Masjid Pogung Raya (MPR)
Serial Kisah tentang Jogja #3
Kali ini akan
kami kisahkan tentang Masjid Pogung Raya (MPR), masjid ini berada di
tengah-tengah Pogung. -kampung hijrah-. Kubah bulat warna perpaduan
hijau-kuning menjadi icon yang sangat dikenal dari masjid ini. Karpet merah nan
empuk adalah ciri khas yang selalu dirindukan bagi setiap jamaah yang pernah
duduk di MPR. Kotak infaq yang memiliki roda kecil, kadang kami buat mainan
mobil-mobilan, meja lipat dengan cap logo masjid MPR, serta deretan buku-buku di etalase kaca yang
tersusun rapi menemani belajar kami. Salah satu buku favorit yang saya baca
ketika menunggu ustadz adalah “Taman Orang yang Jatuh Cinta”, buku tebal
terjemah dari kitab “Raoudhotul Muhibbin” karya Ibnul Qoyyim
rahimahullahu. Sebagaimana buku-buku karya beliau yang lain, yang susunan
kalimatnya begitu romantis, bahkan hanya membaca di muqoddimah, saya bisa
berikan garansi “jatuh cinta” pada kalian yang membacanya. Ternyata definisi
cinta dalam Bahasa Arab begitu buuanyak beliau sampaikan.
Masjid Pogung
Raya atau disingkat MPR penuh jadwal kajian sunnah. Kajian Ustadz Afifi Abdul
Wadud hafizhahullahu di malam Ahad, yang jamaahnya sangat membludak. Tidak
ketinggalan buka puasa Senin-Kamis yang materinya terstruktur, ada dua tema
yaitu syarah hadits arabain An-Nawawiyah yang dikaji Ustadz Ratno
hafihzahullahu, dan kajian “Kun Aqidatak” yang dikaji Ustadz Sulaiman Rasyid hafihzahullahu.
Kadang diselingi kajian tematik yang tidak kalah penting, semisal kajian “Bahagia
dengan Ilmu” oleh Ustadz Erlan Iskandar hafihzahullahu. Teman-teman bisa unduh
gratis bukunya di bit.ly/KumpulanBukuTadzkirah
Spesialnya MPR beda-beda menurut masing-masing
orang.
Bagi saya MPR
spesial diantaranya karena kajian buka puasa Senin-Kamis, menu berbuka puasa
yang selalu istimewa dengan pernak-pernik jajanan dari muhsinin, moga Allah berkahi
rizki para muhsinin.
اللَّÙ‡ُÙ…َّ Ø£َØ·ْعِÙ…ْ Ù…َÙ†ْ Ø£َØ·ْعَÙ…َÙ†ِÙŠ
ÙˆَاسْÙ‚ِ Ù…َÙ†ْ سَÙ‚َانِÙŠ
“Ya Allah,
berilah makanan orang yang memberi aku makan dan berilah minuman orang yang
memberi aku minum.” (HR. Muslim, No. 2055)
Bagi saya MPR spesial
karena orang-orang di dalamnya, simbah simbah sepuh yang selalu rajin shalat
berjamaah 5 waktu, anak-anak muda dengan buku catatannya, anak-anak kecil yang
sudah tau bagaimana cinta pada masjid, khusyu dalam sholat, dan tentu karpet
merah empuknya.
Bagi saya MPR
spesial karena banyak kenangan dan makanan yang bisa saya beli sepulang dari
sana. hehe. Harganya sangat murah meriah, dan spesialnya itu para penjual
makanan di sana ketika adzan berkumandang gerobaknya ditinggal begitu saja.
Banyak juga yang sudah laa isbal, maasyaAllah. Barakallahu fiikum. Ada bapak penjual
cilok “pejuang”, ada bapak penjual “Bakso Woyo-Woyo”, ada bapak penjual roti bakar, dan ada penjual
gorengan yang lengkap menunya. Tidak ketinggalan bapak penjual terang bulan
mini yang harganya cuma seribuan. Bagi teman-teman, silahkan dilarisi dagangan
beliau-beliau jika lewat MPR ya.
Bagi saya MPR
spesial karena ada salah satu kajian kitab Sabtu pagi, kelas dimulai jam 6 tet,
bersama Ustadz Aris Munandar hafidzahullahu yang membahas kitab tentang “Zinatul
Mar’ah Al-muslimah”, tentang bagaimana seorang muslimah seharusnya berdandan. Di
kajian ini shaff untuk akhwat selalu penuh, bahkan harus diperlebar dari
biasanya. Ini tanda bahwa mahasiswa-mahasiswa Jogja rajin bangun pagi dan bergegas
menuntut ilmu.
Bagi saya MPR
spesial karena ada kajian “Karumah” atau Kajian Rutin Muslimah, yang
diselenggarakan oleh FKKA. Nanti insyaAllah akan saya kisahkan pula apa itu
FKKA. Kajian “Karumah”, ini bersifat tematik,
dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga sangat cocok untuk yang baru hijrah,
kalau ada kawan yang baru ngaji bisa diajak ke kajian ini.
MPR juga
selalu penuh saat kajian Rabu malam. Kajian kitab bertema tazkiyatun nafs yang
diampu oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud hafidzahullahu adalah kajian yang paling
sering membuat para mahasantri tertunduk memikirkan dirinya sendiri, berkaca bagaimana
keadaan hatinya.
MPR juga
spesial karena kajian Jumat malamnya, bersama Ustadz Aris Munandar
hafidzahullahU membahas kitab “Nailur Raja’, syrah Safinatun Najah”, fiqih
Syafi'iyah, saya dapati berbagai faidah. MPR juga salah satu tempat untuk para
mahasantri belajar bahasa Arab yaitu di Ma'had Umar Bin Khattab. Nanti akan saya kisahkan seluk-beluk tentang
Ma'had Umar bin khotob insyaAllah. Dan yang tidak kalah spesial adalah imam-imam
di masjid ini memiliki bacaan yang bagus sehingga para jamaah dapat menikmati shalatnya.
Sekian secuil
kisah dari Masjid ke-2 di Pogung yang membuat jatuh hati.
MPR kamu istimewa, kubah hijaumu, dan karpet merahmu akan selalu membuat kami rindu duduk takdzim mendengarkan ilmu.
Bagaimana? sudah mulai bernostalgia? Selamat merajut rindu pada Pogung, yang dulu, kini, dan besok akan terus terpatri kenangannya di hati.
Bagaimana? sudah mulai bernostalgia? Selamat merajut rindu pada Pogung, yang dulu, kini, dan besok akan terus terpatri kenangannya di hati.
Barakallahu
fiikum.
3 Ramadhan
1441H
Ratna Arilia
Kolaborasi
kebaikan : @attadzkirah.blogspotcom x @ heningwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar