Teman SMA
Kisah tentang teman-teman di masa remaja yang senatiasa menerima perubahan hijrah, menerima prinsip kita, senantiasa ada, dan membersamai walau sudah terpisah jarak dan raga.
2012, SMA
Dipertemukan Allah dalam satu kelas yang sangat absurd, dicap jelek oleh guru atau kakak kelas SMA akibat solidaritas "terlambat satu kelas saat MOS", kelas yang berisi anak-anak biasa saja, tidak pintar-pintar amat, tapi sungguh kelas 10-7 adalah kelas terbaik untuk mengawali masa SMA, yakni dihukum ramai-ramai.
Kumpulan remaja putri yang belum tau tentang nilai-nilai agama, belum paham ikhtilat itu dosa, belum paham musik itu haram, belum paham merayakan ulang tahun adalah tasyabuh yang dilarang, belum paham kaki itu aurot semuanya, belum paham remaja putri tidak selayaknya jalan-jalan ke Gunung Kelud nekat, Air terjun lintas kabupaten, menjelajahi banyak pantai, mbolang ke Ibu Kota Provinsi, berkelahi dengan copet, dll. Masih jauh dari belajar tauhid, mengenal sunnah, sebagaimana mungkin kebanyakan remaja di Jawa Timur.
Kami sudah melewati banyak hal bersama, susah-senang, kecelakaan di jalan, nangis bersama, masak bersama, tidur ramai-ramai,mereka sudah seperti anak bagi orang tua saya, orang tua saya selalu merindukan kunjungan mereka yang kebanyakan jika ke rumah lebih banyak menghabiskan stok makanan di kulkas, membuat gaduh, membersihkan makanan di dapur dll. Ibu dan Ayah selalu bahagia dengan kelakuan mereka.
2015,
Kami berpisah atas takdir Allah, Jogja, Malang, Blitar, Surabaya, Jember. Sampai pada akhirnya hidayah sunnah itu datang pada saya yang saat di Jogja dipertemukan dengan orang-orang yang baik, yang mengajak saya kembali pada fitrah, belajar ilmu agama.
2018,
Perubahan drastis terjadi pada saya yang mungkin saya tidak sadari karena lingkungan Jogja demikian baiknya, sedang lingkungan kampung halaman begitu adanya. Gamis, kaos kaki, jilbab lebar sudah melekat pada saya,sampai pada akhirnya ujian, celaan, hinaan, fitnah itu datang bertubi-tubi. Bisa dibaca disini kisahnya,
http://at-tadzkirah.blogspot.com/2019/07/ayah-dan-ibu-insyaallah-bisa-faham-was.html
yang sebagian besar mungkin jika sudah hijrah akan menutup diri, menjauhi teman-teman lamanya karena takut mudhorort dll, tapi saya tidak demikian. Karena saya yakin Allah bisa mengetuk hati kawan-kawan lama saya, memberi hidayah taufik hingga -semoga kelak- Surga menjadi tempat reuni kita.
Mereka datang,
Mereka datang ke rumah, menjelaskan pada orang tua bahwa saya tidaklah berubah. Meyakinkan pada orang tua saya, perubahan saya adalah suatu kebenaran, tidak mau bersalaman dengan laik-laki non mahram, tidak keluar rumah, gamis lengkap kaos kaki dll itu yang sebenarya wajib dilakukan muslimah.
Mereka menerima,
Mereka menerima prinsip yang saya pegang kuat, tidak mau berfoto, tidak mau selfie, tidak upload foto di media sosial semata-mata karena saya menyayangi mereka karena Allah, saya ingin menjaga mereka dari pandangan laki-laki asing, dari mata penuh hasad. Mereka menerima ketika saya meminta untuk menghapus foto saya seluruhnya, atau dicrop atau diblur dll jika ada foto saya, mereka mau menerima.
Mereka faham,
Mereka faham ketika saya sudah tidak mendengarkan musik, saya tidak mau terlihat laki-laki ajnabi. Mereka menghargai setiap prinsip yang saya utarakan.
Mereka mengerti,
Mereka mau mengerti saya dan perubahan fisik dan prinsip saya, Alhamdulillah Allah berikan saya kawan-kawan sebaik mereka. Mereka menghargai saya, sangat menghargai.
2019,
Total sudah 7 tahun kita berteman, layaknya saudara, walau saat ini mungkin 1 tahun hanya bertemu 2x atau 3x itupun dalam durasi singkat karena berbedanya urusan, banyaknya tanggungjawab lain. Ternyata kita sudah dewasa kawan, sudah bukan anak SMA lagi, tanggungjawab kita pada keluarga bertambah besar, tanggungjawab pada Allah lebih-lebih lagi.
Satu hal yang saya pegang, mereka yang mewarnai hidup kita sebelum kita hijrah juga memberi peran, kita juga berhutang waktu, kisah, kebahagiaan, rasa, materi, juga kenangan indah pada mereka. Meski mereka mungkin tidak seperti kawan-kawan kita setelah hijrah, mereka mungkin tidak mengajari kita nahwu, shorof, i'rob, tahsin. Mungkin juga mereka tidak pernah duduk 1 majelis kajian sunnah bersama kita, mungkin juga mereka tidak pernah setoran hafalan dengan kita, tidak pernah dauroh bersama kita, tidak pernah membicarakan perihal kitab-kitab arab dll.
Tapi, mereka berjasa mewarnai hidup kita dulu, mereka berperan menjadikan kita sebagaimana kita sekarang, mereka berhak atas doa-doa kita karena mereka pernah menanamkan rasa bahagia di hidup kita.
Maka saat ini, ucapan terimakasih pada kawan-kawan lama adalah dengan limpahan doa agar Allah berikan celupan iman, shibghoh, agar Allah berikan hidayah taufik pada kita dan kawan-kawan kita, senantiasa meminta pada Allah agar Allah jaga mereka dimanapun mereka berada, agar dijauhkan dari fitnah syubhat dan syahwat, agar Allah tanamkan di hati mereka kecintaan pada sunnah. Pada akhirnya kebahagiaan itu, bisa memegang bara api di atas manhaj yang haq ini bersama-sama mereka, nge-like postingan yang sama, repost artikel agama yang sama, nge-follow akun-akun yang sama, membicarakan perkara agama dengan pemahaman yang sama, saling menasihati dalam kebaikan, dan dikumpulkan dalam surgaNYA Allah kelak.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
دَعْÙˆَØ©ُ الْÙ…َرْØ¡ِ الْÙ…ُسْÙ„ِÙ…ِ لأَØ®ِيهِ بِظَÙ‡ْرِ الْغَÙŠْبِ Ù…ُسْتَجَابَØ©ٌ عِÙ†ْدَ رَØ£ْسِÙ‡ِ Ù…َÙ„َÙƒٌ Ù…ُÙˆَÙƒَّÙ„ٌ ÙƒُÙ„َّÙ…َا دَعَا لأَØ®ِيهِ بِØ®َÙŠْرٍ Ù‚َالَ الْÙ…َÙ„َÙƒُ الْÙ…ُÙˆَÙƒَّÙ„ُ بِÙ‡ِ آمِينَ ÙˆَÙ„َÙƒَ بِÙ…ِØ«ْÙ„ٍ
“Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.”
(HR. Muslim, no. 2733)
Mungkin sebagian orang menganggap kawan jaman sekolah tidak terlalu penting, tapi bagi saya, mereka berharga dan saya berhutang kisah dan ibrah pada mereka.
jazaakunallahu khayran, kalian akan selalu memiliki tempat di rumah ibu dan ayah, juga selalu punya tempat di hati saya.
Rejotangan, Tulungagung, Jawa Timur
14 Rabiul awwal 1441H
Ratna Ummu Ukasyah
Bismillah ijin share ukh
BalasHapus