Bocah Cilik Iktikaf di MPD

(Masjid Pogung Dalangan, Jogja)



Perkenalkan, namanya Dik Fat (sebut saja demikian), usia 11 tahun, kelas 5 SD di Ponpes Jamilurrahman (Jamil) Bantul, Yogyakarta. Anak ke 3 dari 11 bersaudara. Kakak tertuanya 14 tahun, adik paling bungsunya usia 4 bulan. Peserta iktikaf yang sangat belia.
Bagi akhwat penghuni lantai 2 Masjid Pogung Dalangan (MPD), tidak akan asing dengan bocil satu ini.

Dia adalah saudara kawan saya. Di hari pertama kawan saya yang tidak bisa mukim full 10 hari bilang, 
"ukh, titip ya" mengatakan pada saya.
"Nda usah takut, teman mbak baik kok" melihat ke Dik Fat.
Disini saya merasa teman saya jago modus. Fix. 

Mulailah kisah saya dan Dik Fat.

Awal-awal kenalan :
"dik, kelas berapa?"
"kelas 5"
"di mana? " 
"di Jamil"
"kesini sama siapa? Diantar siapa?"
"diantar Abi, terus Abi pulang"

Setelah cerita lalalalayeyeyeye sebagai mukadimah saya tau bahwa ini bocah didaftarkan Uminya untuk iktikaf mukim di MPD sendirian. Tanpa ortu
Wah.. Saya takut kalau anak ini termasuk anak yang manja selama 10 hari, takut seperti anak 11 tahun pada umumnya, banyak mau. hehe

Tapi saya salah, dia sangat mandiri. Dan saya (kita) sebagai manusia 20tahun-an harusnya malu :

1. Dia adalah bocah paling malu jika auratnya tersingkap barang sedetik.
Ia selalu pakai gamis kecilnya, kaos kaki dan cadar ritz. Buru-buru menutup wajahnya ketika ada bapak-bapak takmir masjid lewat untuk mengantarkan menu buka. Ia malu, bahkan ketika suara kecilnya terdengar ikhwan. Bagaimana dengan kita akhwat? Nutup auratnya sudah benar belum nggih??

"kamu sejak kapan pakai cadar? Kok bisa?" 
"sejak usia 10tahun. Malu kalo Umi pakai dan Aku enggak"  #jleb 


2. Dia adalah jamaah sholat yang taat.
Bisa ditemui, dia selalu di barisan shaff terdepan. Baik sholat wajib, tarawih bahkan qiyamul lail berjam-jam. Dia akan segera bangun ketika tangan saya menyentuhnya dan berbisik
 "udah mau jam 2 pagi. Ayo bangun".
 Serta merta dia akan duduk atau bahkan berdiri mengumpulkan nyawa sambil "kliyengan" gitu hehe.
Bagaimana dengan kita akhwat? 20tahun sholat malam kita sudah rajin belum nggih?


3. Dia rajin mandi, rajin bantu membersihkan masjid, dan rajin tilawah.
Pagi hari bada syuruk saat yang lain tidur (akibat semalam begadang), dia yang notabenya tidur jam 10 malam bangun jam 2 pagi, bada syuruk tidak tidur loh seperti umumnya peserta iktikaf lainya, dia biasanya bergegas mandi.
Saat waktu sholat duha, tanpa aba-aba, tanpa di suruh, dia juga sudah berdiri tegak untuk sholat.
Dia pula yang lebih antusias nge-vacum-cleaner-in lantai 2 daripada saya wkkw. Sampai badanya berdebu karena main-main. hehe

Kemudian pagi hingga siang harinya dia gunakan untuk tilawah.
Tapi kalian akan sulit menemukan dia sedang tilawah.
Karna dia jago menyembunyikannya. Dia akan "bersembunyi" di loteng tempat jemuran baju, duduk bersila dan mulai membaca, menghafal atau sekedar memurojaah hafalanya.
Jangan salah, hafalannya sudah banyak. #jleb
Dia bahkan sudah setoran matan Al-Jazary, pelafalan makhrijul hurufnya keren.
Hemb, bagaimana dengan kita manusia 20tahunan, yg sudah 1/3 waktu hidup di dunia dihabiskan  untuk hal-hal yg bisa jadi sia-sia. 

4. Dia pemburu lailatul qodar yg ulung.
Setiap hari dia tidak pernah absen dari ibadah-ibadah. Dan yg paling mengejutkan ketika saya bilang,

 "nanti malam 27 dik, maksimalin hayuk, tak beliin obat kantuk (kopi good Day kesukaan dia) tapi nanti ngajinya sampai jam 11 malam yak"
(biasanya dia hanya kuat sampai jam 10malam).
Eh MaasyaAllah. Dia full dari ashar Ramadhan ke 26, hingga syuruk Ramadhan ke-27 tidak tidur. Malam 27 nya full ia gunakan untuk ibadah.
*Disini saya merasa sedih dengan diri saya sendiri.

Ah... Banyangkan... Dia menang banyak.
Dia 11 th, visioner dalam urusan akhirat. Memang beda anak kecil yg tumbuh dalam pendidikan tauhid dan mencintai sunnah.
Eh.. Bagaimana dengan kita? Diusia berapa kenal iktikaf? Apakah kita juga sudah menghidupkan malam tanpa jeda?

5. Dia suka baca.
Buku paling favorit buat dia yaitu Siroh. Beda dengan kita, yg kalo kajian Siroh banyak absenya. Buku-buku bacaan tentang Siroh paling cuma 1,2 atau 3.
Jelas beda...
Pantas saja ketika kajian setiap sore sebelum magrib dia sangat hafal fase-fase peperangan (di MPD selama Ramdhan mengkaji tentang Sirah Nabawiyah).
Hafal nama-nama sahabat, dan dia tau kisah shohabiyah.

Pernah pas kajian bahas Perang Khandaq. Dia ceriwis sendiri, 
"Perang Khandaq itu perang parit mbak, itu yang kasih ide Salman al-Farisi. Salman itu bukan orang Arab. Dia orang Persia loh mbak. Pas bikin parit banyak mukjizat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Batu besar itu Nabi bisa pukul langsung hancur. Padahal sahabat-sahabat lain gak bisa. Wah, kuat banget kan mbak Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam"
Ceritanya dengan gaya yang lucu. 
Saya tanggapi dengan iya iya saja. Saya takjub!


Terakhir, ucapanya yang bikin haru,
Setelah dia baca quran dengan wajah tertutup malu akibat banyak Bapak takmir seliweran ngurus buka puasa.

"dik kenapa masih kecil mau ikut ngaji dan lain-lain, kan capek?"
"kata Umi Aku, kalo dari kecil udah mau (ngaji), ngehafal, mondok dan lain-lain, nanti gedenya manis" kemudian dia tersenyum manis.

Saya berfikir beberapa detik. Oke saya paham maksud kata manis disitu.

Manis, artinya jika sudah besar dia akan bisa memanen apa yg dia tanam saat ini, memetik buah iman, merasakan manisnya dan nikmatnya ibadah pada Allah sejak kecil.
MaasyaAllah, barakallahu fiihaa

Terimakasih dik fat, atas ilmu kehidupan yg secara gratis diajarkan pada saya. Semoga kelak kita bisa berjumpa, jika tidak di dunia, moga Allah izinkan kita ketemu di SurgaNya... Aaamiin

Dokumentasi
Dividio seluruh muka Dik Fat ditutup karena banyak Bapak takmir sliweran, MasyaaAllah, dan coba dengarkan makhorijul hurufnya, bagus sekali.


================
29 Ramadhan 1440H
Masjid Pogung Dalangan lantai 2
Ummu Ukkaasyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram

https://www.instagram.com/attadzkirah.blogspotcom/
| Designed by Colorlib