Hidup Bertetangga Harus Tahu Ilmunya
-sebuah nasihat indah dari tetangga kost saya-
Kejadian ini barusaja saya alami,
benar-benar baru bada isya tadi. Singkatnya, saya sedari pagi tidak di kost,
baru benar-benar pulang bada isya dari salah satu kajian rutin yang diisi
Ustadz Aris Munandar hafizhahullahu. Saat saya parkir motor di depan kost,
ada salah satu tetangga kost saya hafizhahullau menemui saya, tentu
dengan hijab pagar dan jarak yang cukup jauh, saya tundukkan pandangan saya.
Beliau berkata seperti ini kira-kira,
“Mbak,
saya mau ngasih tahu, nanti minta tolong disampaikan pada kawan-kawanya di
kost. Saya sangat terganggu dengan aktivitas anak kost sini, apalagi tadi pas
adzan (isya)”
“O
nggih, afwan pak” jawab saya refleks.
Saya
kaget, karena posisi tidak tau apa-apa. Saya diam mendengarkan.
“Minta
tolong kalau ada adzan, jangan membuat kegaduhan, masak tadi ada yang teriak-teriak,
merayakan ulang tahun, itu saat adzan seperti itu. Ini saya sebagai tetangga
minta tolong agar teman-temannya dinasehati, di dakwahi. Saya sangat terganggu
mbak.”
Jleb,
seperti kena tampol teplon panas, saya malu, sangat malu. Belum selesai di situ,
ada satu bagian nasihat yang sangat dalam dan membuat fikiran saya
terpelanting. Beliau melanjutkan,
“Saya
minta tolong, yang pertama, teman-temannya dinasehati dan didakwahi, masak lagi
adzan malah bikin ribut. Kedua, kalian anak kost yang sudah ngaji, itu juga
punya kewajiban mengingkari maksiat. Temennya dikasih tahu, dijelaskan
bagaimana hukum musik, bagaimana hukum merayakan ulangtahun, semuanya
terlarang. Ini saya sampaikan sebagai tetangga yang terganggu dengan aktivitas
temen-teman mbak. Di sampaikan ke temen-temenya ya!” Aku ngefreez
Intaha,
sekian percakapan kami.
Perlu
teman-teman ketahui :
- Kost saya hanya berjarak +-15 meter dari Masjid, buka garasi sudah bisa lihat masjid, dan jalan depan kost adalah gang yang jaraknya dengan tetangga depan rumah mungkin hanya 2 meter.
- Kost saya masih campur, maksudnya dari 20 penghuni kost, hanya 5 yang sudah benar-benar ngaji sunnah, lengkap dengan cadar. Sisanya ada yang hanif, tapi juga ada yang ya begitulah, teman-teman bisa tafsirkan sendiri. Qodarullah, inilah pentingnya memilih tempat kost, sehingga jika sudah begini mereka yang berkesempatan tinggal di wisma muslim/muslimah wajib bersyukur karena terhindarkan dari maksiat berupa musik terutama. Juga dari sini kita tahu, bahwa sedekat apapun dengan masjid yang full kajian sunnah, tidak menjamin semua orang yang tinggal di dekat masjid tersebut mau ngaji. Hidayah semata-mata milik Allah dan manusia berkewajiban mencarinya.
Dari dua point di atas semoga
kawan-kawan sudah ada gambaran keadaan kost saya. Sesaat setelah ngefreez di
depan kost, saya segera masuk, menemui dua adek ketemu besar, yang
Alhamdulillah sudah sama-sama ngaji. Saya jelaskan semua yang saya alami, kami
berdiskui sesaat, langkah apa yang harus saya lakukan. Karena saya takut jika
amanah dari tetangga saya belum saya tunaikan, sedang saya sudah dicabut
nyawanya. Sesegera setelah makan malam (yang telat dari jadwal biasanya) saya
naik ke lantai 2, sambil terus berdoa, meluruskan niat dalam menasehati
semata-mata karena Allah, menginginkan kebaikan untuk teman-teman kost saya.
Sempat takut, karena saya tidak terlalu dekat dengan semua anak kost.
Saya ketuk pintu mereka satu-satu,
saya ajak keluar kamar, saya kumpulkan, saya jelaskan apa yang saya alami
dengan sejelas-jelasnya bahwa ada tetangga kita yang terganggu, tanpa
menghakimi siapapun. Semua anak lantai 2 bingung, mereka tidak tahu siapa yang
barusan merayakan ulang tahun (yang hukumnya terlarang dalam islam). Sempat
khawatir takut mereka akan menyanggah saya seperti,
“mbak
koe ki sopo je ngatur-ngatur”
“aku
ning kene yo mbayar kok, mosok kancaku ga oleh dolan ning kene”
“mbak
podo-podo cah kost, ora usah sok ngatur” dll
Tapi maasyaAllah, semata-mata karena
kuasa Allah tabaraka wata’ala, badan saya yang sebelumnya gemetar karena takut
dalam menyampaikan dan lisan saya yang awalnya kelu, tapi saat memberitahu
teman-teman kost lt 2 rasanya mengalir begitu saja dan mereka mau menerima.
Bahkan saya utarakan jika saya terganggu dengan musik, saya tidak suka
ketika ada yang bawa masuk ke ruang tamu teman laki-lakinya, saya sampaikan
semuanya. Mereka mau mendengarkan dan menerima, Alhamdulillah. Setelah itu saya
turun, saya lanjutkan misi saya di lt 1, berharap Allah berikan kemudahan dan
hidayah agar mau menerima nasihat juga bagi teman-teman kost saya yang lain.
“Saya
minta tolong, yang pertama teman-temannya dinasehati dan didakwahi. Kedua,
kalian anak kost yang sudah ngaji, itu juga punya kewajiban mengingkari maksiat
dengan badan. Temennya dikasih tahu, dijelaskan bagaimana hukum musik,
bagaimana hukum merayakan ulangtahun, semuanya terlarang. Ini saya sampaikan
sebagai tetangga yang terganggu dengan aktivitas temen-teman mbak. Di sampaikan
ke temen-temenya ya!”
Entahlah, kalimat nasihat dari
tetangga saya bagian yang ini sangat dalam dan bermanfaat bagi saya, terngiang-ngiang
terus, nasihat ini menyadarkan saya seketika. Saya (dan kawan-kawan saya yang
sudah ngaji) ternyata tidak cukup kita mengingkari kemungkaran yang ada dikost
semata-mata dengan hati, karena kita masih bisa mengingkarinya dengan tangan
dan mulut.Ternyata kita yang sudah ngaji punya kewajiban ketika melihat
kemungkaran ya harus diingkari, ada temannya yang salah ya diingatkan, tidak
didiamkan. Ternyata tindakan saya mendiamkan warga kost tidak selamanya benar.
Saya jadi tersadarkan, betapa amanah itu seberat ini, saya sampai harus cari
orang yang dimaksud tetangga saya untuk menasehatinya. Dan alhamdulillah tujuan
dari nasihat ini insyaAllah sudah sampai dan terpenuhi.
Kaidah ini juga berlaku dimanapun,
jika kawan-kawan menjumpai suatu kemungkaran, entah di kampus, di tempat kerja
dll wajib bagi kita mengingkarinya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasalam,
“Barangsiapa
di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan
tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dia merubah hal itu dengan lisannya.
Apabila tidak mampu lagi, hendaknya dia ingkari dengan hatinya dan inilah
selemah-lemah iman.” (HR. Muslim no. 49)
Belum lagi nasihat dari guru-guru kita
yang bermunculan saat saya dinasehati tetangga saya tadi. Ustadz Hanan Yasir hafizhahullahu
dalam kitab Syarah Hadits Arbain ke 7, beliau menyampaikan,
Dari
Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk
siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi
pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim,
no. 55)
Makananya
nasihat untuk kaum muslimin seacara umum, nasihat bermakna menginginkan yang
terbaik untuk saudaranya.
Juga nasihat Ustadz Yulian hafizhahullahu
di Kitab Nurul Yaqin, bahwa ketika kita hendak dakwah tauhid pasti ada yang
menentang, jadi ya harus tetap jalan dakwah itu. Maka saya tawakal saja sesaat
sebelum mengumpulkan semua anak-anak kost barusan, mau nanti saya dicela karena
mengingkari musik, tasyabbuh ulang tahun dll ya harus siap.
Nasihat Ustadz Aris hafizhahullahu
yang baru tadi malam saya dapat dari penjelasan beliau di kitab Al-Kabair
Syarah Syaikh Sholih Fauzan hafizhahullahu (hal 563-571) untuk berperilaku pada orang
sebagaimana kita ingin diperlakukan. Bersegera dalam hal baik dan tidak
menunda-nunda sebelum dijauhkan dari hal-hal yang bisa memalingkan dari ibadah pada
Allah. Ketika kita ingin diperlakukan baik oleh tetangga, kita harus berbuat
baik, tidak menganggu mereka baik dengan tangan atau lisan kita. Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam,
“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya.” HR Bukhari no 10
Di akhir kajian Ustadz Aris hafizhahullahu
juga menyampaikan faidah tambahan yang beliau dapat dari Syaikh Sulaiman
ar-Ruhaili hafizhahullahu, bahwa tetangga itu juga bisa menjadi fitnah.
Semacam hasad, ribut, tidak menunaikan hak, tidak sabar dengan gangguan
tetangga dll, maka semua ini adalah fitnah, ujian, yang jika tidak berilmu
bisa-bisa kita terfitnah.
Betapa banyak gangguan yang ditimbulkan
tetangga skala kecil anak muda, anak kost, contoh real. Bisa jadi saya dzolim
karena mungkin saya lupa belum nyuci rendalam wadah megicom lebih dari 1 hari,
lupa tidak segera mencuci pakain kotor yang sudah direndam air, suara berisik
saya saat di kamar, tutur kata saya yang tidak tahu mana yang ternyata
menyakiti, tidak menjaga kebersihan lingkungan sekitar kamar sehingga tetangga
terganggu, parkir motor tidak rapi jadi teman yang lain kesulitan memasukan
motor padahal masih muat, motor di kunci gondok di depan garasi sehinga
menyulitkan pintu garasi terbuka jika ada orang lain yang mau mengeluarkan
motor, lupa belum bayar iuran kost, dan contoh gangguan lain. Sedangkan urusan
dengan manusia sangat sulit, kalau dzolim bisa ditagih di akhirat. Hemb...padahal
hadits ini begitu jelas,
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tidak akan masuk surga, orang yang tetangganya tidak merasa aman
dari gangguannya.” (HR. Bukhari 6016 dan Muslim 46).
Jadi seperti itu, kejadian berharga
yang saya barusan alami, semoga memberi pelajaran bagi kawan-kawan, bahwa kita
hidup bertetangga jadi harus menjaga hak-hak tetangga, tidak membuat gaduh
sehingga mengganggu. Kemudian, kita yang sudah ngaji dan tau ilmunya juga harus
mengamalkan, tentang kewajiban “menyampaikan al-haq walau satu ayat” dan segala
risikonya pada teman-teman kita yang mungkin belum ngaji. Tidak selamanya
mendiamkan mereka itu benar. Kemudian belajar adab pada tetangga, ini berat
kawan-kawan. Semoga Allah mudahkan kita berdakwah, menebar manfaat dari ilmu
yang kita dapatkan, mengamalkan sedikit-demi sedikit ilmu kita.
Barakallahu
fiikunaa.
Ratna
Ummu Ukkasyah
Pogung,
24 Jumadats Tsaniyah 1441
Tidak ada komentar:
Posting Komentar