Aqidah Washitiyyah Pertemuan 2 Semester 2

العقيدة الواسطية
Aqidah Washitiyyah


Diambil dari

Kitab Aqidah Washitiyyah
Karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu


Dibahas oleh guru kami
Ustadz Said Abu Ukasyah
hafizhahullahu

Di kajian Rutin Ma’had Ilmi
Senin, 16 Jumadats Tsaniyyah 1441H
Pertemuan ke-2 Semester II

Masjid Al-Ashri Pogungrejo,
Pogungrejo, Sleman, Yogyakarta




Ditulis oleh :
Team Transkrip

Diterbitkan oleh :
At-tadzkirah.blogspot.com





TRANSKRIP MA’HAD AL-ILMI YOGYAKARTA 1441 H
AQIDAH WASHITIYYAH
PERTEMUAN 2
SENIN, 16 JUMADIL AWAL 1441 H / 10 FEBRUARI 2020

Penetapan Kecintaan Allah kepada Wali-wali-Nya Sesuai Keagungan Allah

5.      QS. Ali Imran : 31
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
·         Ayat ini merupakan ayat hakim/pemutus atas orang yang mengaku mencintai Allah namun tidak mengikuti Rasulullah, maka berarti dia dusta atas pengakuan cintanya.
·         Allah menguji hamba yang mencintai-Nya dalam ayat, yaitu ujian dengan mutaba’ah (mengikuti Rasulullah). Bila dia benar-benar mencintai Allah pastilah akan punya niat mengikuti Rasul.
·         Barangsiapa mengikuti Rasulullah, dia telah mengambil sebab mencintai Allah.
·         Allah akan mencintai orang tersebut الجزاء من جنس العمل
·         Kecintaan Allah kepada hamba-Nya jauh melebihi kecintaan hamba pada-Nya, tidak bisa disamakan

6.      QS. Al-Maidah : 54
“Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya
·         Allah mengabarkan ke-Maha Kuasaan-Nya yang demikian agungnya melalui ayat ini
·         Siapa yang berpaling dari menegakkan agama Allah, akan diganti dengan kaum yang lebih baik, yang mulia, dan Allah mencintainya.
·         Yang dimaksud dalam ayat adalah Abu Bakar dan pasukannya yang memerangi kaum muslimin yang murtad.
·         Ayat ini juga menunjukkan kesempurnaan Allah, disifati dengan mahabbah

7.      QS. Shaf : 4
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
·         Dalam ayat ini Allah mengabarkan dengan tegas bahwa Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan Allah dengan jihad yang syar’I dengan harta mereka, mereka berbaris ketika berperang dengan barisan yang teratur dan tidak bergeser sedikitpun dari tempat mereka ditugaskan. Mereka seolah seperti bangunan yang kokoh

8.      QS. Al-Buruj : 14
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih
·         Ghafur menunjukkan bahwa Allah banyak mengampuni, mengandung sifat al-maghfirah
·         Ampunan dalam konteks ini yaitu penutupan dosa (tidak memperhitungkan perkara tersebut sebagai dosa, sehingga tidak diadzab) dan Allah mengampuninya
·         Al-wadud mengandung sifat al-mawaddah yang berarti cinta yang murni, mencintai hamba yang taat pada-Nya
·         Terdapat faedah dalam ayat ini :
a.       Allah mencintai hamba-Nya setelah mengampuninya
b.      Ini merupakan dorongan bagi kita untuk menempuh sebab agar bisa diampuni dosanya dan dicintai oleh Allah.
c.       Allah mencintai sebagian perkara dan tidak mencintai sebagian yang lain

·         Dari ayat-ayat yang dibawakan di atas, menunjukkan Allah mencintai hamba-Nya yang berbuat baik(QS. Al-Baqarah:195), berlaku adil (QS. Hujurat:9), bertaqwa(QS. At-Taubah:7), bertaubat (QS. Al-Baqarah:222), yang mengikuti Rasulullah (QS. Ali Imran:31), dan seterusnya.
·         Kita mengimani ayat-ayat yang menunjukkan Allah punya sifat al-mahabbah dan al-mawaddah. Dan kita tertuntut untuk mengambil sebab yang menjadikan kita dicintai Allah (berhias dengan amal-amal sholih tersebut)
·         Ada tiga golongan yang menta’wil ayat tentang mahabbah, menurut mereka mencintai Allah = taat kepada Allah, sehingga dinafi’kan Allah mencintai hamba-Nya dan dita’wil sebagai bentuk ihsan Allah kepada mereka, memberi pahala pada mereka
·         Menurut golongan tersebut bila ditetapkan sifat cinta berarti Allah seperti manusia/makhluk-Nya
·         Padahal tidak demikian, karena kecintaan makhluk dengan kecintaan Allah berbeda walaupun sebutan/namanya sama
·         Terdapat kaedah : pembahasan dzat seperti pembahasan sifat, maka kita imani bahwa kecintaan Allah sesuai dengan keagungan-Nya


Penetapan Allah Disifati dengan Ar-Rahmah dan Al-Maghfirah

1.      QS. An-Naml : 30
·         Dalam basmalah, sebagaimana pernah dibahas, terdapat sifat al-uluhiyah, ar-rahman, ar-rahiim
·         Ar-Rahman rahmat yang bersifat umum dari wazan fu’lan فُعْلًا (luas dan penuh rahmat-Nya). Tidak ada satupun makhluk kecuali dirahmati oleh Allah.
·         Sedangkan ar-rahiim bersifat khusus untuk orang-orang tertentu
·         Rahmat khusus hanya untuk orang-orang khusus, buahnya berupa amal sholih, ilmu syar’i untuk beramal, dll

2.      QS. Ghafir : 7
Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu
·         Disertakan rahmat dan ilmu Allah dalam 1 hukum di ayat ini dengan hukum sama-sama “luas”
·         Ini menunjukkan bahwa semua yang terliputi ilmu Allah pasti Allah merahmatinya (dengan rahmat Allah yang umum) => ini merupakan rahasia penggandengan dua sifat dalam ayat ini
·         Luasnya rahmat Allah untuk seluruh makhluk, terkait dengan nikmat badan

3.      QS. Al-Ahzab : 43
Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
·         Dalam ayat ini rahiim dipasangkan dengan orang-orang yang beriman
·         Tidak ada dalam Al-Qur’an  penggandengan mukminin dengan rahmat yang umum, karena rahiim dikhususkan untuk orang-orang beriman (mukminin)
·         Ayat ini menunjukkan hashr / pembatasan : yang mendapat rahmat khusus hanya orang yang beriman
·         Dalam ayat ini hashr ditunjukkan dengan mendahulukan بالمؤمنين  daripada رحيما
·         Mendahulukan sesuatu yang asalnya diakhirkan menunjukkan kaedah pembatasan
·         Tidak mungkin mendapatkan rahmat Allah yang khusus tanpa keimanan
·         Ketika sesorang ikhlas, suka beribadah sesuai dengan tuntunan Rasulullah, dai akan dirahmati Allah dengan rahmat yang khusus
·         Allah merahmati dengan rahmat yang khusus hanya kepada orang-orang yang Allah cintai

4.      QS. Al-A’raf : 156
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.
·         Allah memuji diriNya Sendiri, maknanya rahmat Allah meliputi penduduk bumi dan langit.

5.      QS. Al-An’am : 54
Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih saying
·         كتب = وجب
·         Allah mewajibkan atas diri-Nya sendiri sifat ar-rahmah
·         Ketika Allah mewajbkan sesuatu atas diri-Nya menunjukkan hal tersebut/konteksnya adalah anugerah dan bentuk ihsan Allah

6.      QS. Yunus : 107
“Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
·         Al-ghafuur adalah nama Allah yang mengandung sifat al-maghfirah sebagaimana telah lewat


7.      QS. Yusuf : 164
Maka Allah adalah penjaga yang terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.

Terdapat faedah :
·         penjagaan Allah adalah sebaik-baik penjagaan
·         Allah kasih sayangnya paling tinggi, tidak ada yang menyamai, berupa pemberian sesuatu/pencegahan dari sesuatu
·         Seorang hamba yang dicegah oleh Allah dari sesuatu yang dia harapkan adalah termasuk bentuk kasih saying Allah, ini lebih bermanfaat bagi kita daripada kita diberikan sesuatu
·         Tapi banyak orang tidak mengenal Allah sehingga menganggap bentuk penjagaan dari sesuatu itu tidak baik baginya
·         Betapa banyak Allah mencegah orang dari sesuatu yang dia inginkan (jabatan, jodoh, anak, prestasi, dll) itu hakikatnya adalah penjagaan Allah atas diri kita
·         Allah Maha Tahu seorang hamba akan bersyukur atau lalai ketika bisa mendapatkannya
·         Maka fokuslah pada sikap menghadapi ujian atau bisa lulus darinya/tidak bukan memikirkan jenis ujiannya (nikmat/musibah/kesedihan/dll)
·         Yang penting bagaimana sikap kita menghadapi ujian (bersyukur/bersabar)
·         Misal 2 sosok dalam proses perjodohan ternyata Allah cegah dari mendapat yang sesuai harapannya, maka ini adalah ujian. Istri cantik mendapat suami biasa saja adalah ujian bagi si istri untuk bersabar, dan ujian bagi suami untuk bersyukur. Sehingga harapannya meski ujiannya berbeda namun keduanya bisa masuk surga



Bentuk penjagaan Allah :
a.       Umum : untuk seluruh makhluk dari segala hal yang membahayakan duniawi untuk maslahat duniawi
b.      Khusus : untuk orang-orang muslimin dari segala hal yang membahayakan dunia dan akhirat mereka dan dari kerusakan iman mereka
·         Iman yang sempurna akan membuat kita mendapat penjagaan Allah yang khusus. Semakin sempurna keimanan, semakin sempurna penjagaan Allah kepada kita
·         Dalam ayat-ayat ini terdapat penetapan sifat maghfirah dan rahmah dan penyanggahan/bantahan bagi jahmiyah dan golongan lain yang menafi’kan sifat ini
·         Kita juga tertuntut untuk mencari sebab-sebab yang membuat kita mendapat rahmat Allah yaitu iman dan ihsan


Penetapan Allah Disifati dengan 7 sifat : ridho, ghadzab (marah), al-lagnu (melaknat), as-sakhatu (marah), al-intiqam (menyiksa dengan keras), al-karihu (benci), al-maqtu (benci)

1.      QS. Al-Bayyinah : 8
Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya
·         Mereka ridho terhadap Allah tidak sama dengan balasan nikmat Allah terhadap mereka dan terhadap kedudukan mereka di surga

2.      QS. An-Nisaa’ : 93

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya”
·         خلدا = tinggal di dalamnya dengan waktu yang lama
·         Makna ini bukan berarti kekal di neraka, muslim yang membunuh mukmin tanpa alasan syar’i dan dia sengaja maka tidak berarti kekal selamanya di neraka
·         خلدا bisa diartikan kekal, bisa diartikan tinggal dalam waktu cukup lama
·         Allah murka dan melaknat pembunuh tersebut, Allah mengancam orang tersebut
·         Laknat = pengusiran dan penjauhan dari rahmat Allah
·         Ayat ini perlu disebarkan terutama di masa sekarang ini, ketika ‘nyawa begitu murah’



3.      QS. Muhammad : 28
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya,
·         Ayat ini tentang orang-orang kafir yang membuat marah Allah karena mereka tenggelam dalam maksiat yang Allah haramkan
·         Dalam ayat ini terdapat sifat as-sakhat (marah)

4.      QS. Zukhruf : 55
Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka
·         Allah akan menyiksa orang-orang yang membuatnya murka dengan siksaan yang keras
·         Menunjukkan 2 sifat : al-ghadzab (marah), al-intiqam (menyiksa dengan siksaan yang keras)

5.      QS. At-Taubah : 46
tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka

·         Allah membenci keikutsertaan orang-orang munafik dalam jihad bersama mukminin
·         Allah menghalangi sebagian hamba-Nya untuk beramal sholih karena hikmah di balik itu
·         Perbuatan Allah (takdir) tidak akan terlepas dari  bentuk ihsan/karunia Allah dan keadilan Allah, maka kita harus selalu husnudzon kepada Allah
·         Tidak setiap orang yang bercita-cita baik maka Allah takdirkan untuk melakukannya
·         Ini adalah kehendak Allah yang kauni (pasti terjadi tapi belum tentu dicintai Allah)
·         Allah perintahkan berjihad secara syar’i (pasti itu Allah cintai namun belum tentu terjadi), pada kenyataannya Allah membenci keberangkatan orang munafik
·         Faedah : introspeksi diri jangan-jangan ada sifat-sifat dalam diri kita yang Allah benci sehingga membuat kita tidak bisa mengemban amanah/melakukan suatu amal sholih
·         Atau kita berpikir bila kita mengemban amanah tersebut jangan-jangan kita tidak bisa menjalankan amanah
·         Kita ridho kepada (ketetapan) Allah
·         Allah Maha Tahu kita menjadi baik atau tidak ketika harapan kita dikabulkan




6.      QS. Shaf : 3
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

·         Ahlus sunnah wal jama’ah menetapkan sifat fi’liyah yang Allah tetapkan sesuai dengan keagungan Allah tanpa ta’wil, takhrif, takyif, dan tamtsil
·         Seorang muslim tertuntut untuk menjauhi sebab yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah

Penetapan Kedatangan Allah

1.      QS. Al-Baqarah : 210
2.      QS. Al-An’am : 108
3.      QS. Al-Fajr : 21-22
4.      QS. Al-Furqan : 25
·         Dalam ayat al-Furqan : 25 tidak terdapat penyebutan kedatangan Allah namun konteksnya menunjukkan hal tersebut sehingga dibawakan mualif dalam pembahasan ini
·         Sifat kedatangan Allah, menurut Ibnu Qayyim :
a.       Muqayyad, diiringi keterangan mengikat, yang datang adalah rahmat/yang semisal itu (QS. Al-A’raf :52)
b.      Mutlak, tanpa keterangan yang mengikat, tidak menunjukkan kecuali yang datang adalah Allah sebagaimana dhahir ayat

Penetapan Sifat Wajah

1.      QS. Ar-Rahman : 2
2.      QS. Al-Qashash : 88
·         Pada ayat pertama menunjukkan petunjuk akan kekekalan Allah, Maha Hidup, dan tidak mati
·         Di-idhafah-kan wajah kepada Allah dalam dua ayat ini menunjukkan idhafatus shifah ilal maushuf
·         Bila ada lafadz di-idhafah-kan kepada Allah :
a.       Idhafatul makhluq ilal khaliq berarti terpisah dari Allah, misal : baitullah
è Masjid tersebut ciptaan Allah, dan disandarkan untuk memuliakan masjid tersebut
b.      idhafatus shifah ilal maushuf berarti tidak terpisah, misal : kalamullah
è bukan makhluk karena tidak mungkin ucapan terpisah dari pengucapnya
·         Mensucikan Allah (tanzih) bukan berarti dengan ta’thil (menolak sifat)
·         Menetapkan sifat (itsbat) juga bukan berarti dengan tamtsil
·         Wajah Allah (dan sifat-sifat lainnya) sesuai dengan keagungan Allah, sehingga kita tidak menolaknya dan tidak pula menyamakan dengan makhluk
·         Melihat wajah Allah adalah sebuah kenikmatan terbesar di surga, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih. Kalau kita sudah yakin akan hal tersebut, maka mari kita cari cara bagaimana mendapat kenikmatan terbesar itu
·         Dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah ta’ala berfirman: “Apakah kalian mau tambahan nikmat (dari kenikmatan surga yang telah kalian peroleh)? Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Dan Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka? Kemudian Allah singkap hijab (penutup wajahNya yang mulia), dan mereka mengatakan,
فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزٌّ
“Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah Ta’ala.” (HR. Muslim no. 181).
·         Setiap orang yang masuk surga pasti akan melihat wajah Allah
·         Tips mendapatkannya : setiap hamba akan dibangkitkan sebagaimana kondisi dia meninggal. Kebiasaan hidupnya bagaimana, maka di atas itu dia akan meninggal dan dibangkitkan.
è Bila seorang hamba membuktikan kecintaan kepada Allah dengan ma’rifatullah, maka hari-harinya akan diisi dengan ma’rifatullah serta melaksanakan tuntutan peribadatannya
è Ia akan semakin tenteram dan mencintai Allah, akan meninggal khusnul khotimah, dibangkitkan dengan mencintai Allah, dan masuk ke surga serta dapat melihat wajah Allah
è Hal ternikmat adalah meninggal dengan menyebut kalimat Allah.
·         Bagaimana mungkin bisa melihat wajah Allah bila di dunia menolak sifat wajah bagi Allah dan dia terancam mati su’ul khotimah.

Bersambung InsyaAllah



Semoga bermanfaat
Link download PDF :
Link rekaman kajian :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram

https://www.instagram.com/attadzkirah.blogspotcom/
| Designed by Colorlib