إني
رزقت حبها
ليس
إني احبها
ليس
إني احبها
Karena aku diberi rezeki oleh Allah untuk mencintainya,
bukan (sekadar) aku mencintainya.
Rasulullah ﷺ
bertanya pada Jabir radhiyallahu ‘anhu siapa yang kau nikahi ما تزوجت؟ . Kemudian Jabir radhiyallahu ‘anhu menjawab تزوجت ثيبا, aku
menikahi janda. Maka Rasululah ﷺ
bersabda : مالك وااعذارى ولعا بها
Cara baca لعا بها ada 2 macam
:
1.
لُعا بها
Ketika dibaca لُ, maka maknanya adalah air liur. Hal ini isyarat bentuk bercumbu
adalah menghisap lidah istri dan bibir istri (ingat istri yang sah, bukan pacar
apalagi selingkuhan). Hal ini terjadi saat suami bermain-main, bermesraan
dengan istri. Komentar Ibnu Hajar yang mengutip dari perkataan Imam al-Qurtubi tidaklah
jauh dari kebenaran menafsirkan dengan arti di atas.
2.
لِعا بها
Ketika dibaca لِ, maka maknanya adalah main-main dan bercanda dengan istri.
Faidah
menikahi gadis ada 3 :
1. Wanita yang
masih gadis umumnya akan sangat mecintai suami yang pertama kali dia nikahi,
karena dia sudah terbiasa dengan suaminya, yang awalnya adalah orang asing
baginya. Karena karakter umum gadis, adalah merasa nyaman dengan yang diakrabi
pertama kali. Bisa jadi itu nyaman dengan rumahnya yang pertama, motor
pertamanya, juga suami pertamanya.
Sedangkan janda, bisa jadi dia tidak senang dengan sebagian sifat suami
yang sekarang hanya karena suami yang dulu tidak seperti itu.
2. Lebih total
mencintai
Seorang gadis yang terjaga hatinya, yang tidak pernah pacaran tentu akan
lebih total mencintai suaminya ketimbang wanita yang sudah pernah menikah
kemudian bercerai atau wanita yang sudah bolak-balik pacaran, tentu berbeda.
3. Umumnya wanita
tidaklah rindu kecuali pada laki-laki yang pertama ia cintai.
Maka tepatlah ketika ada syair yang menyatakan :
Betapa banyak rumah yang sudah diakrabi di seluruh
muka bumi, namun cintanya tetap pada rumah pertamanya.
Imam Al-Ghozali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin
menjelaskan, dianjurkan menikahkan gadis dengan perjaka. Alasanya : karena jiwa
manusia itu fitrahnya nyaman dengan yang pertama diakrabi.
~Kaki kita boleh saja melangkah keberbagai tujuan,
mata kita bisa saja melihat keberbagai penjuru manusia, lisan kita bisa saja
berucap ini dan itu, tapi jiwa kita itu dia akan senantiasa memilih mana yang
sejiwa dengannya, karena jiwa itu connectnya dengan jiwa tidak bisa
dipaksa.~
Namun hal ini tidak senantisa mengharuskan, mewajibkan
menikahkan lajang dengan gadis, masih boleh menikahi janda. Buktinnya
Rasulullah ﷺ senantiasa mencintai ibunda Khadijah radhiyallahu ‘anha meski sudah ditinggal bertahun-tahun, tetap
saja Khadijah radhiyallahu ‘anha adalah istri yang palng Beliau cintai, tetap
saja Khadijah radhiyallahu ‘anha, satu-satunya yang membuat bunda Aisyah radhiyallahu
‘anha secemburu itu. Padahal bunda Aisyah radhiyallahu ‘anha tidak pernah
melihat, tidak pernah bicaa, tidak berkomunikasi dengan bunda Khadijah radhiyallahu
‘anha. Bahkan dalam suatu riwayat ketika bunda Aisyah radhiyallahu ‘anha meminta
agar tidak membicarakan Khadijah radhiyallahu ‘anha maka Rasul ﷺ menjawab :
إني رزقت حبها , “aku..diberi rezeki oleh Allah, untuk
mencintainya.”, bukan Nabi ﷺ
berkata “ إني احبها aku mencintainya”.
Didalam kalimat itu, Nabi sebagai objeknya, maful
biihi nya, dan pelaku pemberi rezeki adalah Allah, maka seakan-akan tidak
diperlukan upaya apapun untuk membuat Nabi ﷺ
jatuh cinta dengan bunda Khadijah radhiyallahu
‘anha, betapa memikatnya dan betapa
mempesonanya, bunda Khadijah radhiyallahu
‘anha
Karena bisa jadi cinta itu dipayakan, berusaha
mencintai. Tapi cinta Nabi ﷺ pada Khadijah
radhiyallahu ‘anha tidak sesederhana itu, Nabi ﷺ
tidak melakukan apapun untuk bisa mencintai bunda Khadijah radhiyallahu ‘anha, cinta itu muncul begitu
saja.
Disini kita
tahu, betapa luar biasanya bunda Khadijah radhiyallahu ‘anha , tindak tanduknya, akhlaqnya dan segala
tindakannya membuat Nabi ﷺ jatuh cinta
dan tidak terlupa. Karena Khadijah radhiyallahu
‘anha adalah cinta pertama Nabi ﷺ,
yang tidak akan terlupa. Suami atau istripun demikian, yang pertama ia akan
selalu terkenang, memiliki kenangan indah dengan yang pertama. Maka kaidah ini
tidak berlaku untuk mereka yang sudah pacaran bolak-balik, cinta pertamanya
bukan untuk suaminya.
Maka terus
jagalah hatimu, agar ia hanya dimiliki oleh suamimu, karena kedudukan terbaik
seorang wanita adalah menjadi istri yang diridhoi suami. Karena aku diberi rezeki oleh Allah untuk mencintaimu, bukan sekadar aku mencintaimu.
Barakallahu fii
kunaa
Faidah
Kajian Kitab Adabul Khitbah wa Zifaaf
Ustadz
Aris Munandar hafizhahullahu
Mushola
Al-Ikhlas Sendowo
Jumat
Pogung, 23 Rabiul Akhir 1441H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar