Tatatatatata
Tulisan ini adalah salah satu hadiah untuk dia di hari paling bahagianya.
Tepat hari ini, lebih dari 1395 hari saya lewati bersama dia, sosok yang banyak kisah hidup saya, tulisan-tulisan saya, dan perjalanan saya selama di Jogja terilhami olehnya. Seorang adik, sahabat, guru dan rumah tempat saya pulang setelah lelah mengurus pekerjaan dunia di Jogja. Berboncengan melewati puluhan kilometer jalanan di Jogja, naik ke selatan melewati bukit bintang, terus menuju timur melampaui batas dua kota. Jogja lantai dua, Gunungkidul, pantai dan pondok pesantren penuh cinta. Di sana kami dipertemukan.
Dia adalah sosok yang kalem dan tegas, cenderung anteng tak banyak gaya. Berkebalikan dengan saya, beda jauh sekali. Namun jika saya bongkar semua kecantikan adabnya, kebaikan hatinya, dan semua sifat-sifatnya, sudah pasti semua manusia akan cemburu, karena saya yang memenangkan persahabatan dengannya. Di antara jamaah ospek Teknik Kimia UGM, di antara semua ribuah mahaiswa teknik, kenapa saya yang dijadikan sahabat olehnya. Padahal kampus kami berbeda jauh, terhalang GMC, FKKMK dan Sardjito bahkan.
Saya kisahkan bagaimana saya menemukan ghonimah itu, di tahun 2017 di bulan Oktober, saya awal ngaji. Ceritanya saya hanya diminta tolong sebagai penunjuk jalan bagi teman-teman muslimah maba Takkim untuk rihlah ke pantai Gunungkidul. Setelah menempuh perjalanan 2 jam kami sampai di salah satu pantai. Kami istirahat, berdiskusi dan bertafakkur sambil menunggu Tata, yang 1 jam setelah itu baru datang, sempat kesal sedikit, karena ketika semua sudah kelaparan dan ingin pulang dia baru datang. Pada akhirnya, kami makan di rumah Tata, dijamu dengan jamuan yang paling berkesan oleh ibu dan bapak. Saya melihat baiknya adab dan akhlak yang dia dan keluarganya tunjukkan meskipun penampilannya paling "nyleneh" di antara kami. Ya, dia satu-satunya maba yang :
1)bercadar
2)tidak mau main air
3) tidak mau foto
4)hanya menunggu tas milik maba yang lain dan duduk tenang di pinggir pantai.
Aneh, itulah kesan pertama yang saya dapati, hingga rasa penasaran saya memuncak pada cadar dan jilbab lebar. Islam model apa yang dia yakini??? karena memang saat itu saya baru ngaji, belum paham sunnah dll.
Rasa penasaran saya membawa saya ke kajian kitab Shifat Mar'ah Muslimah di Sendowo bersama Ustadz Aris Munandar hafizdahullhu taala. Bersama Tata pertama kali saya duduk di majelis kajian kitab gundul, dengan dominasi jamaah akhowat berpakaian hitam, becadar, duduk rapi menyimak materi. Tiada suara, semua fokus pada kitabnya, mungkin hanya saya yang sibuk nulis semua perkataan Ustadz kala itu. Tapi setelah kajian usai, saya dibuat kaget, yakni senyum yang selalu terlempar di setiap sudut bibir jamaah, tak jarang salaman, peluk hangat dan cium saya lihat. Saya merasa batin yang tenang dan bahagia, meski baru ngaji, Tata dan teman-teman lain menyambut saya dengan penuh kasih sayang.
Rasa penasaran saya berlanjut. Saya berdoa setelah itu dengan merengek, karena besarnya rasa takut saya kala itu. Takut ikut aliran sesat hahaha.
"Ya Allah, saya ingin belajar agamaMu, tunjukkan saya kepada islam yang benar, karuniakan kepada saya seorang sahabat yang bisa membimbing saya,tak perlu banyak. Satupun tak apa."
Seperti itu kira-kira permintaan saya sebelum memberanikan diri ngaji di Pogung dan sekitarnya
Alhamdulillah, Allah berikan saya taufik untuk ngaji di Pogung, diajak main ke wisma oleh Tata, dikenalkan dengan banyak orang baik, di ajak kajian hampir setiap hari. Disemangati belajar bahasa Arab, di semangati untuk bisa daftar Mahad Ilmi dan semua hal baik.
"Aku ga mau kelas persiapan di MUBK, udah ga punya banyak waktu di Jogja kayae. Ga mau juga ikut kelas pra tahsin soale ga punya banyak waktu. Ajarin aku biar bisa langsung masuk Nahwu 1 di MUBK dan Tahsin Dasar 1 di Kampus Tahfiz ya.." Seperti itu kira-kira pintaku pada Tata.
