DARUSH SHOLIHIN, SPESIALIS DAUROH PENUH CINTA
Serial Kisah Tentang Jogja #13




Alhamdulillaah, hadza min fadhli Rabbi... Hanya karena karunia Allah-lah DS bisa menjadi sebagaimana saat ini yang kawan-kawan tahu. Perkenalkan, pesantren masyarakat paling terkenal se Gunungkidul, pesantren spesialis dauroh penuh cinta. Tempat penuh kisah dan ibrah bagi setiap orang yang pernah menimba ilmu di sana. Pesantren milik senior alumni UGM, sekaligus guru kami Ustadz Abduh Tuasikal hafizhahullahu, Ponpes Darush Sholihin.

Berlokasi di desa Warak, Panggang, Gunungkidul. Pesantren ini biasa disingkat DS. Sudah sangat aghlab bagi mahasantri Jogja. Rasanya belum afdhol jika jadi mahasantri Jogja tapi belum pernah sekalipun mencoba sensasi belajar di sana.

Karena fokus serial ke #13 ini adalah kisah mahasantri yang belajar di sana, jadi kawan-kawan bisa simak kisah bagaimana  DS merintis dakwah di link berikut :
Link :

Apa yang kawan-kawan rindukan dari DS? Karpet coklatnya? Sayur lomboknya? Riuhnya ibu-ibu peserta dauroh? Nginep di rumah warga? Jalan-jalan naik bis mini, pick up atau bahkan truk ke pantai di sore hari? Atau suasana DS nya? Mari kita nostalgia, berikut kami kisahkan, kisah cinta kami ketika menuntut ilmu di sana.

Biasanya tiap semester DS mengadakan dauroh yang terbuka untuk umum, sedang di liburan semester biasanya dauroh khusus untuk pelajar SMP-SMA saja. Dauroh umum ini sangat istimewa, kenapa?

1. Pesertanya dari semua wilayah Indonesia dan dari segala usia.
Dauroh pertama yang kami ikuti, pada 10-12 Mei 2018, membahas kitab Al firqotun  Najiyah, selama 3 hari 2 malam. Kami temui peserta mulai adik-adik SMP, SMA, anak kuliahan, ibu-ibu, bahkan nenek-neknek semangat ngaji. Justru ibu-ibu dan nenek-nenek lah yang sangat seru, berhasil jadi mood booster penghilangan kantuk ketika kajian. Kenapa? Karena beliau-beliau selalu menanggapi ketika ustadz  bertanya, tertawanya begitu lepas, kami anak-anak muda kadang malu kalau sampai terlihat ngantuk. Kami temui pula peserta lokal asal Gunungkidul dan Jogja, ada lagi dari Surabaya, tim Surabaya Mengaji, ada pula sekeluarga dari Jakarta jauh-jauh ke Gunungkidul untuk wisata hati, ngaji. Dan masih sangat banyak lagi peserta kajian dari berbagai pelosok kota di Indonesia.

2. Fasilitas dan biaya
Sudah terkenal pula, dauroh di DS itu gratis, Mulai dari kitab, buku tulis, pulpen, makan sehari 3x bahkan rekreasi ke pantai-pantai Gunungkidul semua gratis. Hanya bayar infaq 100k per malam, untuk 1 kamar rumah warga yang peserta gunakan untuk menginap, itupun kalau mahasantri bisa satu kamar ber 4 wkwkw. Jadi per malam hanya 25k.
MaasyaAllah, ini liburan paling menyenangkan yang pernah kami, dan mungkin kawan-kawan yang sudah pernah ikut dauroh DS rasakan. Liburan yang isinya ilmu, dan jalan-jalan dengan tetap memperhatikan syariat.
Oiya, ada lagi yang spesial, peserta luar kota biasanya dijemput di terminal Giwangan, lalu diantar ke Gunungkidul bersama peserta dari berbagai kota yang lain, menikmati jalanan naik-turun berkelok-kelok dulu baru sampai ke DS.

3. Makanan
Ada salah satu menu paling spesial, khas dan istimewa, ada yang tau? Yak, sayur lombok (sayur cabe). Sebetulnya bukan full cabe, hanya saja memang banyak isi cabenya, biasanya dicampur dengan tahu, tempe dan kacang panjang. Lengkap dengan lauk baceman, ayam goreng, bahkan kerupuk. MaasyaAllah semoga Allah jaga dan berkahi hidup guru kita Ustadz Abduh Tuasikal hafizhahullahu dan segenap orang yang senantiasa membantu dauroh. Spesialnya lagi, di sini juga disediakan coffe break, biasanya di sela-sela sesi akan diberi waktu untuk ngopi atau ngeteh agar tidak ngantuk. Tenang, semuanya gratis... MaasyaAllah

4. Jadwal belajar
Pelajaraan dauroh biasanya fokus pada 1 kitab. Berlangsung jam 8 pagi hingga waktu ashar. Berikut kami tuliskan jadwal yang dulu kami alami :
07.30-08.00 registrasi, sarapan
08.00-10.00 sesi 1
10.00-10.15 coffe break
10.15-duhur sesi 2
12.00-13.00 Istirahat dan makan siang
13.00-14.30 sesi 3
Sholat ashar.
Jalan-jalan ke pantai
Pulang, mandi.
Kemudian dilanjutkan lagi bada magrib atau bada isya, plus makan malam angkringan.

Bagaimana? begitu nikmat bukan? Tapi belum selesai di sana, biasanya malam hari lanjut membahas kitab lain. Ini sunnah bagi peserta, terutama peserta yang menginap, jadi tidak wajib semua peserta harus ikut. Pelajaran tambahan juga ada di waktu bada subuh.

Kalau dulu, ketika kami di sana, bada subuh kami belajar matan Safinatun Najah, kemudian lanjut sarapan, dan mulai dauroh Firqotun Najiyah hingga ashar. Kemudian diajak jalan-jalan ke pantai, lanjut lagi bada magrib belajar kitab Mandzumah Baiquniyyah. MaasyaAllah triple combo ilmu dalam 1 hari. Moga Ustadz dan keluarga senantiasa diberi kesehatan oleh Allah.

5. Kearifan Lokal
Salah satu pelajaran penting yang kami dapatkan ketika dauroh di DS yaitu belajar adab dan akhlak, mengamalkan ilmu dan hidup bermasyarakat. Mau tidak mau, peserta kajian (terutama akhwat) tertuntut untuk berbaur dengan warga. Di sini kita akan dapat banyak pelajaran, bagaimana warga desa menjamu tamu. Wallahi 2x dauroh, kami menginap di rumah warga, kami dapati beliau-beliau begitu memuliakan tamu-tamunya, bahkan sangat memuliakan. Beliau-beliau kadang sudah kami anggap seperti ibu kami, saking pedulinya pada kami. Sepulang belajar, kadang kami sudah disiapkan teh hangat, gorengan atau kacang rebus. Malamnya kadang kami disediakan bakmi, makanan khas Gunungkidul dan itu semua gratis. Padahal biaya yang kami bayarkan hanya untuk tidur malam, makanan minuman, mandi, nyuci baju dll harusnya tidak termasuk. Kami dapati orang-orang di DS adalah mereka yang begitu dermawan, padahal bisa jadi kami kurang beradab ketika menumpang di sana. Moga Allah jaga dan beri rezeki pada Ummu Akhlis dan segenap orang yang rumahnya menjadi penginapan untuk para peserta dauroh.
Kawan-kawan juga akan belajar mandi dari air sumur atau bisa juga dari wadah penampung air hujan. DS termasuk wilayah yang sulit air ketika musim kemarau, bahkan dulu Ustadz sempat harus beli air beberapa mobil tangki untuk keperluan dauroh.
Kawan-kawan mandi dan cuci baju dengan air yang segar sekali, bahkan dingin-dingin sega. Kadang kamar mandi terpisah dari rumah, jadi harus jalan dulu gitu kalau malam-malam kebelet hehe.
Kawan-kawan luar jawa, biasanya mahasiwa rantauan nih, bisa sekalian belajar bahasa Jawa versi Gunungkidul hehe biar tahu kearifan lokal.
Bagi kami, berbaur dengan warga, ngobrolin banyak hal, terutama ngobrol bagaimana DS dulunya, dakwah Ustadz seperti apa dll, sambil ngeteh dan makan kacang rebus bersama warga, itu kenikmatan yang tidak bisa diganti. Disini kita dapat fiadah, meskipun bercadar, berjilbab lebar, kita juga tetap manusia, tetap makan gorengan dan ngeteh, tetap ngobrol, bahkan bisa ngobrol seru bareng ibu-ibu bukan yang sok eksklusif atau minta di spesialkan. ")

6. Kajian Akbar
Selain dauroh DS juga terkenal dengan  kajian akbarnya, biasanya di akhir dauroh akan ada kajian akbar sebagai penutupan. Ini juga tidak kalah spesial. Biasanya kajian akbar mulai jam 9 pagi. Tapi...... Jangan kaget ketika bada subuh sudah ada peserta kajian yang datang.  Masuk jam 6 pagi apalagi, berbagai bis kopata, mobil pickup bahkan truk mulai berdatangan mengangkut belasan ribu peserta kajian. Pesertanya se Gunungkidul plus peserta kajian dari berbagai wilayah lain. Biasanya mahasantri Jogja yang tidak bisa ikut dauroh, masih bisa ikut ke DS ketika kajian akbar.
Di tahun 2018, selepas dauroh 3 hari, dilaksanakan kajian akbar bersama Ustadz Maududi Abdullah hafizhahullahu, total jamaah yang hadir sekitar 18.000 manusia, ratusan motor dan mobil serta bis berjajar rapi di bahu jalan, hampir sepanjang 3 KM. MaasyaAllah.
Jika mau memperhatikan lagi, kawan-kawan akan melihat, betapa mayoritas jamaah yang hadir adalah jamaah ibu-ibu dan jamaah sepuh. Lengkap dengan jilbab menutup dada, kaos kaki terpakai rapi dan senyum terpancar khas masyarakat desa yang ramah.
Ada hal yang menarik, bagusnya dakwah di sini yaitu, pendekatan kepada masyarakat dari sisi material. Semisal :
-Belasan ribu peserta kajian yang baru sampai di DS akan disediakan sarapan dan air mineral, maklum biasanya para warga dari pelosok Gunungkidul berangkat bada subuh, belum sempat sarapan.
-Pembagian baju muslim gratis bagi peserta kajian akbar. Baik gamis, jilbab, baju Koko, sarung dll, hasil open donasi yang dilakukan sebelum kegiatan dauroh berlangsung.



Bahkan saya selalu mengkhayal dan berharap pada Allah, jika ada kawan dari luar Jogja dan hendak ke Jogja, saya akan bertekad kuat, bukan ke Malioboro, ke Parangtritis, kulineran atau Merapi, tapi saya ingin mengajaknya memaknai hidup, merasakan bahagianya menuntut ilmu di Darush Sholihin. Pesantren masyarakat,tempat terbaik menghabiskan masa liburan untuk dauroh, belajar ilmu agama. Menikmati suasana dingin dan sejuknya Gunungkidul di pagi hari, mendengarkan ilmu agama, menduduki karpet spesialnya DS, makan siang bareng-bareng dengan makanan rumahan, bercengkrama dengan masyarakat desa, menginap di rumah warga, naik bis mini, atau mobil bak terbuka menuju pantai. Menyantap gorengan dan menyeruput teh di pinggir pantai, mengambil sedikit foto suasana pantai, menikmati setiap detik dengan penuh rasa syukur kepada Allah, alhamdulillahilladzi bini’matihi tathimush shaalihaat.
Semoga di lain hari, kita bisa berkumpul lagi, menikmati dauroh di DS, tempat penuh kisah dan cinta, tempat beribu kisah, tempat istimewa bagi setiap manusia yang pernah menimba ilmu di sana.




Pogung,
Ahad, 22 Syawal 1441H
Ratna A Arilia Y


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram

https://www.instagram.com/attadzkirah.blogspotcom/
| Designed by Colorlib