Jogja dan Mahasantrinya

Serial kisah tentang Jogja #1


Perkenalkan, salah satu tempat  di bumi Allah. Tempat yang tidak terlalu luas tapi penuh hikmah dan keteladanan. Tempat penuh kisah bagi siapapun yang pernah tinggal di sana, sekadar duduk mendengarkan ilmu di salah satu masjid yang ada. Tempat yang ditumbuhi semangat anak muda pemburu akhirat, anak muda yang menjadikan dunia berada di genggaman bukan di hati. Tempat yang sesak dengan jadwal kajian, tempat yang dengan uang 2ribu rupiah sudah dapat nasi angkringan, tempat yang denahnya penuh palang-palang pintu  di gang-gangnya. Begitu palang pintu ditutup  jadilah ia bagai labirin, banyak yang "tersesat" wkwk. Tempat terindah bagi anak muda yang mau sedikit saja menyisihkan waktu hidupnya untuk mengenal agamanya. Tempat yang saya bisa memberikan garansi “rindu” bagi setiap orang yang telah meninggalkannya.

Pogung namanya, sebuah kampung di tengah padatnya hiruk pikuk perkampusan di Jogja. Kampung yang tidak terlalu luas, tapi sanggup membuat orang berputar-putar dan kesasar. Pogung laksana madinahnya Jogja. Di sini, Mahasiswa memiliki double degree, yaitu Mahasantri, Mahasiswa plus Santri.
Pagi hingga siangnya mereka berlajar ilmu agama, entah anak Fakultas Teknik, Kedokteran, Hukum, MIPA, Sastra dll. Sore harinya mereka gunakan untuk mengumpulkan ilmu agama, bahkan hingga malam. 

Mahasantri,
status terkeren yang dimiliki Mahasiswa di waktu mudanya. Istilah Mahasantri sudah dikenal oleh sebagian orang.

Jogja terkenal dengan banyaknya asatidzah sunnah. Kajian yang kokoh di atas Quran dan hadits, dakwah tauhid adalah pelajaran yang paling pertama dan selalu diajarkan, mengikuti metode beragama para Sahabat radhiyallahu anhum ajmain.

InsyaAllah selama 20 hari di bulan Ramadhan kami akan kisahkan seluk beluk Jogja bagian Pogung dan kehidupan mahasantri di sini. Mulai dari Mahad apa saja yang ada disini, Tahapan belajar di Jogja, tempat tinggal yang harusnya di pilih, harga makanan, meneladani senior kece, program keren untuk mahasantri, bahkan hingga kisah berkelana di ujung Jogja bagian selatan, di Pesantren Darush Sholihin insyaAllah akan kami tulis.

Tujuannya agar teman-teman terutama anak-anak muda, dimanapun berada terkhusus mahasiswa, bisa memanfaatkan waktu kuliah tidak sekadar belajar ilmu dunia yang sudah banyak waktu terhabiskan olehnya. Tapi menjadi mahasantri, lulus kuliah tidak hanya dapat ijazah saja. Tapi ia memiliki bekal paling penting, ia bisa bedakan mana syirik mana tauhid, mana bidah mana sunnah, mana maksiat mana taat. Bisa tau beda mengucapakan huruf hijaiyyah, tau hukum bacaan Quran, punya hafalan beberapa juz, bisa baca kitab gundul, punya hafalan hadits dan matan, pernah menyelesaikan beberapa kitab di kajian, itu baru namanya Mahasiswa idaman.

Seberapa butuh Mahasiswa dengan ilmu agama? Dia lebih butuh daripada uang jajannya. Belajarlah agama, ngaji-lah, agar tahu mana yang dipilih ketika sholat berjamaah sudah rakaat terakhir di sujud pertama dan kebelet buang air kecil. Apakah ia tahan sampai salam ataukah membatalkan sholatnya. Mana yang dipilih ketika mau sholat sunnah dan ada telpon dari Ibu, mana yang dipilih mengakhirkan sholat jamaah karena kelas atau rapat organisasi. Mana yang dipilih? Semua pertanyaan yang kamu ragu, apalagi urusan agama, bisa kamu dapatkan jawabnya di majelis ilmu. 

Nanti, biidznillah, akan saya kisahkan betapa bahagianya menjadi Mahasantri, di Jogja.


1 Ramadhan 1441H
Ratna Arilia Y
@atatadzkirah.blogspotcom x @heningwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram

https://www.instagram.com/attadzkirah.blogspotcom/
| Designed by Colorlib