Selasa pagi sebelum saya praktikum di kampus, saya nylonong ke fakultas teknik untuk diajari Kitab Muyassar, mumpung Tata selo sebelum kelas. Ya kami beda prodi, beda fakultas dan beda angkatan.
Di lain waktu, selasa sebelum duhur saya merangsek masuk wisma, minta diajari tahsin, dari dasar sekali. Sore hari adalah waktu saya menjemput Tata menuju MPD, MPR, Al Ashri, benar-benar hampir setiap hari. Atas izin Allah, Tata adalah wasilah saya hingga saat ini, termotivasi belajar giat di Mahad pun juga dengan melihat prestasinya.
"Mbak, kalau lepas kaus kaki yang kiri dulu."
"Mbak ga boleh dokumentasiin kajian muslimah pakai foto atau vidio ya."
"Mbak, kalau ruku' itu tangan jangan ditekuk karena nanti punggungnya ga sejajar kepala"
"Mba, muslim yang baik itu yang ninggalin sesuatu yang ga bermanfaat, mba bisa ga berhenti nonton MotoGP."
"Mbak kalau sholat kakinya dibuka seukur mangkib, tumit ketemu tumit jamah lain, rapatkan shaff."
"Mbak ayo ke Sarhid." Dan ini adalah ritual bulanan kami.
"Mbak tak beliin ini ya (Buku Doa dan Dzikir Ustadz Yazid versi tebal)" buku pertama saya ketika saya tahu apa itu Sarhid.
"Mbak ini buat mbak, (Buku Masuk Surga Sekeluarga Reuni Sahabat di Surga Ustadz Raehanul) ketika pamitan dari MPD di bulan Ramadhan"
"Mbak, mau ga ikut kita bantu dakwah sunnah remaja di Gunungkidul?"
"Mbak mulai besok ada dauroh Sifat sholat Nabi karya Syaikh bin Bazz di al ashri yuk ikut."
"Mbak besok bobok wisma aja, ada kajian malem, ada tahsin dll"
"Mbak besok sama anak-anak wisma berangkat pagi jalan kaki aja yuk ke Masjid"
"Mbak, besok insyaAllah ketemu di Darush sholihin ya.."
"Mbak ini ada kado buku buat mbak wisuda dari aku dan anak-anak"
"Mbak puasa bareng yuk"
"Mbak ini ada hadiah kitab buat mbak"
"Mbak ada hadits lo kalau malaikat ndak mau masuk rumah yang ada gambar mahkluk di dalamnya." itu foto ala-ala tumbler baru malam saya pasang, besok siangnya sudah saya copot setelah dia bacakan hadits.
"Mbak, ada hadits lo kalau musik itu haram" auto hapus semua file film, lagu koplo via valen, sholawatan ala-ala nisa sabyan dan habib syekh. Local disk D auto lega.
"Mbak ayuk barengan anak-anak pesen kitab tadzkirotus sami, nunggu lama gpp ya belinya di Mesir"
"Mbak kamar wisma di cat ungu yuk"
"Mbak ini kitabul ilmi buat mbak""
Mbak ini mukena hadiah buat mbak.
"mbak tak masakin sambel tomat trasi segar. Mba bikin steak yuk. Mbak bikin sambal matah yuk. Mba bikin seblak yuk. Mbak laper, malem" masak Indomie yuk......."
Dan masih banyak nasihat dan percakapan yang begitu menyentuh sehingga saya tunduk pada dalil melalui wasilahnya atau sekadar bahagia dengan ketulusannya. Tata kenalkan saya apa itu manhaj salaf dengan adab dan kasih sayang. Masih banyak nasihat Tata yang saya tulisakan bisa jadi mengalahkan rekor episode Cinta Fitri atau Tukang Bubur Naik Haji *canda
Setiap hari 24/7 kami chat, sekadar
"Dek dah siap? ku jemput ya cus al ashri."
atau chat panjang lebar, bercerita, berdiskusi, berbagi sedih dan tawa.
Telpon, vidcall bisa lebih dari 3jam, menemani malam saya hampir setiap hari, waktu skripsi, waktu belajar, waktu lembur kerja, semua aktivitas malam kami bersama via udara. Dan ini hanya bisa terjadi antara saya dan 1 orang manusia di dunia, yakni Tata.
Setiap akhir pekan adalah jadwal saya pulang ke rumah Tata, ikut-ikutan pulang. Ibunya seperti ibu saya, Bapak dan kakaknya pun demikian. Mereka begitu menyayangi saya layaknya anak sendiri, tidak membedakan apapun. Saya sering manja ke ibu, pun ke Tata, atau ke bapak sekedar minta dibuatkan jamu dari empon-empon dari panen di pekarangan bapak. Tidur di pangkuan ibu. Minta masakannya embak Alfi yg enak bgt, minta berbagi kamar dengan Tata, berbagi wadah sabun dan sikat gigi, beli baju warna ungu sama, beli daster sama, beli rok sama, beli makanan kesukaan sama dan masih banyak lagi.
Di dunia ini Ratna adalah Ratna dari banyak Ratna di dunia, dan Tata adalah Tata di antara banyaknya tata di dunia. Lalu kenapa harus Tata yang ini yang saya memenangkan persahabatan dengannya?
Lalu kenapa harus Tata? karena dia baik? bukan, faktanya banyak orang baik di dunia ini.
Jawabannya karena Allah yang karuniakan dia sebagai salah satu rezeki terindah dalam bagian masa muda saya, hadirnya Tata adalah wasilah menuju jalan Haq. Mungkin Tata adalah jawaban dari doa saya ketika meminta diberikan sahabat yang tidak akan saya cari-cari lagi penggantinya.
Kami sedekat apa yang orang-orang tidak bisa bayangkan. Ada waktu yang kami investasikan bersama. Ada waktu yang kami lewati untuk saling mengenal, berbagi, memberi, saling menyemangati, bertukar hadiah, memberi udzur, mendoakan dalam kebaikan, mensupport ketika yang lain terjatuh, menasihati. Ada waktu yang kami habiskan untuk mengurai benang ruwet permasalahan di antara kami, salah sangka, amarah, emosi, keras kepala, bertengkar hampir setiap hari. Masalah sepele hingga masalah paling besar yang membuat kami hampir-hampir menyerah satu sama lain.
Atas izin Allah, kami berhasil lalui itu, bukan dalam waktu yang singkat, justru dalam waktu lebih dari satu tahun kami begulat dengan emosi yang pada akhirnya kami tetap diizinkan bersama. Memperbaiki keadaan. Berjanji untuk saling menyayangi dan terus menyayangi satu sama lain, karena saya percaya, apa apa yang diniatkan karena Allah dia akan kekal, dia akan mampu bertahan seburuk apapun keadaan.
Semua inilah yang membuat aroma kecintaan dan kenangan merekah, semerbak mewangi disetiap sudut tempat, di sarhid atau di toga mas tempat kami habiskan uang jajan untuk buku. Wangi di setiap sudut MPR, MPD, Al ashri, al ikhlas sendowo, al ikhlas karangbendo, darush sholihihn, al azhar karangrejek, Ekamas, Smada, rumah Ustadzah Siwi hafidzahallahu, Jamil, Mips, Baitul Abror patangpuluhan, Pantai Drini, Pantai Ngetun, Martabak Indoholand, Jajanan GOR klebengan, Plaza Agro, sepanjang pandega marta, masjid agung manunggal bantul, Mie lethek Pandak, Rumah Sakit, Semua wisma-wisma dan masih buanyak lagi...
Saya sadari pentingnya waktu, dia tidak akan kembali, tidak akan terulang, maka kita harus perhatikan dengan siapa kita menginvestasikannya. 24/7, melalui beberapa idul Adha bersama, menjalani ramadhan dan idul Fitri bersama. Satu atap tanpa jeda. Semua baik buruk, semua luar dalam, semua saya sudah hafal dari Tata. Itulah, mengapa dia begitu besar menempati posisi di hati saya. Waktu yang kami investasikan begitu banyak.
Hari ini, telah saya tunaikan janji saya, telah saya lunasi hutang saya, telah saya purnakan tugas saya. Hari ini saya mengantarmu di kursi pelaminan. Semoga kau temukan sahabat yang lebih baik dariku.
Kini supirmu telah berganti orang, tukang pijatmu telah berganti orang, teman shoppingmu telah berganti orang, teman diskusi malammu telah berganti orang, teman se atapmu, se kamarmu, sudah berganti. Orang yang meyuapi makanmu telah berganti. Orang yang nyiapin vitamin tiap malam sudah berganti. Orang yg selalu datang, memeluk dan menguatkanmu ketika kamu jatuh sudah berganti. Orang yg selalu berusaha membuat mu tersenyum bahagia juga sudah berganti.
Hari ini telah saya selesaikan semuanya, barakallahu lakuma, wabaraka alaykuma, wa jamaa baynakuma fii khoir bisik saya tadi pagi di depanmu menahan ribuah bulir mata dan tubuh lemas dibalut kesedihan dan haru.
Selamat berbahagia adik kecilku, seperti ucapanmu, semoga Allah pertemukan kita di pasar surga, saling mengunjungi tanpa setitik nodapun kesedihan dan takut kehilangan.
Dari kakak yang menyayangimu tanpa ikatan darah.
Godean 22 Juli 2021. Ratna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar