Generasi Online Sangat Butuh Adab
Beberapa hari lalu selepas dari jadwal rutin di R.S Sardjito saya dan adik tingkat memutuskan untuk cari makan. Diperjalanan kami membahas satu tema yang sangat penting terutama untuk para mahasantri generasi corona, yakni urusan adab.
Dia jelaskan tentang kerisauan hatinya, bahwa dia dan mungkin teman seangkatannya sangat membutuhkan pelajaran adab dan contoh nyata adab. Apalagi seorang muslimah yang notabennya ketika ngaji tidak bisa langsung melihat adab gurunya di majelis, ditambah dia generasi online. Makin susah lihat adab direalisasikan secara nyata.
Bagi saya pribadi juga demikian, kita membutuhkan contoh nyata adab direalisasikan dalam kehidupan kita, baik adab menuntutut ilmu atau adab bermasyarakat lainnnya. Alhamdulillah jauh sebelum corona datang saya masih diberi banyak waktu untuk meneladani para ustadzah dan senior-senior dalam perkara adab ini.
Dari kajian bersama ustadzah ataupun menjadi bagian dari panitia membuat saya banyak tahu ternyata begini lho ustadzah ketika berinteraksi, begini lho ustadzah kalau balas chat kita, begini lho ustadzah kalau nasehatin kita, begini lho ustadzah jika megnetahui ada anak baru awal ngaji dll.
Juga para senior yang maasyaAllah adabnya bagus sekali. Dan semakin hari saya semakin sulit menemui mereka duduk dalam satu majelis dimana adab yang baik bermekaran di seluruh sudut masjid.
Ustadzah Ummu Tsabit dan Ustadzah Ummu Faathimah, duet maut yang penuh karisma. Satu Allah fakihkan dalam ilmu tajwid, yang satunya Allah fakihkan dalam ilmu nahwu biidznillah, semoga Allah jaga keduanya.
Di malam hari seusai kajian (dulu tah 2018 an), sebelu pamitan keduanya saling berebut jabat tangan dan mengucap salam, ingin jadi yang lebih dulu mengucap salam. Saya hanya melongo, belum paham arti tingkah keduanya. Ternyata alasannya begitu indah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَاشِيَانِ إِذَا اجْتَمَعَا فَأَيُّهُمَا بَدَأَ بِالسَّلاَمِ فَهُوَ أَفْضَلُ
“Dua orang yang berjalan, jika keduanya bertemu, maka yang lebih dulu memulai mengucapkan salam itulah yang lebih utama.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod dan Al Baihaqi dalam Sunannya. Syaikh Al Albani dalam Shohih Adabil Mufrod mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Dari keduanya saya belajar adab salam, lalu sudahkah kita bersemangat dalam menebar salam?
-----
Lagi, kisah kedua.
Guru saya, Ustadzah Ummu Hanif dan Ustadzah dr Ummu Shafiyyah hafidzhahumallahu. Keduanya adalah sosok panutan yang masih bisa saya temui dahulu. Adab dalam menuntut ilmu saya dapati hanya dengan melihat kedua guru saya tersebut. Selalu ada di barisan pertama, alat perang lengkap berupa meja lipat kecil, kitab dan pena, nahkan printilan alat tulis lain juga siap sedia. Begitu takdim menyimak kajian hingga jika diletakkan segelas air dikepala beliau, rasa-rasanya air itu tetap tenang tak berombak.
Semangat menuntut ilmu meski berjalan kaki, bersepeda, atau menerjang hujan. Bahkan adab mengajar yang keduanya tunjukkan begitu istimewa, beliau tegas tapi penuh kasih sayang, selalu memberi udzur bagi santrinya tanpa bertanya macam-macam, selalu memberi faidah yang banyak, selalu menasihati terlebih jika saya salah dalam bertindak dan kurang beradab. Bahkan hingga detik ini jika saya kisahkan betapa besar kasih sayang dan pengajaran yang keduanya (dan juga guru-guru yang lain) berikan kepada saya, saya akan mudah menangis mengingat kebaikan yang tak bisa saya balas.
Maka, untuk diri saya dahulu, dan juga adik-adik mahasanti milenial generasi online terutama, lazimilah para senior yang sekiranya sudah lama ngaji, yang baik adabnya lagi kokoh ilmunya. Dekati mereka, carilah faidah kehidupan itu, karena kita yang butuh itu. Jangan salah meneladani senior.
Ingatlah Ustadz Aris hafidzhaullahu pernah menasihati kita bahwa,
ada orang yang bisa kita ambil ilmunya saja, ada pula yang hanya bisa kita ambil adabnya saja, dan ada yang bisa kita ambil ilmu dan adabnya. Maka selektiflah, dan bersemangatlah mengikuti kajian adab, mencontoh dan menerapkan ilmu seputar adab, lalu sebarkanlah itu.
Sekian...
Mari terus belajar ilmu adab dan belajar mengamalkan adab. Bagi yang awal ngaji jangan pantang menyerah, terus dalami tentang ada bermajelis, dan bagi yang sudah ngaji jangan kendor belajar adab, dan jadikan adab sebagai cerminan diri kita.
Barakallahu fiikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar