TIDAK PEDULI SIAPA AKU DI MASA LALU
Setiap orang pasti memiliki masa lalu yang kelam, kecuali mereka yang dirahmati Allah sehingga terhindar dari berbuat maksiat terus menerus.
Anak muda apalagi, mereka (termasuk saya) adalah jiwa yang di masa lalu bisa jadi seperti monster, perilaku dan kebiasaannya dalam maksiat yang sangat menakutkan.
Berkata Ustadz Erlan Iskandar hafizhahullahu di salah satu kajian buka puasa Senin-Kamis di Masjid Pogung Raya, (23/12/19) maknanya seperti ini kurang lebih,
"Saya sudah melakukan riset, riset kecil-kecilan terhadap ikhwan yang ada di sini nih. Dan yang mengejutkan adalah 7 dari 8
ikhwan disini adalah mereka yang sudah bertaubat dari maksiat di masa lalu, dan bertekad memperbaiki diri dengan menjadi Mahasantri"
Beliau hafizhahullahu melanjutkan
"Ada yang dulunya anak band, maksiat itu. Ada yang dulunya pacaran, itu juga maksiat, dan lain lain. Bisa jadi akhwat juga demikian ya"
Deg.. artinya hanya ada 1 dari 8 orang yg lurus-lurus saja. Itu sangat langka.
Tapi yang membuat merinding adalah perkataan beliau satu ini,
"Setiap orang punya masa lalu yang kelam. Tapi setiap orang bisa berdamai dengan masa lalunya" MaasyaAllah barakallahu fiih wa ahlihi Ustadz Erlan Iskandar hafizhahullahu.
Nasihat ini diberikan ketika membahas salah satu faidah perang Uhud, dimana sahabat Wahsyi yang dulunya belum masuk islam membunuh paman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yaitu Hamzah radhiyallahu anhu. Dan karena tindakannya itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak sanggup melihat wajah Wahsyi akibat teringat dengan paman yang beliau sayangi.
Tapi kemudian sahabat Wahsyi berhasil berdamai dengan dirinya, ia buktikan cintanya pada islam setelah ia bersyahadat. Ia gunakan tombak yang sama ketika dulu ia pakai membunuh Hamzah, untuk membunuh si Nabi palsu, Musailamah al-kadzab di masa khalifah Abu Bakar radhiyallahu anhu.
Di kesempatan lain, saat dauroh akhir semester Mahad Ilmi sekaligus Pesantren Liburan YPIA (24/12/19) membahas kitab Syarah hadist arbain bersama Ustadz Hanan Yasir hafizhahullahu.
Di hadits yang ke-4, hadits dari Abi Abdirrahman, Abdillah ibn Masud radhiyallahu, potongan makna hadits yang terakhir.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
...... إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا.
.... Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.” [1]
Ketika hadits ini selesai dibacakan, otak kemudian berfikir, di manakah saya dari 2 pihak yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebutkan? Apakah akhir hidup saya adalah surga? Atau sebaliknya? Allahumma inna nasalukal jannah, wa naudzubika min adzbi jahannam.
Ustadz Hanan Yassir menjelaskan tentang hadits ini. Bahwa setiap amal kita itu ditentukan akhirnya. Innamal a'malu bil khowaatim. Jadi tidak mesti yang rajin ibadah, terlihat sholih dll kelak di akhir hayat ia bisa Istiqomah. Tidak mesti juga ahli khamr, pezina, dll di akhir hidup jelek, bisa jadi ia bertaubat dengan taubat nasuha di akhir hayat.
Tidak ada yang tau akhir perjalanan kita surga atau neraka kecuali Allah. Padahal bisa jadi yang terlihat di dunia adalah ahli surga, bahkan jarak surga dan dia hanya 1 hasta, 45cm. Pada akhirnya justru dia masuk neraka. Sedangkan yang ahli maksiat bisa jadi karena dia sadari dosa-dosanya, dia taubat sungguh-sungguh. Dia bertekad kuat hijrah, maka Allah masukan dia ke dalam surga.
Jadi untuk siapapun, yg pernah melakukan maksiat seburuk apapun, melakukan dosa sebesar apapun, kisah sekelam apapun, ingatlah Allah Maha Penerima Taubat. Tidak ada kata terlambat untuk taubat, kecuali nyawa kita sudah di leher.
Katakanlah pada dirimu sendiri, kuatkan azzam-mu,
"Tidak peduli siapa aku di masalalu, karena aku ingin berubah karena Allah"
Untuk siapapun kamu, bacalah dan resapi nasihat mendalam dari guru kita, Ustadz Hanan Yasir hafizhahullahu.
"Tidak seberapa penting masa lalu kita, misal dulu kita pernah berbuat kejahatan dan sebagainya, itu tidak penting. Karena kita tidak punya kekuatan merubah masa lalu untuk mendapatkan masa kini yang lebih baik. Tapi kita punya kemampuan dan kesempatan yang sama untuk mengubah masa depan, untuk mendapatkan akhir yang lebih baik."
Maka kita punya kewajiban berdoa, meminta pada Allah
Yaa muqollibal qulub tsabit qolbi ala dzinik. 💦
Ingat kita punya kemampuan dan kesempatan yang sama untuk mengubah masa depan, untuk mendapatkan akhir yang lebih baik.
Barakallahu fiikum
Catatan kaki
1. HR. Bukhari, no. 6594 dan Muslim, no. 2643
Pogung Dalangan
23 Jumadal Uula 1441H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar