العقيدة الواسطية
Aqidah Washitiyyah



Diambil dari

Kitab Aqidah Wasitiyyah
Karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu


Dibahas oleh guru kami
Ustadz Said Abu Ukasyah
hafizhahullahu

Di kajian Rutin Ma’had Ilmi
Senin, 9 Jumadats Tsaniyyah 1441H
Pertemuan ke-1 Semester II

Masjid Al-Ashri Pogungrejo,
Pogungrejo, Sleman, Yogyakarta




Ditulis oleh :
Team Transkrip

Diterbitkan oleh :
At-tadzkirah.blogspot.com













TRANSKRIP MA’HAD AL-ILMI YOGYAKARTA 1441 H
AQIDAH WASITIYYAH
PERTEMUAN 1
SENIN, 9 JUMADIL AWAL 1441 H / 03 FEBRUARI 2020

Penetapan Ilmu Allah meliputi Segala Sesuatu
1.    QS. Saba : 2
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dialah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun.” (QS. Saba : 2)
·         Allah mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari bumi (berupa tambang/harta karun) dan apa yang turun dari langit (hujan, malaikat)
·         Dalam ayat ini terdapat penetapan ilmu Allah meliputi segala sesuatu

2.    QS. Al-An’am : 59
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (1.    QS. Al-An’am : 59)

·         وعنده  didahulukan menunjukkan hashr atau pembatasan; Hanya Allah yang mengetahui semua yang ghaib …
·         Orang yang mengakui mengetahui perkara ghaib maka dia telah kafir
·         Ayat ini menujukkan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu dengan detail, apa yang disebutkan dalam ayat (berupa apa yang ada di darat, laut, biji-bijian, daun gugur) hanya sebatas contoh saja, bukan pembatasan pengetahuan Allah.
·         “melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" menunjukkan bahwa Allah telah mengetahui perkara tersebut.
·         Bila kita mengetahui bahwa peliputan ilmu Allah begitu detal, maka akan ada tuntutan peribadatan

3.    QS. Fathir : 11
“Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya.” (QS. Fathir : 11)
·         Ini juga merupakan contoh kedetailan ilmu Allah

4.    QS. Adz-Dzariyat : 58
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (1.      QS. Adz-Dzariyat : 58)



·         ارزاق  = Maha Memberi Rezki
·         Rezeki = sesuatu yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi makhluk
·         Rezeki terbagi menjadi 2 :
a.    Secara umum, segala yang bermanfaat bagi badan berupa kemakmuran badan/harta/ dunia dan diperoleh semua makhluk Allah
b.    Secara khusus, segala sesuatu yang menyebabkan tegaknya agama (ilmu, amal shalih, dll) yang hanya didapatkan oleh orang-orang tertentu
·         Karena itu, dengan mengetahui Allam Maha Memberi Rezki :
1.)  Kita tertuntut untuk beribadah/memohon/berdoa kepada Allah agar diberi rezeki yang bermanfaat
2.)  Kita mencari sebab-sebab yang halal untuk mendapatkan rezeki, karena Allah hanya ridho kepada orang yang mencari rezeki dengan cara halal
·         ذو القوة  = Yang Memiliki Kekuatan
·         Ini memberikan konsekuensi peribadatan untuk memperkuat tawakal kita,
 لا حول ولا قوة الى بالله serta tidak takut kepada musuh-musuh Islam karena yang Maha Kuat hanya Allah dan kekuatan yang haqiqi hanyalah dari-Nya
·         المتيم =  Maha Sempurna Seluruh Sifat-sifat-Nya
·         Sifat-sifat Allah tidak ada kelemahan/kekurangan sedikitpun ditinjau dari sisi manapun
·         Faedah dari mengimani peliputan ilmu Allah terhadap segala sesuatu :
a.    Semangat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi kemaksiatan karena Allah tahu segala yang kita lakukan termasuk yang ada di dalam hati kita berupa keikhlasan dan niat
b.    Hanya kepada Allah kita bertawakal dan tawakal yang besar adalah wujud keyakinan seorang hamba bahwa ilmu Allah meliputi segala sesuatu


Penetapan Sifat Mendengar dan Melihat bagi Allah
1.    QS. Syuuraa : 11
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.
·         -Sudah pernah dijelaskan-
2.    QS. An-Nisaa : 58
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
·         Dalam ayat ini terdapat penetapan dua sifat Allah : السمع & البصر
·         Pendengaran Allah maknanya :
a.    Pengabulan/ijabah (sifat fi’liyah/kehendak), bila Allah disebut mendengar orang yang memuji-Nya maka bukan sebatas mendengar tapi juga “semoga Allah mengabulkan/menerima ibadah memuji untuk orang tersebut.” Berharap Allah mengabulkan harapana ornag yang memuji-Nya dan diganjar dengan balasan pahala.
b.    Penangkapan suara, Allah menangkap suara dengan pendengaran-Nya (sifat dzatiyah dan tidak terkait kehendak). Allah senantiasa disifati dengan sifat mendengar dan Allah mampu mendengar segala sesuatu. Makna ini terbagi menjadi tiga :
1.)  Pendengaran dengan maksud penjelasan pendengaran Allah meliputi segala suara (peliputan pendengaran Allah luas)
2.)  Pendengaran suara terkait pertolongan
3.)  Pendengaran dengan maksud ancaman
·         Penting untuk kita mengetahui agar ketika menemui ayat “Allah mendengar” kita dapat mengetahui konteks yang dimaksud
·         Macam-macam makna penglihatan Allah :
a.    Mengetahui (العلم), Allah melihat = Allah mengetahui, meliputi penangkapan obejk penglihatan + mengetahuinya
b.    Melihat, penangkapan objek penglihatan, penglihatan Allah dengan makna melihat
·         Penting untuk kita mengetahui agar ketika menemui dalil bahwa “Allah melihat” kita tahu konteksnya


Penetapan Masyi’ah/Kehendak dan Iradah bagi Allah

·         Sebelum membahas dalil, perlu diketahui mengenai iradah Allah
·         Al-masyi’ah & al-iradah = kehendak
·         Kehendak Allah terbagi menjadi 2
1.    Iradah Syar’iyyah : apa yang Allah kehendaki dengan iradah syar’iyyah pasti sesuatu tersebut dicintai oleh Allah, dan belum tentu terjadi, semakna dengan mahabbah, serta menjadi tujuan (seluruh kehendak Allah yang syar’i ada dalam syari’at Islam, segala aturan Islam menjadi tujuan kehendak Allah)
2.    Iradah Kauniyah : yang Allah kehendaki dengan iradah ini belum tentu dicintai Allah, pasti terjadi bila Allah menghendakinya, semakna dengan al-masyi’ah, dimaksudkan sebagai sarana untuk tujuan lainnya/bukan tujuan akhir.
·         Contoh :
1.    Penciptaan iblis -> iradah kauniyah
§  Bila orang tidak paham dengan konsep iradah Allah maka akan su’udzon kepada karena tidak tahu maksud penciptaan iblis
§  Allah ciptakan berbagai macam keburukan bukan maksudnya Allah mencintai berbagai peristiwa keburukan, tetapi ada tujuan di balik itu sesuai hikmah dari Allah
§  Hikmah tersebut misalnya :
a.)  agar kita bersungguh-sungguh dalam hidup,
b.)  agar tidak terkena/menghindari fitnah syubhat dan syahwat yang dapat menghilangkan kekuatan
kekuatan hati itu ada 2 : ilmu dan iradah/kehendak yang membuahkan amal
-          induk dosa yang merusak kekuatan hati berupa ilmu disebut syubhat
-          sedangkan syahwat merusak kekuatan hati berupa kehendak untuk beramal
c.)  agar bila terjatuh ke dalam dosa orang segera bertaubat kepada Allah, merasakan lezatnya taubat (tingkatan keimanan sebelum dan sesudah bertaudat dari dosa akan berbeda)
d.)  mencintai istighfar dan merasakan manisnya keimanan
e.)  mempelajari tipu daya syaithon untuk dihindari
§  Allah mengetahui takdir seperti apa yang menyebabkan keimanan seorang hamba meningkat
§  Akan terhapus dosa-dosa masa lalu ketika Anda tahu keutamaan bersabar menjadi pelebur dosa
§  Allah maha tahu apa yang akan terjadi sesudahnya, misal orang saat ini menyebalkan kelak bisa jadi berubah karena taufiq dari Allah
2.    Ikhlasnya orang yang beribadah kepada Allah -> iradah syar’iyyah (Allah mencintainya) dan iradah kauniyyah (karena sudah terjadi)
3.    Kemaksiatan seluruh manusia -> bukan iradah syar’iyyah maupun kauniyah, tidak dikehendaki Allah baik dengan iradah syar’i maupun kauni
4.    Taatnya seluruh manusia -> iradah syar’iyyah saja
5.    Adanya orang yang bermaksiat -> iradah kauniyah saja
6.    Keimanan Abu Bakar -> iradah kauniyah dan syar’iyyah

1.    QS. Al-Kahfi : 39
Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)
·         Jika Allah kehendaki maka Allah akan tetapkan kebun tersebut, dan sebaliknya Allah dapat menghancurkannya - > Tetap dan hancurnya kebun tergantung kehendak Allah -> iradah kauniyah
·         لا حول ولا قوة الى بالله merupakan pengakuan ketidakmampuan seorang hamba dan menetapkan Allah berkuasa atas segala sesuatu
·         Dalam ayat ini terdapat penetapan
a.    Masyi’atullah
b.    Sifat Allah al-uluhiyah
c.    Sifat al-quwwah

2.    QS. Al-Baqarah : 253
Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
·         Terdapat penetapan :
a.    Al-masyi’ah
b.    Al-iradah (iradah kauniyah)
c.    Al-fi’l

3.    QS. Al-Maidah : 1
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.
·         Terdapat penetapan :
a.    Allah menghalalkan sesuatu
b.    Al-hukmu / menetapkan hukum
c.    Al-iradah (iradah syar’iyyah) terkait penghalalan dan pengharaman

4.    QS. Al-An’am : 125
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.”

·         Terdapat penetapan :
a.    Al-iradah (syar’iyyah dan kauniyah), Allah menghendaki sesatnya seseorang dengan hikmah
·         Faedah dari ayat ini :
1.)  hidayah yang dimaksud yaitu hidayah taufiq berupa kelapangan dada untuk menerima Islam, senang/gembira/ringan di dada dalam menerima/mempelajari/mengamalkan kebenaran atau syari’at Islam baik perkara ushul maupun cabang
2.)  Merasa ringan beramal adalah tanda Allah menghendaki kebaikan untuk orang tersebut. Sebaliknya sempitnya dada perlu diwaspadai adanya tanda dikehendaki kesesatan
3.)  Ruh-ruh itu digambarkan seperti pasukan yang mengelompok. Maka akan berkumpul dengan yang setipe. Akan cepat akrab dengan yang setipe

Dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari rahimahullah dalam shahihnya, disebutkan bahwa Ibunda kaum mu`minin, Bunda ‘A`isyah radhiyallahu ‘anha mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ

“Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok.”[1]

4.)  Sarana muhasabah diri, siapa yang sering kita pilih menjadi teman dekat? *lihat kanan-kiri kita
5.)  Cari hidayah dengan mendatangi tempat-tempat yang baik, yang ada hidayah disana dan berteman dengan teman-teman yang mampu memberi hidayah. Karena hidayah itu ada tempat-tempatnya.

Penetapan Kecintaan Allah kepada Wali-wali-Nya Sesuai Keagungan Allah

·         Rahasia ilmiah yang indah tentang penggabungan bab ini dengan bab sebelumnya :
a.    Pembedaan iradah kauniyah dan iradah syar’iyyah (mahabbah) yang dua-duanya ditetapkan. Bisa jadi sesuatu Allah kehendaki secara kauni tapi tidak secara syar’I karena adanya hikmah
b.    Bantahan kepada orang yang menyatakan sama antara masyi’ah & mahabbah dan keduanya saling berkonsekuensi. Setiap yang Allah kehendaki belum tentu Allah cintai.

1.    QS. Al-Baqarah : 195
dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
·         Terdapat perintah untuk berbuat ihsan/ melakukan amalan sebagus/sesempurna mungkin karena Allah mencintai berbuat ihsan dan pelakunya. Bila orang sudah dicintai Allah maka tidak perlu khawatir tentang nasibnya. Sehingga mendorong semangat kita untuk berbuat ihsan.

2.    QS. Hujurat : 9
dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
·         Terdapat perintah untuk berbuat adil
·         Ketika alasan berbuat adil adalah karena Allah mencintainya, maka orang yang beriman akan ringan mengerjakannya

3.    QS. At-Taubah : 7
maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.
·         Selama kaum musyrikin tidak membatalkan perjanjian, maka jangan perangi mereka. Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa
·         Faedah dari ayat ini :
a.    Allah mencintai ketaqwaan dan pelakunya
b.    Istiqomah adalah bagian dari ketaqwaan

4.    QS. Al-Baqarah : 222
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
·         التوبين artinya orang-orang yang banyak bertaubat (ditunjukkan dengan shighah mubalaghah) => banyak bertaubat = karena banyak berdosa
·         Memberikan faedah untuk tidak berputus asa, tapi teruslah bertaubat
·         Taubat nasuha memiliki 6 syarat
a.    Ikhlas
b.    Menyesal
c.    Berhenti saat itu juga
d.    Bertekad tidak mengulangi lagi
e.    Terpenuhi syarat waktu; sebelum matahari terbit dari barat, atau
f.     Sebelum nyawa dicabut/sampai di keorngkongan
·         Allah mencintai orang yang mensucikan diri dari kotoran yang nampak (hadats, najis, dll) maupun kotoran secara maknawi (seperti maksiat, kesyirikan, dll)


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram

https://www.instagram.com/attadzkirah.blogspotcom/
| Designed by Colorlib