan bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan yang lain, karena Allah menurunkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan, pada malam lailatul qadar berdasarkan ayat,”Sesungguhnya kami menurunkan Al-Qur’an pada malam yang berkah” (QS Adh-Dhukan : 3). Diturunkan sekaligus dari Lauhul mahfudz ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Kemudian setelah itu diturunkan secara berangsur-angsur. Dimulai turunnya Al-Qur’an kepada Rasulullah ﷺ di bulan Ramadhan juga.

{ هُدٗى لِّلنَّاسِ } Hudan linnaas : Petunjuk bagi manusia untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

{ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ } Wa bayyinaatin minal huda wal furqan : Al-Bayyinaat merupakan bentuk jamak dari bayyinah, dan al-Huda artinya adalah petunjuk. Maksudnya bahwa Al-Qur’an turun sebagai petunjuk bagi manusia, menjelaskan jalan petunjuk bagi mereka, dan menerangkan jalan keberhasilan dan kesuksesan, serta menjadi pembeda antara kebenaran dan kebathilan dalam setiap sisi kehidupan.

Referensi: https://tafsirweb.com/691-quran-surat-al-baqarah-ayat-185.html 

 

Sebagaimana kita tahu, bulan Ramadhan memiliki kekhususan dan keutamaan yang tidak dimiliki bulan-bulan selainnya, di antaranya :

1. Bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih wangi daripada bau kasturi.

2. Para malaikat mendoakan ampunan bagi orang yang berpuasa hingga mereka berbuka.

3. Setiap hari Allah memperindah surgaNya.

4. Setan-setan dibelenggu.

5. Pintu-pintu surga dibuka dan ditutup pintu-pintu neraka.

6. Didalamnya terdapat malam laitatul qadar, malam yang lebih baik dari 1000 bulan (83 tahun), siapa yang tidak mendapatkan lailatul qadar, dia tidak mendapatkan segala kebaikan.

7. Orang-orang yang berpuasa diampuni di akhir malam Ramadhan.

Dan keutamaan-keutamaan lainnya.

Setelah kita tahu betapa banyak keutamaan bulan Ramadhan, apakah kita akan menyambutnya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat? Dengan bermain-main, menyiakan waktu, begadang malam tidak jelas. Atau malah ketika tahu hendak datang bulan Ramadhan, justru merasa berat? Merasa bosan, merasa menderita karena harus menahan makan, minum dan syahwat?

Kita berlindung kepada Allah dari sifat-sifat yang demikian.

 

Berbeda dengan hamba yang sholih, mereka akan menyambut Ramadhan dengan taubatan nasuha, memperbanyak sedekah, beramal ketaatan, amal ibadah yang berkualitas, dan meminta pertolongan kepada Allah agar memperbagus ibadah kita.

Taubatan nashuha, taubat sebenar-benar taubat. Di antara hal yang petut kita taubati adalah :

1. Taubat dari membuang waktu, menghabiskan waktu dengan hal sia-sia. Apa yang termasuk membuang-buang waktu? Lihat drama Korea puluhan episode, scroll sosmed terus-terusan, lihat story IG, story WA, cek feed IG, lihat beranda facebook, cek twitter, ikut komen sana sini, buka market place scroll-scroll terus tidak berhenti.

2. Taubat karena banyak hal positif terlewatkan akibat tidur melebihi kebutuhan. Tidur dari pagi sampai siang, siang sampai sore. Sudah dewasa, berbeda dengan bayi yang memang kerjaan mereka tidur dan bermain. Kaum rebahan!

3. Taubat karena malas ibadah sunnah, apa contohnya? Malas sholat rawatib padahal sudah jelas-jelas agungnya ganjaran dari ibadah tersebut. Malas sholat duha meski hanya 2 rakaat, padahal juga sudah jelas keutamaannya. Malas sholat witir meski hanya 3 rakaat

 

Generasi milenial yang jalan menuju kemaksiatan terbuka lebar, dengan bermodal jempol dan gawai di tangan, berbagai pintu dosa menganga. Waktu-waktu dihabiskan di atas kasur, alasan mager menjadikan tidak berkahnya umur. Kita harus memperbanyak taubat! Bangun! Sebentar lagi Ramadhan tiba! Bangun!

 

Amal-amal sholih yang bisa kita lakukan dan upayakan sebaik mungkin di bulan Ramadhan apa saja?

1. PUASA

Kita diwajibakan puasa Ramadhan, Allah sendiri yang akan membalas amal puasa kita, karena puasa itu untuk Allah, sebagaimana haditsnya :

 كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

 “Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya.”


Dari Abu Hurairah di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Puasa yang benar itu menjadikan puasa sebagai perisai dari kemaksiatan di dunia dan siksa api neraka di akhirat, jangan berucap kotor, jangan melakukan dosa besar. Di antara dosa besar lisan, mencaci maki. Ketika kita berpuasa, maka puasakanlah semua anggota tubuh kita dari hal kemaksiatan dan hal sia-sia.

 

 

2. SHOLAT MALAM

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)


Allah ta'ala berfriman,

وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا 

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

وَٱلَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَٰمًا 
Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.
(QS Al Furqon 63-64)

 

Jalannya orang yang sombong itu melengos, tidak menyapa, berbeda dengan jalannya orang yang  beriman. Sebagian salaf tidak menyukai orang yang berjalan dibuat lemas, yang itu pura-pura. Umar melihat anak muda yang jalannya pelan-pelan, dikira sakit, dipukuli dengan tongkat kecil, dimarahi. Orang islam itu jalannya tegap. Jalan tenang dan berwibawa.

Siapa yang tidak melihat nikmat Allah, kecuali ketika diberi maknana dan minumam, maka dia sedikit ilmunya dan datang sisksaannya, orang-orang bodoh berbuat bodoh pada mereka (dicap radikal dll) tidak dibalas yang semisal tapi dimaafkan, tidak komentar kecuali yang baik-baik. Sifat orang yang beriman, tidur sedikit, banyak bangun untuk ketaatan, mengisi sahur dengan banyak istigfar,

 

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, mengajak keluarganya untuk menegakkan sholat bahkan hingga habis separuh malam untuk menegakkan sholat, kemudian beliau bacakan ayat,

 وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ 

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." QS Thaha 132

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H :
Yang fardhu maupun yang sunat. Perintah kepada sesuatu, berarti perintah pula kepada semua yang menjadikan shalat sempurna. Termasuk juga perintah mengajarkan mereka (keluarga) tentang shalat, seperti yang wajib dalam shalat dan yang sunahnya, demikian pula yang membatalkan shalat dan yang makruh dalam shalat. Dengan menegakkannya, mengerjakan rukun-rukun, adab-adab dan khusyu’nya.

 Hal ini memang berat bagi jiwa, akan tetapi perlu dipaksa dan dikerahkan kemampuan sehingga terbiasa. Yang demikian karena apabila seseorang sudah mengerjakan shalat sesuai yang diperintahkan dan menjaganya, maka terhadap perintah-perintah agama yang lain, maka dia akan mampu menjaganya. Sebaliknya, jika shalatnya tidak diperhatikan bahkan ditinggalkan, maka perintah-perintah agama yang lain tentu akan ditinggalkan. Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjamin tentang masalah rezeki, yakni janganlah hal itu terlalu dipikirkan sampai kurang memberikan perhatian terhadap perintah-perintah agama.



Kebanyakan orang menunda-nunda sholat atau bahkan meninggalkan sholat dengan alasan bekerja mencari rezeki, padahal sholat tidaklah menghambat rezeki. Allah tegaskan, bahwa hewan, dan bahkan orang kafirpun Allah jamin rezekinya. Lantas bagaimana dengan mereka yang beriman dan beramal sholih, mereka yang senantiasa bertakwa, tidak akan mungkin ditelantarkan.

 

 

Kemudian masih tentang sholat malam, Ibnu Umar juga membacakan ayat QS Az Zumar : 9

 أَمَّنْ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ ٱلْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا۟ رَحْمَةَ رَبِّهِۦ 

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?

Lalu berkata, itulah gambaran Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim, bahwa Ibnu Umar pernah sholat dengan Utsam bin Affan dimana ketika itu Utsman radhiyallahu ‘anhu menaca khatam Al Quran dalam 1 rakaat.

 

Siapakah Utsman bin Affan itu?

Bisnisman yang banyak sekali usaha, tapi sholat malamnya tidak terhalangi, khalifah yang mengurusi banyak hal, memiliki banyak rakyat. Lalu bagaiman dengan kita? Tidak sibuk-sibuk amat, tidak punya “rakyat”, paling-paling kalau suami, ya “rakyatnya” hanya istri dan anak-anaknya,  lebih-lebih lagi yang jomblo.

 

Biasanya beliau khatam quran dalam 1 rakaat, ini tidak bisa terjadi kecuali beliau adalah orang yang hafal quran dan lancar membacanya.

 

Sholat malam di masa sahabat biasanya mereka sambil membawa tongkat, karena 1 rakaat itu biasanya seratusan ayat, sholat terawihnya sampai waktu sahur. Berarti Surah Yasin tidak masuk, mungkin Surah Kahfi yang masuk, 110 ayat, itu kalau kita lancar baca hafal, 15-20 menit itu berdiri terus. Tidak kaget kalau bubar sholat tarawih bisa hampir subuh.

Nah jaman kita? sholat tarawih 1 jam saja sudah mendehem semua jamaahnya, sudah pada komplain, sholat tarawihnya sahabat bubarnya menjelang subuh.  Aina nahnu min haaulaak????



Faidah Kajian "Meneladani Para Salaf di bulan Ramadhan" Bersama ustadz Dr Aris Munandar hafizhahullahu ta'ala Rabu, 7 April 2021. Pertemuan 1

Ikuti kajiannya: https://www.youtube.com/watch?v=hFf1GT14zgc&list=PLVbmW1LOF7K2qSRed7FK4AH5uJI4880fO

Lanjut Pertemuan 2 klik :

http://at-tadzkirah.blogspot.com/2021/04/meneladani-para-salaf-di-bulan-ramadhan_9.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram

https://www.instagram.com/attadzkirah.blogspotcom/
| Designed by Colorlib