USHUL FIQIH PERTEMUAN 7



Hal 59
Kalam terbagi atas perintah, larangan, berita dan pertanyaan.

Penjelasan
Ini pembagian kalam berdasarkan makna.
Perintah: kalimat untuk meminta secara serius/sungguh-sunggh
Larangan : perintah untuk tidak berbuat
Berita : kalimat menerima diyakini atau didustakan, contoh kalimat yang tersusun oleh mubtada dan Khobar (jumlah isimiyah), atau jumlah filiyah baik filnya madhi/mudhori
Istikhbar : meminta berita yang semakan dengan istifham.

Pembagian kalam seperti ini tidak terkenal dikalangan ushul fiqih. Yang terkenal adalah Kalam terbagi menjadi 2 yaitu Khobar dan insya’ (bukan berita)
Insya’ : tidak mengandung kemungkinan untuk dipercaya atau didustakan karena dzat kalimatnya. Termasuk perintah, larangan dan pertanyaan. Yang dinamai istikhbar.
Khobar : bisa dimasuki /menerima pembenaran atau pendustaan karena dzat kalimat itu sendiri.

Hal 60
Kalimat juga terbagi atas angan-angan, permintaan dan sumpah.
Kalimat juga terbagi mejadi kalimat haqiqi atau majaz.
Haqiqi : adalah kalimat yang tetap dalam pengunaan dengan makna asli., atau kalimat yang digunakan dalam makna yang telah jadi istilah yang disepakati dari suatu komunitas tertentu.

Penjelasan:
Angan-angan : contoh, seandainya aku masuk surga, seandainya masa muda bisa kembali lagi.
Tawaran/permintaan : contoh, tidakkah engkau berkenan mengunjungi rumah kami
Qosam : sumpah

Pembagian ini menurut ulama ushul fiqih dihitung sebagai kalimat insya’ (non berita)

Mungkin kalimat dilihat dari sisilain terbagi atas beberapa pembagian.
Pembagian dilihat penggunaan suatu kata, jika kata digunakan pada makna sebenarnya maka itu hakiki, kalau digunakan untuk bukan makna sebenarnya maka itu majaz.

Hakiki : 2 istilah yang terkenal
1. kata yang digunakan pada makna yang asli. Lafadznya.
2. penggunaan kata pada makna sebenarnya, yang berarti perbuatan manusia.
Tidak perlu diperelisihkan.


Penulis matan berpendapat : hakiki adalah yang tetap pada penggunaan dengan makna sebenarnya. Artinya tetap digunakan pada makna yang sebenarnya.
Contoh assad digunakan hewan yang menyerang,
Pedapat kedua : kata yang digunakan berdasarkan kesepakatan suatu komunitas. Yakni, jika sejumlah orang sepakat dengan makna suatu kata maka dipakailah kata tersebut.

Jika pakai pendapt pertama, tidak ada hakiki kecuali hakiki lughowi. Kalau pakai pendapat kedua, hakiki ada beberapa macam (ada 3), ada hakiki secara Bahasa, hakiki urf, karena pemilikbdaya sepakat dengan makan tertentu, juga ada hakiki syari.

Majaz: adalah suatu kata yang melewati makna aslinya, artinya majaz adalah kata yang digunakan melampaui makna yang sebenarnya.
Contoh : aku melihat assad (singa) memakan keledai”, maka assad adalah hewan penyerang. Karena assad dibuat dalambahasa orang arab itu hewan penyerang.
Contoh : “aku melihat assad, khutbah diatas mimbar” maka assad disitu maknanya lelaki pemberani. Inilah majaz.

Makna hakiki tidak peru dalil, kalau majaz tidak pada makna sebenarnya, maka perlu indicator yang membelokkan kata dari makna dhohir menuju makna majaz.

Perbedaan hakiki dan majaz :
Makna hakiki tidak bisa dinegasikan, sedang majaz bisa dinegasikan.
Contoh : aku melihat nyiur di pantai melambai-lambai. Majaznya adalah melambai-lambai. Negasi : pohon kelapa tidak melambai tapi bergerak tertiup angin. Ciri khas majaz bisa dinegasikan.
Para pakar Bahasa membagi kata menjadi 2 karena mereka menjumpai para orang arab  menggunakan kata kadang untuk makna sebenarnya kadang bukan.
Ibnu Taimiyyah dan ibnul Qoyyim memngingkari pembagian ini, karena semua perkataan orang arab itu hakiki.
Kami katakana pada mereka, orang arab mengatkan assad itu lelaki pemberani.
Ibnu taimiyyah : kami tidak menoleh semata-mata kata, tapi menoleh pada kalimat secara utuh, karena orang arab meletakkan asaddan yahtubu itu untuk hewan yang menyerang. Maka dari sini jelas, beda kedua pendapat yaitu pada telaah pada kata-kata itu, apakah memandang kata itu mujarod, lepas dari konteks, yang membagi majaz dan hakiki. Atau dilihat rentetan kalimat secara utuh maka dilihat indikatornya juga, maka kita tiadakan majaz dalam bahasa orang arab. Hanya perbedaan sudut pandang. Orang arab dalam kata-katanya tidak membincangkan suatu kata tersendiri, hanya membicarakan kalimat, mereka tidak mengganggap 1 kata sendirian sebagai kalam, karena 1 kata tidak bisa dipahami maknanya.

Beda kalimat dhahaba ila suki, dhahaba min suki. Kadang orang ara menggunakan kata yang sama untuk maksud yang beda. Dan tidak bisa dipahami oleh kita kecuali dengan adanya indikator.
Orang arab mengatakan qola, artinya berkata-kata, juga digunakan dalam makna tidur siang. Qola yakilu qoilulah. Qola yakulu.
Semisal qoulu ta’ala : وَقَالَ اللَّهُ لَا تَتَّخِذُوا إِلَٰهَيْنِ اثْنَيْنِ ۖ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut"

Hal ini menujukan rentetan kalimat punya makna punya dan pengaruh. Sejumlah ulama meniadakan majaz dan hakiki untuk al-quran tetapi bisa untuk kalam.

Hal 63
Hakiki terbagi menjadi 3
1. hakiki lughowi : assama’ , digunakan untuk bagunan yang kokoh dan tinggi, matahari digunakan untuk benda bercahaya di lagit
2. hakiki syari : digunakan oleh syariat bisa jadi di taksis, di batasai atau dipindah : contoh shola itu sanjungan, doa kebaikan. Sedang dalam syariat makna shollayaitu sholat, sejumlah ucapan tertentu dibuka dengan takbiratul ihrom dan ditutup dengan salam.
Banyak ulama asyairah mengingkari adanya hakiki Syariah, karena mereka meyakini quran dan hadits hakiki lughowi. Iman dalam Bahasa syariat tetap dalam Bahasa arab yaitu percaya. Perkataan ini keliru. Maka dalam hal ini bukan memindahkan hanya menggunakan sebagian maknanya.

Ringkasnya : dijelaskan tentang aqidah asyhairah bahwa iman itu adalah percaya, bahkan ikrar syahadat itu bukan bagian iman, hanya untuk diektahui kalau dia beriman, bukan iman itu sendiri. Disini syaikh Saad menceritakan mengapa mereka demikian? Karena mereka memahami quran dan hadiys itu dalam Bahasa arab maka itu makna lughowi, mereka meniadakan hakikat syar’iyah. Mereka meyakini iman itu dalam Bahasa arab, makna Bahasa arab bahwa iman itu percaya, jadi amalan-amalan tidak dianggap iman.

3. hakikat urfiyah : orang telah terbisa dengan makna tersebut. Missal dhabbah dalam Bahasa arab itu semua yang merangkak di muka bumi, temasuk manusia dan serangga. Kemudian mengalami penyempitan makna hanya untuk hewan berkaki 4 atau khusus untuk keledai, atau khusus untuk kuda, tergantung budaya di daerah mana.




Hal 65
MACAM-MACAM MAJAZ
Macam-macam majaz :
Boleh jadi dengan menambah, mengurangi, memindah atau meminjam.
Majaz dengan tambahan : لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِير'. “ka” makananya laysa syaiun mislahu.
Majaz dengan pengurangan : وسءل القرية


Penjelasan :
Majaz dengan tambahan, adanya kata tambahan pada makna, karena makna sudah sempurna tanpa adanya tambahan. Perkataan ini dibangun atas pendapat adanya majaz pada perkataan orang arab.
Banyak ulama dan ahli tafsir merasa bermasalah ketika digunakan satu bagian dalam Al-quran ada tambahan, karena kata terseut punya makna, melabeli sesuatu kalau dia tambahan maka boleh jadi kalau tidak ada makna bagi keberadaanya. Padahal tidak diragukan Al-Quran tidalah ada tambahan hurus kecuali ada maknanya.
Oleh karena itu sebagian ulama tidak mau menggunakan kata tambahan tapi kata ‘shilah’, kaf shillah bukan ka zaidah.
Yang benar ayat-ayat semacam ini tidak ada tambahan, baik tambahan makna atau lafadz. Tapi menunjukan pada makna baru atau penegasan, dan akta memang butuh.

Majaz dengan mengurangi, membuang sebagian kata  وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ ا “qoryah” bisa dimakanai bangunan atau pertanyaan, itu ditujukan pada penghuni bangunan bukan bangunannya. Muqoddar untuk kalimat adalahpenghuni bangunan.
Contoh lagi : أُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi.
‘dimasukan pada hati mereka anak sapi’ maknanya ada kata yang dibuang. Bukan dzatnya anak sapi.  Tapi karena saking cintanya mereka dengan anak sapi, seakan-akan anak sapi itu masuk ke hati mereka. Kecintaan pada penyembahan anak sapi bisa masuk ke sela-sela hati. Makna hiperbola yang tidak didapatkan jika itu majaz.
*Athlal: puing-puing, digunakan saat bangunan yang tidak ada penghuni, sedangkan qoryah adalah penghuni bangunan.

Majaz dengan dipindah : dari satu makna ke makna yang lain. Contoh : ghoid yaitu kotoran dari seseorang.
Penjelasan  : ghoid adalah tempat yang menurun, dikarenakan manusia suka buang hajat disana, memilih di daerah yang menurun, tidak dilihat orang. Maka akhirnya dikatakan pada sesuatu, bahwa gholid adalah kotoran yang keluar dari seseorang di temapt yng menurun.
Dhoinnah : berpindah dan berangkat, makna asal digunakan untuk unta. Kemudian digunakan dhoinnah untuk perempuan karena perempuan menyertai untanya ketika safar.

Majaz isti’aroh : meminjam kata dan meminta pinjaman dan meminta agar dipindah ke tempat yang lain. Contoh :  جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ dinding rumah yang hampir roboh,

jidar tidak memiliki keinginan, keinginan hanya dimiliki makhluk hidup, inqidhod maknanya hancur.

Contoh hadits : sesungguhnya toilet itu dihadiri oleh setan, maka jika slah satu kalian ingin masuk maka ucapkanlah….
Maka kata-kata jika ingin = jika hendak memulai. Bukan ingin. Kadang orang masuk ke toilet sejam sebelum real masuk , nanti ke toilet ah..nah itu sudah maksudnya uridu, sedangkan di hadits itu maksudnya mulai, bukan ingin.
Tapi tidak di syariatkan ketika ada keinginan untuk ke toilet (bukan pasmau masuk) hanya pingin saja, maka doanya tidak dibaca saat ini, tapi saat bener-ber mulai masuk toilet baru baca dzikirnya.
Rentetan kalimat;aj yang menentukan makna apa yang dimaksud.



Hal 67
AMR
AMR
Istilah :Tuntutan berbuat dengan kata-kata ditujukan untuk orang yang lebh rendah dengan makna harus.

Bahasa : tuntuan yang tegas atau serius
Karena perintah memiliki redaksi tertentu dengan kata-kata. Al-qouli yaitu dengan suara dan kata.
Bukanlah kata itu makna yang terbetik dalam diri tidak disebut perintah. Ini aqidah asyariah.
Tentang firman Allah, asyairoh meyakini kata-kata dalam firman Allah itu kata abtin, tidak ada huruf dan suara. Dalam akta batin hanya ada makna, kebalikaan dari huruf dan suara.
Asyairoh : yang menjadi firman Allah adalah  makna di balik alhamdulillahirrobil ‘alamin, sedang firman lafadz dan suaranya tidak ada. Karena suara tidak berasal dari Allah.
Dalam Bahasa lain : firman Allah itu beda, Bahasa tuhan beda dengan Bahasa manusia.
Ahlu sunnah : firman Allah ada kalam nafsi, contoh ‘jika hamba mengingat Allah dalam dirinya, maka Allah akan mengingatnya dalam dirinya.
dan kalam lafdzi :  al quran,

perintah itu ditujukan pada yang lebih rendah:
yang memerintahkan harus lebih tinggi kedudukannya dari yang diperintah. Pada saat itu ketika seseorang mengarahkan kata-kata uf’ul itu bukan perintah.
Saat berdoa, itu bukan perintah “ if’il”, karena ini dari hamba pada Allah.
Jika kata perintah ditujukan pada orang yang selevel maka itu dinamanakan iltimas, permintaan kawan, bukan amr.
Ini pendapat sebagian ulama ushul fiqih. Maka disini maknanya merasa lebih tinggih, bukan  lebih tinggi secara hakiktnya.
Dalil : seorang anak yang menujukan perintah pada orang tua, maka dia dicela karena tidak layak. Maknanya menyuruh , ini disebut amr tapi dicela karena berupaya supaya lebih tinggi.
Lebih utama, definisi amr adalah dengan maksud memposisikan diri pada posisi tinggi.

‘Ala sabilil wujub : harus, ini pendapat asyairoh, mereka mengatakn kata-kata ‘uful’ tidak meunjukan amr sampai ada indicator, dan amr tidak menunjukan wajib sampai ada indikator. Dengan kata-kata uf’ul menujukan redaksi amr adalah uf’ul menujukan makna perintah yang sesungguhnya.
Kalau asyairoh itu menujukan makna jiwa, buka makna amr. Karena tidak ada redaksi untuk amr kata mereka. Karena asyairoh menyakini kalam itu sekadar kalamun nafsi, tidak adaredaksinya, hanya makna saja.mereka tidak percaya dengan sighoh amr. Hanya sebagai alat untukmenujukan.
Wazan ifil, uful dll hanya untuk menunjukan sighoh amr. Dan uful disini tidak harus tsulasi, boleh rubai, khumasi dll.
Fiil mudhori diawali lam amr. Menujukan amr, dan amr menunjukan makna wajib.
Contoh : isim fiil amr, contoh ihdar, waspadalah.
‘ala nass.

Jadi amr ada 4
1. fiil amr
2. fiil mudhori didahului lam amr
3. isim fiil amr
4. kata-kata yang menujukan makna amr.




Note :
Masih banyak kesalahan penulisan dan isi. Mohon merujuk pada kitab asli dan rekaman aslinya. Semua rekaman kajian Mahad Ilmi bisa diakses di :
Link PDF free download, share dan cetak

Jika ingin menambahkan atau mengoreksi silahkan tulis di kolom komentar  atau bisa kirim di email.
Jazaakumullahu khayraan wa barakallahu fiikum.
Semoga bermanfaat




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram

https://www.instagram.com/attadzkirah.blogspotcom/
| Designed by Colorlib