Semoga Segera Berlalu. Ramadhan, kami rindu.
Hari ini resmi beberapa masjid di Pogung, Jogja mengumumkan bahwa tidak ada sholat jumat berjamaah, bahkan juga sudah tidak ada sholat 5 waktu berjamaah. Tadi pagi masjid dekat kost kami memberikan pengumuman, masjid hanya mengumandangkan adzan, yang di tambah lafadz "Shollu fii buyuutikum", sholatlah di rumah-rumah kalian. Ini adalah bentuk tawakal kaum muslimin, tawakal yang disertai ikhtiar, dalam rangka taat ulil amri. Semoga apa yang kita upayakan bersama dinilai pahala oleh Allah.
Sudah tiga hari kami tidak mendengar langkah kaki anak-anak kecil berlarian di waktu subuh, atau suara dencitan pagar ibu kos depan tanda beliau hendak ke masjid. Tidak ada suara ibu-ibu berbincang selepas sholat subuh berjamaah, tidak ada juga anak-anak kecil berangkat ke masjid sebelum masuk waktu sholat. Tidak ada ikhwan kecil lewat depan kost, mereka dulu setiap lewat depan kost selalu ceria, bahkan kadang saling merangkul (biasanya dzuhur atau ashar yang adzan di masjid itu anak-anak). Tidak ada juga majelis ilmu, yang biasanya satu hari mulai pagi, sore, malam ada kajian, kini semuanya ditiadakan, untuk kemaslahatan bersama.
Kajian di liburkan, sholat jamaah ditiadakan, self isolation dalam rangka taat pada imbauan ulil amri dan tindakan-tindakan lainya, ini adalah bentuk ikhtiar dan tawakkalnya kita, yang semua ini diajarkan dalam islam. Tanda sempurnanya islam, semua aspek kehidupan, ketika ada suatu masalah, islam memiliki dasar yang tegas, semua sudah diatur.
Beberapa hari lagi Ramdhan tiba, jadi semakin rindu. Beberapa foto dan vidio yang dulu pernah saya ambil:
1. Tentang anak-anak kecil yang tilawah dengan penuh semangat, padahal sudah tengah malam. Mereka saling bersautan ketika ada yang lain yang lebih semangat. Muadzin-muadzin cilik yang ketika adzan harus dengan bantuan kursi, berdiri di atasnya, agar sampai microphonenya. Tapi saat ini, tentang anak-anak kecil yang menangis karena sekarang tidak bisa sholat berjamaah lagi di masjid, dik Radit dan Radinka, dua diantara sekian banyak anak kecil yang hatinya tertambat di masjid.
2. Tentang kajian bada subuh selama ramadhan, shaff penuh dari depan hingga belakang, wajah santri penuh senyum bahagia dengan bulan ramdhan. Berangkat sepagi mungkin, jalan kaki, bersepeda atau naik motor, menikmati udara sejuk, bergegas mengambil meja lipat yang terbatas, berebut posisi paling depan. Khusyu' mendengarkan penjelasan kitab oleh Ustadz, tidak jarang saling menepuk bahu, saling mengingatkan ketika mulai ada yang mengantuk. 30 hari perlombaan, berlomba dengan diri sendiri, melawan keinginan diri untuk terus rebahan
3. Tentang shalat tarawih bersama, berebut kipas (tahun kemarin belum ada AC). Kajian tiap sore menjelang berbuka, tiba-tiba banyak lewat makanan entah dari siapa dengan caption semacam "silahkan diambil dan digeser kesebelahnya. barakallahu fikunna". Rebahan di karpet yang istimewa, menikmati sunrise dan sunset, membersihkan masjid sambil senang-senang dengan anak-anak kecil, jemuran handuk warna-warni khas akhwat, makan sahur 2 bungkus ber 3, atau 1 bungkus berdua, saling berbagi permen agar kuat hingga tengah malam, saling memberi nasihat, dan masih banyak lagi. Tidakkah kalian rindu?
Maka, sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim taat pada aturan yang telah dibuat ulil amri dalam rangka pencegahan virus ini, isolasi mandiri, tidak keluyuran, apalagi memanfaatkan momen "libur" justru untuk rekreasi, ke pantai, ke gunung, ke tempat-tempat wisata, apalagi justru iktiar dengan cara-cara syirik seperti pasang jimat untuk menangkal corona dll, tidak boleh.
Yuk sama-sama, bahu-membahu agar virus ini tidak banyak menyebar di negri kita, dengan pola hidup bersih, pola hidup sehat, memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk kegiatan produktiv. Jangan sampai waktu libur jadi futur, naudzubillah.
Perbanyak ikhtiar, perbanyak doa, semoga sebelum ramadhan wabah ini Allah angkat. Semoga dapat diambil pelajaran, bahwa makluk kecil tak kasat mata yang menggemparkan dunia, adalah salah satu ciptaan Allah, tanda betapa Maha Besar Allah, Maha Berkuasa Allah, Maha Pencipta. Saat ini, berhenti bermaksiat, perbanyak taubat, karena musibah itu ada karena dosa-dosa kita, dan hanya Allah yang mampu angkat musibah ini.
Semudah apa Allah angkat musibah ini?
Semudah Allah hentikan banjir bandang di zaman Nabi Nuh alaihissalam yang menenggelamkan pucuk-pucuk gunung, Allah berfirman,
Semudah apa Allah angkat musibah ini?
Semudah Allah hentikan banjir bandang di zaman Nabi Nuh alaihissalam yang menenggelamkan pucuk-pucuk gunung, Allah berfirman,
"Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim". QS Hud : 44
Semoga segera berlalu. Ramadhan, kami rindu.
Pogung, 25 Rajab 1441H
al-faqirah ila afwi rabbiha,
Ratna Ummu Ukasyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar