Saya Emosi
Saya sedang emosi, ingin marah karena satu atau dua hal, tapi saya tidak mau kalah dengan syaithon, saya takut pada Allah. Akhirnya saya coba tahan. Tapi justru tidak bisa, hati saya kemrungsung tidak tenang.
Saya baca taawudz, masih terasa emosi.
Saya coba duduk, masih ingin marah.
Saya coba berbaring, tetap terasa ingin marah.
Saya ambil mushaf saya coba baca, justru hati saya gusar.
Saya hendak ambil wudhu, tapi jari saya tertahan.
Saya butuh nasihat,
Segera saya buka nama kontak beliau, -yang semoga Allah menjaganya-
Saya tulis dengan segera, dengan sedikit memelas dan memaksa minta nasihat.
[29/6 18.48] Saya :
Nasehatin ana ustadzah.. Cara agar tidak emosi..Cara agar tidak egois...
[29/6 18.48] Saya : Butuh nasihat sekarang...
Sesegera beliau menjawab:
[29/6 18.49] Ustadzah fulanah : لا تَغْضَبْ ولك الجنة
[29/6 18.50] Saya : Nangis boleh?
[29/6 18.51] Ustazah Fulanah: nangis aja
Begitulah isi pesan kami.
Satu kalimat sederhana yang membuat bercucuran air mata saya.
"Jangan marah, maka untukmu surga"[1] hanya itu yang beliau katakan.
Tidak tanya kenapa saya marah, apa alasannya, dengan siapa saya marah dan lain-lain. Tidak demikian. Beliau menasihati saya dengan hadist. MaasyaAllah.
Saya menangisi diri saya sendiri, betapa lemahnya hati hingga hampir-hampir tidak kuat menahan emosi dan kalah dengan bisikan syaithon.
Apakah kamu pernah merasakan? Emosi yang hampir di luar kendali.
Semisal :
Skripsi yang tidak rampung-rampung. Ratusan data yang terkumpul ketika hendak selesai ternyata ada salah input. Revisi dari dosen yang "tak terkira sepanjang masa".
Sudah berusaha jadi mahasiwa teladan, tidak bolos, rajin kerjakan tugas, eh yang wisuda duluan malah teman yang sukanya titip absen.
Memilih tidak mendekati pacaran karena tau itu terlarang dan haram, berusaha menjaga diri, fokus belajar eh tapi kok dia yang pacaran terus, malah IPK nya lebih bagus.
Sudah berusaha kerjakan tugas kantor yang numpuk, dikejar deadline sana sini, tapi tetap saja di marah oleh si boss bahkan gajinya kepotong.
Besok mau ujian, belum belajar banyak, tapi tetangga malah menyalakan musik kenceng banget sampai kaca jendela bergetar.
Rumah habis disapu, dipel dan dibereskan tiba-tiba kucing dan "bala tentaranya" jalan-jalan di bekas pel-pelan kita.
Data belum di save, eh ternayata listrik mati tiba-tiba, ditambah kondisi leptop "senggol bacok" atau tersenggol sedikit sudah mati, atau besoknya mau pendadaran leptop tiba-tiba rusak. Mati total.
Data belum di save, eh ternayata listrik mati tiba-tiba, ditambah kondisi leptop "senggol bacok" atau tersenggol sedikit sudah mati, atau besoknya mau pendadaran leptop tiba-tiba rusak. Mati total.
Pernah?
Apa lagi? Hal-hal yang kadang membuat emosi kita tidak terkontrol? Teman yang menyebalkan? Dompet kosong saat ada banyak kebutuhan?
Apa lagi? Masih banyak bukan.
Apa lagi? Hal-hal yang kadang membuat emosi kita tidak terkontrol? Teman yang menyebalkan? Dompet kosong saat ada banyak kebutuhan?
Apa lagi? Masih banyak bukan.
Inilah yang membedakan,
1. Mana yang tau ilmu dan mengamalkan,
2. Tau ilmu tidak mengamalkan dan
3. Tidak tau ilmu
Yang berilmu dan mengamalkan tentunya pandai melihat celah pahala. Menerima setiap takdir baik atau takdir buruk dari Allah dengan keridhoan. Bahkan setelah itu ia bersyukur. Maka baginya pahala insyaAllah.
Sedang yang berilmu tapi tidak mengamalkan, sia-sia sudah ilmunya, bahkan ia bisa jadi terancam adzab akibat tidak mengamalkan ilmu.
Dan yang tidak berilmu, maka kerugian besarlah untuk dirinya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Tidak ada satu kesabaran yang paling besar pahalanya disisi Allah, daripada seorang hamba yang sabar menahan amarahnya karena ingin bertemu Allah subhanahu wa ta'ala. [2]
"Sesungguhnya marah itu dari setan." [3] Jangan sampai mau dikalahkan setan duhai diri.
Dan saya memutuskan ingin menjadi manusia yang kuat, sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah." [4]
Semoga Allah lindungi kita dari bisikan-bisikan setan dan dihindarkan dari perbuatan tercela akibat emosi. Aaamiiin.
*isi percakapan saya dengan ustadzah,
beliau adalah kakak tingkat, guru, kakak dan sahabat saya.
Ada kesalahan penulisan. yang benar لا تَغْضَبْ ÙˆَÙ„َÙƒَ الْجَÙ†َّØ©ُ.
beliau adalah kakak tingkat, guru, kakak dan sahabat saya.
Ada kesalahan penulisan. yang benar لا تَغْضَبْ ÙˆَÙ„َÙƒَ الْجَÙ†َّØ©ُ.
==========
Ummu Ukkaasyah-Pogung Dalangan
Jogja tercinta.
Referensi :
1. https://almanhaj.or.id/3518-jangan-marah-kamu-akan-masuk-surga.html
Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas hafizhahullahu
2. Laa Taghdhab, Prof. Dr. Falih bin Muhammad ash-sughayyir hafizhahullahu. Darush Sunnah
Catatan kaki :
[1]. Shahîh. HR al-Bukhâri (no. 6114) dan Muslim (no. 2609) dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
[2]. Sunan Ibnu Majah no 4189
[3]. Sunan Abu Dawud no 4784
[4]. Shahîh. HR ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausath (no. 2374) dari Sahabat Abu Darda Radhiyallahu anhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar