SEBELUM PULKAM
Masih
adakah Mahasantri dan anak kost yang bertahan di perantauan? atau malah sudah di rumah semua? Bagi
yang sudah pulkam maupun mau pulkam jangan lupa semua bekalnya disiapkan ulang. Bukan
gamis, baju koko, oleh-oleh makanan khas atau yang lain yang saya maksud, tapi
bekal untuk mencapai target-target apa ketika di rumah selama Ramadhan.
Beberapa bekal
yang baiknya kita persiapkan untuk di rumah :
1. Pahamkan
orangtua dahulu, bahwa corona adalah pandemi, virus tak kasat mata, siapa saja
bisa terjangkiti. Bahkan seorang ibu-ibu yang tidak pernah ada riwayat sakit
atau bepergian-pun positif covid-19 karena belanja di tukang sayur, beritanya
sih terpapar dari uang kertas (Wallahu a’lam). Jelaskan pada orangtua,
kakek-nenek, bahwa kita dari perantauan tidak tahu membawa virus atau tidak,
jadi wajib cek kesehatan (bagi yang daerahnya mewajibkan) dan karantina mandiri
14 hari. Ini tidak bisa ditawar, 14 hari di dalam rumah, diniatkan jadi
muslimah yang mengamalkan sunnah (bagi muslimah hehe). Tidak usah jalan-jalan
ke pasar dulu, keluar-keluar ke rumah teman, tetangga dll. Diem aja di rumah,
titik. Edukasi orang tua dan kerabat pentingnya cuci tangan dan membatasi
interaksi dengan orang, apalagi di kampung, pasar tetep ramai, masker pada nda
mau makai, kenapa? karena kurangnya kesadaran. Jadi kita yang sudah tau
ilmunya, apalagi sudah ngaji yang mengingatkan yang demikian. Ini salah satu
bentuk bakti pada orangtua juga loh.
2. Siapkan
alat tempur kita, kitab apa saja yang hendak dibawa. Buat list kajian rutin apa
yang terselenggara dan kita ikuti. Pelajaran apa yang kelihatannya mau ada
ujian dadakan, atau remidian. Buat santri apalagi, rasanya tidak ada alasan
untuk mengatakan “lupa bawa kitab”, “yah, ga ada kitab” dll. Lupa bawa kitab?
cari pdf. Ndak bisa cari pdf sendiri?
minta tolong sama temen. Iya, mahasantri ketika ada kajian yang dia wajib ikut
di dalamnya tapi lupa bawa kitab dan ndak mau usaha cari, bukankah itu aib
namanya?
Pasang
target tidak perlu muluk-muluk, semisal :
- Saya harus khatamkan Quran dan baca makna kata di dalamnya, serta sedikit-sedikit baca tafsirnya. 1 hari 5 juz. Berarti setiap ba’da sholat saya butuh waktu sekitar 1 jam. 1 pekan harus khatam 30 juz, tidak boleh kalah dengan kantuk.
- Saya harus menambah hafalan saya, setidaknya 1 bulan 1 juz bertambah itu minimal, atau setidaknya hafalan yang saya punya sebelumnya tidak hilang.
- Saya harus punya hafalan hadits, dimulai dari yang paling dasar, Hadits Arbain An-Nawawiyah. 1 hari 1 hadits setor ke ayah/ibu/kakak/adik.
- Saya selama 1 bulan mau selesaikan 2 kitab. Pertama Syarah Ushul Tsalastah, kedua Ta’lim Mutaalim. Atau kitab lain yang sudah punya tapi belum pernah dikaji. Saya akan buat jadwal jam 9.00-10.00 dan jam 14.00-15.00 untuk kajian kitab (misalnya demikian).
- Saya harus download rekaman kajian dari kitab yang hendak saya selesaikan. Bisa download di www.jogjamengaji.com insyaAllah lengkap. Apalagi kajiannya Ustadz Aris Munandar hafizhahullahu, wah jan lengkap pol. Dari zaman saya masih SMP juga ada. Atau bisa juga di channel-channel Youtube kesayangan.
- Saya harus selesaikan buku bacaan agama berbahasa Indonesia, seputar adab, tazkiyatun nafs, dan siroh (misalnya). Saya setiap hari harus membaca dan istifadah terhadap buku tersebut minimal 20 menit, setiap hari.
- Saya harus produktif, baik dengan menulis,transkrip kajian, menerjemahkan buku, membuat rangkuman atau sekadar share poster berfaidah.
Dan
masih buanyak lagi hal yang bisa kawan-kawan usahakan, bertekat kuat untuk
merealisasikanya. Jika tidak teralisasi semua bagaimana? setidaknya niat baik kita sudah dinilai oleh Allah.
Kuncinya, mau memaksa diri.
Ketika sudah mulai ngatuk, terus paksa memenuhi target yang hendak dicapai. Paksa
diri untuk jauh dari HP, fix ini penting sekali. HP kadang jadi musuh, bukan
dia yang salah, kitanya saja yang ndablek.
Saya ambilkan nasehat dari para salaf berikut ini dari kitab At-Tuhaf bil Ma’tsura’anis Salaf, karya
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Mushin Al-Abbad Al-Badr hafizhahullahu.
Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullahu
melewati seseorang, yang ditangannya ada kerikil, lantas dia bermain dengannya.
Kemudian saat bermain kerikil ia sambil berdoa, “Ya Allah nikahkanlah aku
dengan bidadari.” Maka Umar bin Abdul Aziz rahimahullahu menghampirinya,
kemudain mengatakan “Sejelek-jelek pelamar bidadari adalah kamu. Tidakkah kamu
buang kerikilnya, lantas kamu tulus berdoa kepada Allah.” (Hilyah, Karya Abu Nua’im, 278/5)
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul
Mushin Al-Abbad Al-Badr hafizhahullahu mengomentari atsar di atas, namun
telah muncul di zaman kita ini, kerikil dalam bentuk lain yang digunakan
manusia di mayoritas waktunya. Kerikil tersebut menyibukkan hati, jauh lebih
banyak dari tangan yang ada padanya, tumpukan besar dari mainan. Gara-gara
kerikil modern ini, orang sudah tidak pintar berdoa, merendah dan memohon. Apa
itu? Hp. Selayaknya bagi orang yang sibuk
dengan Hp dan bolak-balik dengan hp sehingga jarang atau bahkan tidak pernah
berdoa untuk merenungi “ Tidakkah engkau
tutup Hp mu lantas berdoa kepada Allah?”
Sebenarnya kita insyaAllah bisa
mengikuti kulwap, kajian online (ini harus berkorban kuota, karena ilmu itu
butuh pengorbanan), Ma’had via app Zoom,Webex, google classroom dll kalau
niatnya kuat. Bagaimana niat yang kuat? ya benar-benar datang tepat waktu,
mempersiapkan diri dengan baik, mencatat dengan serius, jangan
ditinggal-tinggal kalau tidak ada uzur.
Sebelum pulkam, pasang niat
yang buanyak. Kalau kata Ustadz Said Abu Ukkasyah hafihzahullahu, makin banyak
pasang niat (yang benar), makin banyak dapat pahala, double combo kata
beliau.
Niat birrul walidayn,
mengamalkan ilmu yang sudah didapatkan selama ngaji di perantauan, niat mau
bangun pagi lebih dulu daripada ibu, niat mau rajin masak, niat nyuciin baju
ortu, niat mau ngajarin ibu sama adek tahsin dikit-dikit, niat mau bacain 1
hari 1 hadits dari Adabul Mufrod misalnya, niat mau ngaji di rumah, niat mau
belajar agama via online di rumah, niat mau berbagi ke tetangga, niat mau
lamaran atau nikah yang sederhana, dan niat-niat yang lain misalnya.
Sebelum pulkam,jangan ada yang
tertinggal.
Sebelum pulkam, pastika tidak
meninggalkan jemuran, baju kotor, piring kotor, barang-barang di kamar
beserakan, sampah belum dibuang, listrik belum dimatikan, belum pamit pak RT
atau yang semisal untuk titip kost hehe. Intinya gitu, sebelum pulkam,
persiapkan dengan baik niatnya. Karena safar adalah ujian, kita mungkin bisa
mengontrol kendaran kita di jalan, tapi tidak ada yang bisa mengontrol malaikat
maut kapan mau datang. Tidak tahu, masih bisa kembali ke perantauan untuk
kuliah, thalibul ilmi, ngaji, kerja dll atau tidak.
Sebelum pulkam persiapkanlah,
bisa jadi pulkammu ke rumah orang tuamu, atau boleh jadi pulkammu menghadap Rabbmu,
berbekallah. Moga Allah ampuni dosa si penulis yang begitu banyak.
*btw
saya sudah buat surat wasiat, tolong yang pernah saya titipi, diingat-ingat
wasiat saya ya. hehe
Pogung, Wisma tercinta
5 Hari Menuju Ramadhan.
Al-Faqirah ila 'Afwi Rabbihaa
Ratna A Arilia Y
Tidak ada komentar:
Posting Komentar