Jika Kita Bertemu "Unta Merah" (Part 1)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR Bukhari no 2942 dan Muslim no 2406 dari Sahl bin Sa'ad)
Jadi apa makna dari unta merah?
Intinya, itu adalah harta yang sangat berharga dan istimewa. Dalam hadits justru disebut dengan kata "lebih baik dari unta merah". Ketika saya searching di google, dengan keyword "mobil paling mahal dan bagus di dunia tahun 2021" yang muncul adalah Lamborghini Veneno, Koenigsegg CCXR Trevita, Mercedez Benz Maybach Exelero, Rolls Royce Sweptails, dan Bugatti La Voiture Noire yang harganya mencapai 250M. Semua itu tidak lebih baik dari orang yang menjadi wasilah seseorang dapat petunjuk untuk belajar agama islam dengan benar atau istilahnya orang hijrah. MaasyaAllah.
Lalu apa yang kita harus lakukan jika kita ingin mendapatkan unta merah tersebut?
1. Luruskan niat, kita mendekat kepada orang yang ingin hijrah tersebut karena Allah. Selalu pegang hadits arbain petama, setiap amal tergantung niatnya dan kita akan di balas sesuai hal tersebut. Kita mau bantu dia, itu niatnya untuk mengajaknya menuju islam yang sesuai pemahaman para sahabat atau agar dikenal kita sudah lama hijrah? hanya kita dan Allah yang tahu. Bahkan mungkin kadang kita juga tidak bisa memastikan kita sudah ikhlas atau belum. Jadi luruskan niat sebelum chat atau ngobrol dengan saudari baru kita.
2. Minta maaf terlebih dahulu kepadanya. Kenapa? Sampaikan padanya bahwa jika ada kesalahan atau kekurangan pada kita itu adalah sebab dangkalnya ilmu dan adab kita. Bukan manhaj yang haq ini yang salah. Minta maaf bahwa adab kita masih buruk sehingga jika ada tutur kata yang salah atau perbuatan yang tidak mengenakkan itu adalah kekurangan kita. Jika dirasa apa yang kita berusaha sampaikan sebab pertanyaan-pertanyaan saudari kita yang hanif belum bisa kita jawab dengan baik karena sejatinya kita hanya penuntut ilmu yang fakir sekali.
3. Tunjukkanlah adab dan akhlaq yang paling baik yang kita bisa. Jangan pernah berfikiran buruk kepadanya, jangan melihat dengan tatapan sinis, atau tatapan yang merendahkan. Jangan dengan nada meninggi, jangan langsung bawa dia dalam permasalahan khilafiyah ulama. Berfikirlah bahwa dia jauh lebih baik dari kira, tatap dengan penuh kasih sayang, rangkul, gunakan bahasa paling sopan dan lembut yang kita bisa, fokuskan pada hal-hal penting, yakni tauhid dan adab.
Karena yang dia lihat adalah cerminan aqidah dan ilmu yang kita pelajari. Adab kita itu cerminan dari Aqidah kita.
4. Banyak-banyak doakan dia di waktu mustajab, itu senjata utama kita. Kita hanya membantu, dan semata-mata Allah yang Maha Berkehendak memberikan hidayah dan taufik ngaji sunnah pada saudari kita.
Setelah itu, lazimi dia, tuntun dia mengenal guru-guru yang bisa dijadikan rujukan dalam mengambil ilmu.
Kemudian berikan hadiah buku, atau tunjuki dia buku-buku yang baik untuk di baca. Berikan hadiah, tidak perlu yang mahal-mahal, katakanlah bahwa memberi hadiah adalah sunnah, agar tumbuh rasa cinta di antara kita.
Saya kisahkan, salah satu bukti nyata tentang mahasantri Jogja, teman-teman di wisma YPIA Pogung. Saya masih dapati kisah dimana ada seorang yang hanif, baru ngaji atau mualaf saya lupa. Kala itu di salah satu wisma, ketika tahu ada anak hijrah, maka berbondong-bondonglah warga wisma memberikan hadiah apa saja yang mereka punya. Ada yang langsung mengambil gamis, jilbab, buku, dan banyak barang lain, dihadiahkan untuk saudari baru tersebut. Saya masih menangis jika mendegar atau membaca kisah tersebut.
Lalu, apakah saya juga mengalami yang demikian?
Wallahi, saya adalah saksi betapa mulia akhlaq-akhlaq teman-teman di wisma dan teman-teman kajian ketika dulu saya mulai ngaji. Apakah pakaian saya sudah bergamis dan berjilbab syari? tentu belum, bahkan bisa dikatakan penampilan saya tidak sopan, apalagi tutur katanya. Saya hanya modal semangat dan berusaha mencari islam yang benar, islam yang murni, islam yang Allah ingin hambaNya seperti itu. Saya diberikan buku, Untukmu yang Berjiwa Hanif (buku tersebut adalah buku bergilir, tidak tahu siapa yang menginisiasi, yang penting ketika kita sudah selesai baca dan paham isinya kita diamanahi untuk meng-estafetkan buku tersebut pada saudari yang lain). Lalu diberi gamis berserta jilbabnya, lalu diberikan cadar, lalu di ajak sering main ke wisma, di ajak makan bareng seloyang rame-rame, di ajak kajian bareng, di ajak dauroh bareng, nginep di Darush Sholihin rame-rame, dan terus seperti itu, syiar saling memberi hadiah tidak pernah putus. Sehingga yang pertama kali membuat saya dan mungkin banyak orang di luar sana, jatuh cinta dan akhirnya yakin pada manhaj ini, berawal dari adab dan akhlaq yang baik, yang ditunjukkan oleh mereka yang sudah lebih dahulu ngaji ketimbang saya. Bukan dari pelajaran kitab-kitab dahulu, tapi dari adab mereka dahulu.
Bahkan doa saya dikabulkan oleh Allah, ketika hijrah saya banyak dijauhi teman-teman, dan saya minta diberikan satu saja teman yang bisa membawa saya mengerti tentang agama islam dan bisa bersahabat hingga surga kelak. Allah berikan itu tidak hanya satu tapi buanyak sekali, kami saling menyayangi karena Allah. Dan bahkan saya diberikan bonus, tidak hanya sahabat yang baik, tapi diberikan keluarga baru yang sangat menyayangi saya dan hal itu berawal dari menjadi teman ngaji, saat ini justru jadi seperti keluarga sendiri. Semoga Allah menjaga mereka, keluarga di Semanu, Gunungkidul.
Lalu ketika hati saya sudah jatuh dan luluh, baru mereka arahkan saya, ada beberpa poin yang saya dapati :
1. Belajar ilmu agma tidak bisa otodidak, bisa salah paham, lalu memiliki pemahaman menyimpang. Belajar agama harus dengan guru.
2. Tidak semua buku bacaan agama bisa kita baca sendiri, karena niat hati mau hijrah malah bisa pusing dan salah kaprah. Ada buku-buku ringan yang bisa kita baca sendiri ketika kita mulai hijrah, ada juga buku yang wajib dipelajari bersama guru. Buku awal yang bisa kita baca sendiri : Adab Aklaq Penuntut Ilmu, Waktumu dihabiskan untuk Apa?, TAUBAT, Birrul Walidayn karya Ustadz Yazid hafizhahullahu. Untukmu yang berjiwa Hanif, Bimbingan Islam, Menepi dari Dunia, Cantik dalam Prespektif Islam, dll.
Adapun buku-buku terjemah apalagi, semisal Syarah Utsul Tsalatasah, Firqotun Najiyyah, Sittu Duror, Kitab Tauhid, Aqidah Wasithiyyah dll itu belum saatnya, dan itu wajib bersama guru.
3.Belajar agama itu tidak bisa hanya dalam waktu 1 bulan 2 bulan lalu langsung ingin paham banyak hal, belajar itu bertahap dari dasar dan dalam waktu yang lama.
4. Ketika kita ingin hijrah, maka lepaskan semua, semua, benar-benar semua baju keangkuhan yang mungkin masih melekat di jiwa kita. Ketika mendengar Quran dan Hadits shohih dibacakan, maka renungi itu, jangan di cegah fitrah menerima kebenaran itu, nanti mental kalau kita tetap pada ego kita di masa lalu. Apalagi semisal hijrah dari fiqroh atau ormas yang sudah fanatik, maka semua itu lepaskan dahulu.Jika hati kita hanif, insyaAllah Allah kan mudahkan kita menerima kebenenaran, kuncinya : lepaskan semua baju keangkuhan dan pembenaran.
5. Lingkungan sangat mempengaruhi tumbuh kembang jiwa kita, jika kita ingin ngaji, hijrah, cari kebenaran, maka cari lingkungan yang mendukung. Cari kost (semisal anak kost), atau wisma yang itu mendukung kita, yang buat kita nyaman dan bersemangat baca Quran, ngaji, baca buku dll. Jangan cari tempat yang isinya anak-anaknya anak tongkrongan semua, yang sholat males, ngaji apalagi, jangan, nanti bisa terpengaruh. Juga lingkungan sosmed, follow ustadz-ustadz yang memiliki adab dan pemahaman yang baik, yang manhajnya haq, unfollow lawan jenis, unfollow akun-akun galau, unfollow yang tida penting.
6. Mulai belajar hal dasar. Ustadz Aris Munandar hafidzahullahu menasehati, apa yang harus dilakukan oleh anak yang baru hijrah? Perbaiki sholat.
Artinya kita harus tahu tata cara wudhu yang benar agar sholat sah. Kita juga harus belajar bagaimana agar sholat sah. Kemudian belajar tahsin, memperbaiki bacaan terutama Alfatihah, karena tidak sah sholat tanpa baca Al fatihah.
Selain itu dengan terus belajar adab, karena ilmu tidak mau kita rangkul kalau kita tidak punya adab yang baik.
Setelah itu baru naik level belajarnya.
7. Hal mendasar yang kadang anak baru hijrah ngeyel termasuk saya kala itu. "Kenapa harus pakai pemahaman ulama ini kan banyak ulama yang jago tafsir " misalnya.
"Kenapa ga boleh ambil dari pemahaman ulama itu, kan dia ulama juga katanya"
dan ribuan pertanyaan debatable lain,
Jawabnya simple, jika kita ngaku berakal maka coba kita renungkan baik-baik hal ini,
1. Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk mengajarkan semua tentang agama islam sampai selesai, sudah sempurna baru Allah wafatkan beliau.
2. Lalu setelah Allah mengutus Nabi terakhir Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassallam, maka pasti Nabi akan mengajarkan semua hal tentang agama kepada sahabat beliau, lalu sahabat mengajarkan pada tabiin, lalu tabiin mengajarkan pada tabiut tabiin, betul? Nah sampai sini, pasti kita bertanya lagi, banyak kepala sampai hari ini, penafsiran satu kepala dan kepala lain berbeda, maka siapa yang kita ikuti?
Jawabannya, ikuti sunnah nabi, ikuti pemahaman para sahabat, dari mana bisa tahu? ya ngaji.
3. Iringi usaha kepo kita dengan adab dan doa kepada Allah agar kita diberi hidayah, sungguh jika kita sudah tau adab, niscaya makin lama kita tidak akan buanyak bertanya, tapi kita akan banyak mendengar dan menelaah. Semakin kita mendebat, tidak mau mendengarkan semakin kita jauh dari kebenaran.
4. Memang betul, ketika awal ngaji pasti kita pingin tahu banyak hal, apalagi jika kita dari latar belakang ormas tertentu dan merasa bayak yang bertentangan. Diterima dahulu, minta sama Allah setiap kali dapat dalil yang sekiranya bertentangan dengan apa yang kita ketahui dahulu, lalu timbang dengan hikmah, jika hati kita bersih, niat kita benar, Allah pasti, pasti dan pasti menolong kita, Ketika kita meniggalkan sesuati karena Allah, Allah pasti pasti dan pasti akan ganti degan yang lebih baik.
Terakhir, maka jika ditanyakan kepada saya,
apakah saya dahulu menganggap rokok itu halal? iya,
apakah saya dahulu menganggap musik itu halal? ya
apakah saya dahulu mengangap kirim sesajen untuk Suro atau Muharram itu boleh? ya
apakah saya dahulu menganggap ngalap berkah, ke kubur, ziarah wali songo minta didoakan mayit dll itu boleh? ya
apakah saya dahulu menganggap pajang foto dirumah itu boleh? ya
dan semua perkara-perkara yang sebetulnya agama islam sudah ajarkan tapi saya belum tahu dan belum mencari tahu.
Lalu sekarang? tentu jawaban saya berkebalikan dengan semua hal di atas tersebut, karena apa?
Allah yang sudah beri hidayah, guru-guru yang menjelaskan dalil dengan hikmah dan teman-teman baik yang menunjuki jalan haq.
Lalu jika sudah ngaji, apakah pemahaman saya dan pandangan saya terhadap orang yang berbeda pandangan saya menjadi buruk, lantas saya harus memusuhinya, lantas saya harus membencinya lalu saya harus mengkfir-kafirkannya padahal mereka adalah jelas saudara se islam saya?
hehe, sungguh, tidak pernah, Wallahi, guru-guru kita tidak pernah mengajarkan demikian. Terlalu jauh hal seperti itu. Sepaham kami, kami hanya diajarkan tentang berbuat baik pada sesama, tidak suudzon, membantu dan saling menyayangi.
Sekian, semoga Allah beri manfaat, semoga Allah beri kita hidayah agar selamat dunia akhirat.
Rejotangan, Tulungagung, malam ke 29 Ramadhan 1442H
Tentang anak-anak yang sudah ngaji kenapa kelihatannya malah "jarang srawung karo wong liya" , kita bahas setelah ini yuk insyaAllah....
Referensi :
Rumaysho.com
Almanhaj.com
Ijin share di story wa sy.. Jazakillah
BalasHapus